PIUTANG USAHA Bentoel Group 2011 Annual Report

PT BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA TBK DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 522 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2011 AND 2010 Figures in tables are expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated

6. ASET TETAP lanjutan

6. FIXED ASSETS continued

2010 Saldo awal Saldo akhir Beginning Penambahan Penghapusan Pemulihan Ending balance Addition Written-off Recovery balance Bangunan dan Building and prasarana - - - - - infrastructure Mesin - 29,327 - - 29,327 Machinery Kendaraan - 372 - - 372 Vehicles Peralatan - 1,437 - - 1,437 Equipment - 31,136 - - 31,136 Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, provisi penurunan nilai aset tetap sebesar masing-masing Rp 30,6 miliar dan Rp 31,1 miliar sebagian besar terkait dengan aset-aset dalam segmen operasi rokok yang sudah tidak digunakan lagi oleh Grup. Manajemen berkeyakinan bahwa provisi penurunan nilai aset tetap tersebut telah memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul. Beban penurunan nilai aset tetap ini dicatat dalam akun ”Beban Umum dan Administrasi”. As at 31 December 2011 and 2010, provision for impairment of fixed assets amounting to Rp 30.6 billion and Rp 31.1 billion, respectively, was mostly related to certain assets in the cigarettes segment that are no longer used by the Group. Management believes that the provision for impairment of fixed assets is adequate to cover possible loss. The impairment charge of these assets is recorded in “General and Administrative Expense”. Hak atas tanah berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan “HGB” yang dapat diperbaharui dengan masa yang akan berakhir antara tahun 2012 sampai 2041, termasuk di dalamnya HGB sejumlah Rp 25,6 miliar yang masih dalam proses perpanjangan dan tanah sejumlah Rp 46 miliar yang masih dalam proses pengurusan sertifikat hak atas tanah sampai dengan tanggal laporan keuangan konsolidasian ini. Manajemen berpendapat bahwa semua hak atas tanah tersebut dapat diperbaharui di masa depan dengan biaya yang tidak signifikan. Land rights are held under renewable Hak Guna Bangunan “HGB” title, which will expire between 2012 and 2041, including HGB amounting to Rp 25.6 billion which is still in process of extension and land amounting to Rp 46 billion for which the process of obtaining the land right certificates is still in progress up to the date of these consolidated financial statements. Management is of the opinion that the land rights are renewable with insignificant costs. Pada tanggal 31 Desember 2011, Grup memiliki beberapa bidang tanah dengan status Sertifikat Hak Milik “SHM” atas nama perorangan sejumlah Rp 26,3 miliar 2010: Rp 26,6 miliar. Pada tanggal laporan keuangan ini, manajemen sedang dalam proses mengalihkan hak atas tanah tersebut menjadi atas nama Grup. As at 31 December 2011, the Group owned several lands with Land Ownership Rights “SHM” status which are registered under individual name amounting to Rp 26.3 billion 2010: Rp 26.6 billion. At the date of these consolidated financial statements, management is in the process of converting these land rights into the Group’s name. Aset Dalam Penyelesaian pada tanggal 31 Desember 2011 terdiri dari bangunan dan mesin dalam penyelesaian yang diperkirakan akan selesai di tahun 2012. Assets Under Construction as at 31 December 2011 comprised of building and machinery under construction that are estimated to be completed in 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011, sebagian besar aset tetap Grup telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan nilai pertanggungan sebesar USD 438 juta dan Rp 23 miliar 2010: USD 395 juta dan Rp 33 miliar yang menurut pendapat manajemen cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul. As at 31 December 2011, certain fixed assets of the Group were covered by insurance against loss by fire and other risks with the sum insured of USD 438 million and Rp 23 billion 2010: USD 395 million and Rp 33 billion which management believes is adequate to cover losses which may arise.