PERKEMBANGAN PERTANIAN PETANI PADI TADAH HUJAN DI DESA TANJUNG LEIDONG TAHUN 1970-2000
3.1 ASAL MULA PETANI PADI DI DESA TANJUNG LEIDONG
Kehidupan nelayan di Desa Tanjung Leidong tidak banyak membawa pengaruh baik terhadap perekonomian masyarakat Desa Tanjung Leidong, semakin tahun kehidupan itu tidak
dapat dipertahankan sekalipun dalam kehidupan nelayan hanya bisa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, tapi untuk masa depan anak-anak mereka sangat sulit untuk dipertahankan. Namun
tidak bertahan lama karena sangat minimnya tingkat tekhnologi untuk mendukung sarana prasarana nelayan dalam dalam memproleh hasil nelayan maupun dalam pemasarannya,
dikalangan nelayan yang ada di Desa Tanjung Leidong dan kembali ketitik nol dan tidak mampu memenuhi kehidupan untuk masa depan mereka. Namun pada saat kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat nelayan berusaha untuk mencari tanaman yang lebih cocok kedalam hutan. Meskipun ada hasil yang mereka proleh dari hasil nelayan tersebut hanyalah
secukupnya yang bisa dipergunakan sebagai kebutuhan hidup. Sebelum dibukanya lahan pertanian masyarakat pantai masih tetap mempertahankan kehidupannya sebagai nelayan,
meskipun itu sebelumnya mereka para nelayan sudah terlebih dahulu tinggal di Desa Tanjung Leidong tersebut, namun masyarakat pendatanglah yang mulai membuka lahan pertanian
tersebut bukan masyarakat yang sudah tinggal di dearah Desa Tanjung Leidong. Mulailah mereka untuk menebang hutan, membakar, dan pada saat itu mereka masih
menggunakan alat tradisonal yaitu kapak, dalam mengerjakan pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang sangat mudah karena belum ada di temukan alat modern seperti mesin singgo yang biasa
digunakan untuk menebang hutan saat ini. Hanya memproleh sedikit demi sedikit mereka
Universitas Sumatera Utara
kerjakan hari demi hari, beberapa bulan mereka kerjakan dengan senang hati. walaupun mereka menebang hutan di Desa tersebut, mereka belum menetap tinggal di Desa Tanjung Leidong
tersebut, Mereka masih pulang kedaerah asal nya masing-masing yaitu samosir. Pada bulan 9 tahun 1970 mereka membawa bibit dari samosir untuk mereka tanam dangan cara menabur
begitu saja dan setelah selesai menabur bibit mereka kembali kedaerahnya masing-masing dan membiarkan bibit tersebut tumbuh. Setelah mereka kembali datang ke Desa Tanjung Leidong
mulai lah datang masyarakat dari berbagai penjuru datang kedaerah tersebut untuk membuka lahan seperti dari Toba samosir, Siborong-borong, Pulau Jawa, Kisaran dll. mereka yag datang
membuka lahan pertanian ke Desa Tanjung Leidong memberitahukan kepada rekan-rekan, saudara mereka supaya datang untuk bertani kedaerah tersebut, mulailah Desa Tanjung Leidong
ini dikunjungi dan ramai pada tahun 1973. Berbagai masyarakat yang datang ke Desa Tanjung Leidong tersebut.
Setelah dibukanya lahan pertanian padi, masyarakat nelayan yang tinggal dipinggiran pantai yang bisanya mereka bekerja sebagai nelayan saja, berdagang, dan lain sebaginya. mereka mulai
ikut membuka lahan pertanian, seperti para pendatang meskipun para nelayan sebelumnya sudah tinggal di Desa Tanjung Leidong sebelumnya mereka hanya bekerja sebagai nelayan saja dan
tidak ada lain yang mereka kerjakan hanyalah mencari ikan kelaut, mereka yang ikut membuka lahan minoritas suku melayu, jawa dan lain lain. Meskipun demikian mereka tidak meninggalkan
pekerjaannya sebagai nelayan walaupun mereka sudah membuka lahan pertanian tersebut, karena dalam pemikiran mereka menanam padi tidaklah pekerjaan setiap hari dilakukan,
melainkan pekerjaan sampingan. Pertanian yang mereka kerjakan tidak lain hanya melakukan pertanian secara tradisional tanpa menggunakan modal yang banyak melainkan hanya
menggunakan modal tenaga dan pikiran saja. Adapun masyarakat yang datang membuka lahan
Universitas Sumatera Utara
pertanian tersebut ada masyarakat asli yang tinggal di Desa itu ada pula masyarakat pendatang walaupun masyarakat yang tinggal di dearah tersebut sudah berdomilisi di dearah itu tetapi tidak
mereka yang dahulu yang membuka lahan tersebut melainkan para pendatang dari luar. Pada 1970 Kasdin Simarmata dkk datang ke Desa Tanjung leidong tepatnya di blok V
mereka datang dari daerah Samosir dan berdomisili di Samosir yang hanya datang melihat kondisi daerah Desa Tanjung Leidong tersebut, daerah tersebut masih di tumbuhi dengan pohon-
pohon besar dan sangat tinggi. Pada awalnya mereka datang ke daerah Sei Lebah asahan, dan didaerah ini dipenuhi dengan banyak penduduk yang datang mengisi kampung sei lebah
tersebut. Dan mereka mulai berjalan kaki menelusuri sepanjang jalan, adapun jalan yang mereka ikuti yaitu setelah masuknya titi kaltek kedaerah tersebut untuk mencari minyak eksplorasi
itulah yang mereka ikuti untuk menelusuri jalan kedaerah Desa Tanjung Leidong
17
17
Wawancara dengan Bapak Marsius Tamba pada tanggal 01 April 2014 Di Desa Tanjung Leidong
. Banyak jalan yang mereka lalui tapi inilah jalan yang paling terahkir yang mereka singgahi, jalan ini masih
dipenuhi dengan semak belukar yang belum ditemukan jalan untuk kedaerah Desa Tanjung Leidong tersebut dan tibalah mereka kedaerah ke Desa Tanjung Leidong. Disana mereka mulai
melihat hutan tersebut dan di dalam hutan itu mereka menemukan satu rumpun padi yang memiliki batang padi yang memiliki biji yang bagus, dan batang padi yang sangat besar. Mereka
melihat bahwa lahan atau hutan tersebut cocok untuk ditanami padi. Padahal dalam system tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi
sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air tanah dengan kandungan lempung tinggi cocok dibuat lahan persawahan.
Universitas Sumatera Utara
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi satu
kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani hanya menanam padi 1 kali dalam satu tahun diselingi dengan tanaman palawija sebagai tambahan saja seperti :
pisang, jagung, ubi, cabai dan sayur-sayuran. Bertanam padi di sawah tadah hujan dalam mengusahakan padi disawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus
dapat: Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air,
dan mudah memperoleh dan
melepaskan air Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan
dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan- galengan sawah ini air dapat bertanam di sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan
ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar. Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses
penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini
untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah
hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi ataupun
curah hujan yang terlalu tinggi. Ini terjadi pada tahun 1983 gagal panen yang membuat masyarakat Desa Tanjung Leidong dilanda keterpurukan dalam satu tahun hujan tidak pernah
turun di Desa Tanjung Leidong. Banyak masyarakat hanya mengkomsumsi ubi dan pisang untuk memenuhi kelangsungan hidup, sebagai kebutuhan hidup dan mencari sumber makanan
Universitas Sumatera Utara
kedaerah lain. Para pria yang tugasnya mencari nafkah pergi merantau banyak yang pergi keluar desa untuk mencari kebutuhan untuk makan anak dan istri mereka. Tidak ada yang bisa mereka
kerjakan selain bertani, beras adalah salah satu sumber kebutuhan pokok mereka untuk bertahan hidup
18
Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah yang mampu memberikan kondisi tubuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu: posisi tofografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netreal, sumber air alam, serta kanofinas
modofikasi system alam oleh kegiatan manusia. .
19
Pertanian padi yang dilakukan tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan oleh nenek moyang kita, tetapi sedikit berbeda dengan pertanian yang dilakukan oleh desa lain, karena system yang
mereka gunakan ialah dengan cara menabur benih kedalam tanah dan tanpa merawat bibit tersebut, meskipun demikian padi tersebut tumbuh dengan sangat bagus dan memuaskan hasil
bagi mereka karena tanpa melakukan perewatan yang rutin. Dari pengalaman inilah yang dilihat oleh masyarakat yang datang membuka lahan pertanian sehingga berlomba-lomba untuk
membuka lahan pertanian, menurut salah seorang informan memiliki luas tanah sebanyak 2Ha itu merupakan sangat hebat dan luar biasa karena dalam mengerjakan atau menebang hutan itu
sangatlah susah karena mereka menebang hutan ada yang bersama dengan keluarga mereka dan ada juga dengan cara bergotong royong bersama untuk menyelesaikannya. Cara yang praktis
yang mereka kerjakan yaitu mereka menebang satu pohon yang paling besar dan pohon tersebut dijatuhkan kepohon yang lainnya supaya pohon yang ada disampingnya juga ikut tumbang
secara bersama-sama. Mereka juga harus berhati hati dalam mengerjakan pekerjaan mereka
18
Wawancara dengan Bapak Sapda tanggal 01 April 2014 di Desa Tanjung Leidong
19
Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi, Jakarta 1997, hal.3
Universitas Sumatera Utara
karena itu bukanlah pekerjaan yang mudah kerena bisa saja terjatuh kayu kepada mereka saat menebang hutan tersebut. Setelah pohon tersebut tumbang mereka kemudian membakar kayu
kayu yang sudah ditumbang dan mereka akan membakar hutan atau kayu itu dengan posisi yang sudah kering agar lebih mudah untuk dibakar.
Setelah selesai membersihkan hutan masyarakat mulai menabur benih kedalam lahan pertanian meskipun masih ada bekas fosil kayu-kayu bakaran mereka yang masih tertinggal di
lahan pertanian mereka. Setelah masyarakat mengerjakan penanaman bibit dengan cara menabur ada yang kembali kedaerahnya masing masing dan ada juga yang kembali keperjaannya semula
sebagai nelayan. Untuk menunggu hasil panen mereka membutuhkan waktu selama 5-6 bulan menunggu hasil panen, dan ada juga para pendatang setelah melakukan pertanian ada yang ikut
untuk berlaut dan tidak kembali kedaerah asalnya tetapi ini tidak banyak, hanya beberapa orang saja dan belum mempunyai keluarga atau sering disebut dengan anak muda yang belum
menikah. Setelah panen mereka datang kembali untuk menuai hasil panennya dan mereka tidak datang sendiri tetapi mereka membawa rekan atau keluarga mereka dalam mengambil hasil
panen mereka.
3.2 Modal