BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia SDM di dalam organisasi perusahaan merupakan kunci keberhasilan perusahaan, karena pada dasarnya sumber daya manusia
yang merancang, memasang, mengoperasikan dan memelihara dari sistem integral dari perusahaan. Kepentingan sumber daya manusia terhadap organisasi
tidak dapat diabaikan, mutlak diperlukan karena manusialah yang mengelola sumber daya yang ada.
Agar daur hidup organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, maka salah satu fokus utama di dalam organisasi adalah
bagaimana kita mengolah SDM mulai dari tahapan rekrutmen, seleksi, penempatan, pengembangan, sampai dengan tahapan pensiun. Dapat
diasumsikan pengelolaan sumberdaya manusia di dalam organisasi tak ubahnya seperti mengelola industri dimana bahan baku diterima, kemudian diproses
sampai kepada produk di tangan konsumen
1
.
3.2. Beban Kerja
Beban kerja atau workload adalah usaha yang dialami sebagai pemenuhan tujuan dari kegiatan kerja. Namun, persyaratan formal untuk mengukur beban
kerja dari pengalaman menggunakan eksperimen atau pekerjaan dengan
1
Harmein Nasution. Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Medan: USUpress, 2008h. 1-5
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan skala dimana menggambarkan pengalaman pekerja dengan istilah pengetahuan contohnya, sulit, mudah, atau normal. Dalam beban kerja,
tugas yang dilakukan harus sampai penyelesaian tugas atau sampai kesimpulan. Evaluasi beban kerja biasanya diberikan dengan mengacu pada skala
dengan angka atau pengetahuan. Karena tidak mungkin setiap individu ingat besarnya beban kerja mereka pada saat bekerja
2
. Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan beban kerja mental. Konsep
beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik. Beban kerja
fisik relatif lebih mudah diukur untuk tenaga kerja langsung karena adanya output yang mudah terukur. Namun pengukuran beban kerja fisik dapat pula diterapkan
untuk tenaga kerja tidak langsung dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Beban kerja mental merupakan perbedaan antara tuntutan kerja dengan
kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan. Beban kerja yang timbul dari aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain disebabkan oleh:
1. Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu lama.
2. Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab besar.
3. Menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton.
4. Kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang
terisolasi dengan orang lain. Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.
Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban
2
P A Hancock And N Meshkati. Human Mental Workload Amsterdam: North-Holland, 1988h.140
Universitas Sumatera Utara
kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan
yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat
dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot. Aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja atau karyawan,
supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar.
Menurut Grandjean 1993 setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima
oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Dengan demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat
menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja
3
.
3.3. Subjective Workload Assement Technique SWAT