Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

(1)

(2)

ANGKET BEBAN KERJA

PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. FLORINDO MAKMUR

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur : Jabatan : Bagian :

Kegiatan Tingkat Beban Kerja

Dengan melihat waktu yang tersedia dan frekuensi pekerjaan yang saya lakukan, maka saya memberikan skala sebesar

(Beban Waktu)

3 2 1

Dari kompleksnya masalah pekerjaan dan konsentrasi yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan,

maka saya akan memberikan skala sebesar

(Beban Usaha)

3 2 1

Dari adanya perasaan lelah, bingung dan tertekan, terganggu karena kebisingan, getaran, maupun kenyamanan, maka saya akan memberikan skala sebesar

(Beban Psikologis)


(3)

HASIL PENYUSUNAN KARTU SWAT

PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. FLORINDO MAKMUR

Nama : Jenis Kelamin :

Umur : Jabatan : Bagian :

No Peringkat Huruf

1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27


(4)

Rating Factor

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan

Superskill A1 + 0.15

A2 + 0.13

Excelent B1 + 0.11

B2 + 0.08

Good C1 + 0.06

C2 + 0.03

Average D 0.00

Fair E1 - 0.05

E2 - 0.10

Poor F1 - 0.16

F2 - 0.22

Usaha

Excessive A1 + 0.13

A2 + 0.12

Excellent B1 + 0.10

B2 + 0.08

Good C1 + 0.05

C2 + 0.02

Average D 0.00

Fair E1 - 0.04

E2 - 0.08

Poor F1 - 0.12

F2 - 0.17

Kondisi Kerja

Ideal A + 0.06

Excellenty B + 0.04

Good C + 0.02

Average D 0.00

Fair E - 0.03

Poor F - 0.07

Konsistensi

Perfect A + 0.04

Excellent B + 0.03

Good C + 0.01

Average D 0.00

Fair E - 0.02

Poor F - 0.04

Maka rating factor yang digunakan adalah : Rf =


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu

Groover, Mikell P. 2007. Work System and The Methods, Measurement, and

Management of Work. Seventh Edition. United States of America : Pearson

Education, Inc

Hancock, P A and N Meshkati. 1988. Human Mental Workload. Amsterdam: North-Holland

Nasution, Harmein. 2008. Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Medan: USUpress

Niebel, Benjamin. 1999. Method Standards and Work Design. New York : MC Graw Hill

Pratiwi, Indah. 2011.   Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental pada Pengemudi Bus Damri di Perusahaan Umum Damri Ubk Surakarta dengan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Surakarta: UMS

Reid, Gary B. 1989. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT): A

User's Guide (U). Virginia: Armstrong Aerospace Medical Research

Laboratory

Ridha, Iqbal Rasyid. 2013. Usulan Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja di Bagian

Water Based PT.X Berdasarkan Analisis Beban Kerja. Bandung: Itenas

Sinulingga, Sukaria. 2013. Metode Penelitian. Medan : USUpress

Stanton, Neville et.al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics


(6)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam organisasi perusahaan merupakan kunci keberhasilan perusahaan, karena pada dasarnya sumber daya manusia yang merancang, memasang, mengoperasikan dan memelihara dari sistem integral dari perusahaan. Kepentingan sumber daya manusia terhadap organisasi tidak dapat diabaikan, mutlak diperlukan karena manusialah yang mengelola sumber daya yang ada.

Agar daur hidup organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, maka salah satu fokus utama di dalam organisasi adalah bagaimana kita mengolah SDM mulai dari tahapan rekrutmen, seleksi, penempatan, pengembangan, sampai dengan tahapan pensiun. Dapat diasumsikan pengelolaan sumberdaya manusia di dalam organisasi tak ubahnya seperti mengelola industri dimana bahan baku diterima, kemudian diproses sampai kepada produk di tangan konsumen1.

3.2. Beban Kerja

Beban kerja atau workload adalah usaha yang dialami sebagai pemenuhan tujuan dari kegiatan kerja. Namun, persyaratan formal untuk mengukur beban kerja dari pengalaman menggunakan eksperimen atau pekerjaan dengan       


(7)

berkenaan dengan skala dimana menggambarkan pengalaman pekerja dengan istilah pengetahuan (contohnya, sulit, mudah, atau normal). Dalam beban kerja, tugas yang dilakukan harus sampai penyelesaian tugas atau sampai kesimpulan.

Evaluasi beban kerja biasanya diberikan dengan mengacu pada skala dengan angka atau pengetahuan. Karena tidak mungkin setiap individu ingat besarnya beban kerja mereka pada saat bekerja2.

Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan beban kerja mental. Konsep beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik. Beban kerja fisik relatif lebih mudah diukur untuk tenaga kerja langsung karena adanya output yang mudah terukur. Namun pengukuran beban kerja fisik dapat pula diterapkan untuk tenaga kerja tidak langsung dengan pendekatan yang sedikit berbeda.

Beban kerja mental merupakan perbedaan antara tuntutan kerja dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan. Beban kerja yang timbul dari aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain disebabkan oleh: 1. Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu lama. 2. Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab besar. 3. Menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton.

4. Kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang terisolasi dengan orang lain.

Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban       

2P A Hancock And N Meshkati. Human Mental Workload (Amsterdam: North-Holland,


(8)

kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot. Aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja atau karyawan, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar.

Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Dengan demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja3.

3.3. Subjective Workload Assement Technique (SWAT)

Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) digunakan menganalisa beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas (baik yang merupakan beban kerja fisik maupun mental) yang bermacam-macam4.

      

3Neville Stanton, et.al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, CRC

Press LLC: United States of America. Hal. 39.1- 39.6

4Gary B Reid. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT): A User's Guide (U). (Virginia:


(9)

Fase pengembangan skala adalah aspek yang membedakan S, E, T dari subjektif pendekatan lain beban kerja. Biasanya diberikan deskripsi dalam rangka beberapa untuk mendefinisikan jumlah tingkat beban, dan subjek yang diujikan adalah menyusunnya dengan hati-hati dan sangat terlatih untuk mengetahui apa yang diwakili oleh setiap tingkat skala. Persyaratan pertama dalam pengembangan skala ini adalah pendekatan definisi operasional mental beban kerja. Sementara terdapat banyak perjanjian kombinasi beban kerja mental dari beberapa faktor terkait dengan tuntutan tugas dan faktor waktu. Karena itu, beban kerja telah ditetapkan untuk SWAT terdiri dari beban waktu, beban usaha mental, dan beban tekanan psikologis. Ketiga dimensi faktor tersebut dapat didefenisikan, antara lain:

1. Time Load

Beban waktu menunjukan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring suatu tugas atau kerja. Dimensi beban waktu tergantung pada ketersediaan waktu luang dan tumpang tindihnya satu tugas dengan tugas lainnya. Beban waktu erat terkait dengan penggunaan waktu yang menjadi metode utama dalam mengevaluasi seseorang untuk menyelesaikan tugasnya.

2. Mental Effort Load

Beban usaha mental adalah jumlah perhatian atau tuntutan mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan beban usaha mental yang rendah maka konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas akan minimal jumlahnya.


(10)

3. Psychological Stress Load

Beban tekanan Psikologis yang menunjukan tingkat resiko pekerjaan, kebingungan, dan frustasi. Beban tekanan psikologis mengacu kepada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi yang terkait dengan kinerja tugas, sehingga membuat penyelesaian tugas menjadi lebih sulit dilaksanakan.

Kelebihan SWAT:

1. Pengukuran dilakukan berdasarkan teori pengukuran formal, yaitu teori pengukuran conjoint.

2. Dapat digunakan pada data tunggal maupun berkelompok. 3. Teruji validitasnya (keabsahan)

4. Dapat digunakan untuk penilaian secara global yang diaplikasikan pada ruang lingkup yang lebih luas.

3.3.1. Beban Waktu (Time Load)

Dimensi beban waktu tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan melangkahi dalam suatu aktifitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugasnya dalam rentang waktu yang telah diberikan. Tingkatan deskriptor beban waktu dalam SWAT adalah:


(11)

1. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang terjadi.

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi.

3. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu terjadi.

3.3.2. Beban Usaha Mental (Mental Effort Load)

Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan suatu aktivitas, independen terhadap jumlah sub pekerjaan atau batasan waktu. Dengan beban usaha mental rendah, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas rendah dan performansi cenderung otomatis. Sejalan dengan meningkatnya beban ini, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan meningkat pula.

Secara umum ini berkaitan dengan tingkat kerumitan pekerjaan dan jumlah informasi yang harus diproses oleh subjek untuk melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Usaha mental yang mengingat informasi dan penyelesaian masalah merupakan contoh usaha mental. Tingkatan deskriptor beban usaha mental dalam SWAT adalah:

1. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir otomatis dan tidak membutuhkan perhatian.


(12)

2. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi sejalan dengan ketidakpastian, ketidak mampu prediksian dan ketidak kenalan. Perhatian tambahan diperlukan.

3. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang kompleks dan membutuhkan perhatian total.

3.3.2. Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load)

Beban tekanan psikologis berkaitan dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama melaksanakan pekerjaan dengan demikian menyebabkan penyelesaian pekerjaan tampak lebih sulit dilakukan daripada sebenarnya.

Pada tingkat stress rendah, orang cenderung rileks. Seiring dengan meningkatnya stress, terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih disebabkan oleh faktor individual subjek. Faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran dan kenyamanan. Sebagian besar dari faktor ini mempengaruhi performansi subjek secara langsung jika mereka sampai pada tingkatan yang tinggi. Dalam SWAT faktor-faktor ini diperhitungkan, meskipun kecil, jika mengganggu dan menyebabkan individu harus mengeluarkan kemampuannya untuk mencegah terpengaruhnya pekerjaan yang dilakukan. Tingkatan deskriptor beban tekanan psikologis dalam SWAT adalah:


(13)

1. Kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dapat diatasi dengan mudah. 2. Stress yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan

kegelisahan menambah beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek.

3. Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan. Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar.

Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan yaitu, tahap penskalaan (Scale Development), dan tahap penilaian (Event Scoring). Tahap penskalaan dilakukan 27 kombinasi kartu berisi tingkatan beban kerja mental diurutkan dari urutan beban kerja terendah sampai tertinggi, menurut persepsi masing-masing pekerja. 27 kombinasi kartu SWAT dari 3 dimensi yaitu, beban waktu (T), beban usaha mental (E), beban tekanan psikologis (S) dapat dilihat pada Tabel 3.1. Kartu SWAT dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Tabel 3.1. Kombinasi Beban Waktu (T), Beban Usaha Mental (E), dan Beban Tekanan Psikologis (S)

No Huruf Kombinasi Beban Kerja

Time Effort Stress

1 N 1 1 1

2 B 1 1 2

3 W 1 1 3

4 F 1 2 1

5 J 1 2 2

6 C 1 2 3

7 X 1 3 1

8 S 1 3 2

9 M 1 3 3

10 U 2 1 1


(14)

Tabel 3.1. Kombinasi Beban Waktu (T), Beban Usaha Mental (E), dan Beban Tekanan Psikologis (S) (Lanjutan)

No Huruf Kombinasi Beban Kerja

Time Effort Stress

11 G 2 1 2

12 Z 2 1 3

13 V 2 2 1

14 Q 2 2 2

15 ZZ 2 2 3

16 K 2 3 1

17 E 2 3 2

18 R 2 3 3

19 H 3 1 1

20 P 3 1 2

21 D 3 1 3

22 Y 3 2 1

23 A 3 2 2

24 O 3 2 3

25 L 3 3 1

26 T 3 3 2

27 I 3 3 3


(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (2) Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah. Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

S : (1) Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi. CARD

Y

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (2) Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah. Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

S : (2) Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

CARD A

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (2) Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah. Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

S : (3) Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

CARD O

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (3) Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

S : (1) Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi. CARD

L

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (3) Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

S : (2) Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

CARD T

T : (3) Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

E : (3) Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

S : (3) Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

CARD I


(20)

3.4. Metode Work Load Analysis (WLA)

Work Load Analysis (WLA) untuk menentukan waktu, usaha dan sumber

daya yang diperlukan untuk melakukan operasi departemen, sebenarnya yang dihasilkan dalam mengidentifikasi organisasi kebutuhan sumber daya manusia baik dalam hal kualitas dan kuantitas, sumberdaya ini dan mengembangkan untuk mencapai tujuan dan strategi organisasi yang ingin mencapai dalam berbagai situs bekerja5.

Dalam metode ini, beban kerja dianalisis dengan mengevaluasi struktur sumber daya manusia, dan kemudian organisasi sebenarnya membutuhkan sumber daya manusia yang diidentifikasi dalam rangka melaksanakan proses diperlukan untuk memberikan layanan tertentu.

Tujuan metode Work Load Analysis (WLA) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan riil sumber daya manusia baik dalam hal kualitas dan kuantitas dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan pada masa sekarang dan mendatang, yang memfasilitasi perancangan program pelatihan menurut kebutuhan aktual.

3. Menentukan jumlah pekerja yang tepat sistem pada pekerjaan untuk mencegah penundaan transaksi pengolahan pelanggan.

      


(21)

Tahap-tahap metode Work Load Analysis (WLA) adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan dukungan dari organisasi untuk melaksanakan pengelolaan

proyek analisis beban kerja

2. Menetapkan sasaran yang strategis dari proyek analisis beban kerja 3. Menentukan ruang lingkup kerja produktif

4. Menentukan deskripsi jabatan pada departemen untuk Work Load Analysis 5. Mengkalkulasikan beban kerja pegawai dan jumlah pegawai

Beban kerja Menurut Sutalaksana, (1979) dapat dihitung sebagai berikut: Beban kerja = P x (1 + RF) x (1 + ALL x 0,01)

Dimana :

RF = rating factor ALL = allowance P = % produktif

Penentuan jumlah tenaga kerja dapat dicari dari rumus:

6. Menentukan tindakan perbaikan

Manfaat analisis beban kerja adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan metode menghitung volume pekerjaan atau beban kerja suatu perusahaan/organisasi

2. Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan, maka bisa menentukan jumlah SDM yang dibutuhkan perusahaan/organisasi beserta spesifikasi pemegang perusahaan.


(22)

3. Dengan adanya gambaran mengenai jumlah SDM yang harus dialokasikan, maka akan sangat membantu untuk membuat perencanaan jangka panjang di bidang SDM dalam hal : seleksi, rekrutmen, penempatan dan promosi

Dari hasil analisis beban kerja ini, selain pengurangan/penambahan jumlah SDM, juga dapat berupa rekomendasi penyempurnaan job description, prosedur kerja dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM.

Kegunaan dari Work Load Analysis adalah : 1. Alat Manajemen dalam mengambil keputusan

2. Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisien dan efektifitas

3. Menyediakan data pendukung dalam meningkat dana progam-progam sosial, ekonomi dan penelitian

4. Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil

5. Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang

6. Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja degan kebutuhan personal degan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif 7. Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau


(23)

8. Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan

9. Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan

3.4.1. Sampling Kerja

Teknik statistik untuk menentukan proporsi dari waktu yang dihabiskan oleh (pekerja, mesin) didefinisikan dalam berbagai kegiatan kelompok (mengatur mesin, produksi komponen-komponen, idle) dikenal sebagai work

sampling. Dalam studi work sampling, sebagian besar dari pengamatan terbuat

dari materi dalam jangka waktu yang lama, dan kesimpulan statistik ini yang ditarik tentang waktu proporsi dalam setiap kategori aktivitas berdasarkan kategori proporsi pengamatan. Pada tingkat statistik, pengamatan harus diambil secara acak selama masa studi pengamatan, dan studi pengamatan harus menjadi wakil dari jenis aktivitas yang dilakukan oleh subjek6.

Work Sampling merupakan suatu alat untuk mengetahui

kegiatan-kegiatan kerja yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang interaksi antara manusia dan mesin dengan waktu yang lebih sedikit dan meminimalkan biaya produksi.

3.4.2. Sampling Pendahuluan

Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga       

6 Mikell P Groover. Work System and The Methods, Measurement, and Management of Work.


(24)

langkah melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan7. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan.

Pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Menurut Slovin, ukuran sampel yang dapat diambil adalah:

2

1 Ne

N n

  n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.8

3.4.3. Pengujian Keseragaman Data

Beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian keseragaman data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah berdasarkan teori-teori statistik tentang peta kontrol yang biasanya digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja lain9.

Langkah yang dilakukan sebelum pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja dan cara kerja yang baik. Jadi, yang dihadapi adalah jika suatu sistem yang akan diukur merupakan sistem yang sudah ada maka sistem ini       

7 Benjamin Niebel. Method Standards and Work Design. (New York : MC Graw Hill)h.512  8 Rosnani Ginting. Perancangan Produk. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). h. 79-80. 9 Benjamin Niebel.. Op.Cit.,


(25)

dipelajari untuk kemudian diperbaiki. Jika sistemnya belum ada maka yang dilakukan adalah merancang sesuatu yang baru dan baik. Terhadap suatu sistem yang baik inilah pengukuran waktu yang dilakukan dan dari sistem inilah waktu penyelesaian pekerjaan yang dicari. Walaupun selanjutnya pembakuan sistem yang dipandang baik ini telah dilakukan, seringkali pengukur sebagaimana juga operator tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan pada sistem kerja. Memang perubahan adalah sesuatu yang wajar karena bagaimanapun juga sistem kerja tidak dapat tetap dipertahankan terus menerus pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang yang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun juga mesti dalam batas waktu kewajaran, dengan kata lain keseragaman.

Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam ini. Karena ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi hal itu. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada di antara kedua batas kontrol yaitu in control dan out of control. Data in control adalah data yang berada pada batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada di luar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.

Data yang diharapkan dari hasil pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang memiliki batasan kontrol sebagai berikut :


(26)

2. BKB = - k =

Dimana :

pi = Persentase produktif hari ke-i

= Persentase terjadinya kejadian rata-rata, dinyatakan dalam desimal n = Jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja k = Harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan k = 3 (tingkat keyakinan 96%-99%)

3.4.4. Pengujian Kecukupan Data

Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dari hasil pengamatan10. Dengan asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari berdasarkan rumus:

Dimana:

N = jumlah pengamatan yang perlu dilakukan p = persentase produktif

s = tingkat ketelitian       


(27)

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

3.4.5. Pengukuran Akurasi Work Sampling

Akurasi dari hasil work sampling sebaiknya dipertimbangkan untuk menentukan derajat akurasi dari hasil observasi11. Pengukuran yang dilakukan dengan akurasi sebesar ±5% dapat dianggap memuaskan. Hal ini terkadang dapat dianggap sebagai standar error. Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi dari observasi work sampling adalah sebagai berikut ini:

Sp = k Dimana :

S = Tingkat akurasi relatif

p = Persentasi hasil aktivitas yang diukur, merupakan persentasi total hasil pengamatan, ditulis dalam bentuk desimal.

N = Ukuran sampel

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

3.4.6. Rating Factor dan Allowance

Penilaian perlu dilakukan karena berdasarkan itu dapat dilakukan penyesuaian, dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian12.

      

11 Benjamin Niebel.. Ibid., 12 Benjamin Niebel. Ibid., 


(28)

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga p akan lebih besar dari 1 (p>1) dan sebaliknya jika operator bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari 1 (p<1), dan andaikan pengukur berpendapat bahwa operator bekerja secara wajar maka harga p akan sama dengan 1 (p=1).

Beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya diaplikasikan dalam aktivitas pengukuran kerja, antara lain:

1. Skill dan Effort Rating

Skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang

ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan juga dapat menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya.

2. Westinghouse System’s Rating

Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Adapun 4 faktor tersebut antara lain:


(29)

a. Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja.

b. Usaha, adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha atau effort ini dibagi atas 6 kelas usaha dengan ciri-cirinya, yaitu:

c. Kondisi kerja atau condition, adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya.

d. Konsistensi, adalah keseragaman hasil pengukuran yang diperoleh selama operator bekerja. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan.

Kelonggaran (Allowance) diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung. Dalam menghitung besarnya allowance, bagi keadaan yang dianggap wajar diambil harga allowance =100 %. Sedangkan bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, harga p harus ditambah dengan faktor-faktor yang sesuai dengan waktu siklus yang diperoleh dan waktu ini dicapai berdasarkan setiap departemen. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:


(30)

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)

Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.

Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat

dari melakukan suatu pekerjaan.

3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay).

Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaan/kendali pekerja.


(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Florindo Makmur yang bergerak dalam memproduksi tepung. Perusahaan berlokasi di Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah bulan Desember 2015 hingga bulan Februari 2016.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian analisis kerja dan aktivitas serta studi gerak dan waktu. Penelitian analisis kerja dan aktivitas merupakan penelitian deskriptif yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan seseorang agar mendapatkan rekomendasi untuk berbagai keperluan seperti keseimbangan beban kerja. Studi gerak dan waktu ialah suatu penelitian deskriptif tentang pengamatan gerak seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya serta pengukuran waktu yang digunakan dalam setiap kegiatan pekerja13.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang dikaji pada penelitian adalah jenis kegiatan pekerja, beban kerja pekerja dan waktu idle pekerja.

      


(32)

4.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

Defenisi operasiona variabel:

Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat mempengaruhi variable dependen baik secara positif maupun negatif. Variabel independen pada penelitian adalah:


(33)

1. Time Load (T) adalah indikator besarnya beban kerja mental yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas terhadap ketersediaan waktu pekerja.

2. Mental Effort Load (E) adalah indikator besarnya beban kerja mental pekerja

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas terhadap tuntutan mental pekerja.

3. Psychological Stress Load (S) adalah indikator besarnya beban kerja mental

pekerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas terhadap tekanan psikologis pekerja.

4. Jenis kegiatan pekerja adalah aktivitas yang dilakukan pekerja terhadap pekerjaannya.

5. Waktu idle adalah waktu tidak produktif yang dilakukan pekerja. 6. Rating factor adalah aktivitas menilai kewajaran kerja pekerja.

7. Allowance adalah waktu kelonggaran yang dibutuhkan pekerja.

8. Jam kerja pekerja adalah batas waktu pekerja untuk melakukan pekerjaan. Variabel intervening adalah suatu faktor secara teoritis yang mempengaruhi fenomena yang di observasi (hubungan antara variabel dependen dan variabel indipenden menjadi sifat yang tidak langsung). Variabel dependen pada penelitian adalah:

1. Nilai beban kerja mental berdasarkan SWAT adalah nilai beban kerja mental yang diperoleh dari perhitungan beban kerja secara subjektif.

2. Nilai beban kerja mental berdasarkan Work Load Analysis adalah nilai beban kerja mental yang diperoleh dari perhitungan beban kerja secara objektif.


(34)

3. Beban kerja mental pekerja adalah untuk mengetahui besarnya beban kerja pekerja yang diterima.

Variabel dependen adalah variabel terikat yang nilainya dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen pada penelitian adalah jumlah pekerja optimal pada bagian produksi. Penentuan jumlah pekerja optimal adalah untuk mengetahui jumlah pekerja optimal berdasarkan beban kerja.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Kartu SWAT yang digunakan untuk menyusun kartu-kartu dengan 27 kombinasi dari 3 variabel adalah Time Load (T), Mental Effort Load (E), dan

Physicological Stress Load (S) yang dilakukan oleh pekerja.

2. Angket beban kerja yang digunakan untuk mendapatkan tingkat beban kerja berdasarkan 3 tingkatan adalah 1 untuk kategori rendah, 2 untuk kategori sedang dan 3 untuk kategori tinggi.

3. Wawancara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang benar dengan cara bertanya langsung kepada para pekerja.

4. Jam yang digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja terhadap pekerja yang diamati.

5. Lembar pengamatan dan alat tulis yang digunakan pada kegiatan pengamatan waktu kerja pekerja yang diamati.


(35)

4.6. Metode Pengumpulan Data

4.6.1. Metode Pengumpulan Data Subjective Workload Assessment

Technique (SWAT)

Langkah-langkah pengumpulan data untuk Subjective Workload

Assessment Technique (SWAT) dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Pengumpulan Data Subjective Workload Assessment Technique

(SWAT)

4.6.2. Metode Pengumpulan Data Work Load Analysis

Langkah-langkah pengumpulan data untuk pengumpulan data Work


(36)

Gambar 4.3. Pengumpulan Data Work Load Analysis dengan Cara Work

Sampling

4.7. Metode Pengolahan Data

4.7.1. Metode Pengolahan Data Subjective Workload Assesment Technique (SWAT)

Flowchart pengolahan data Workload Assesment Technique (SWAT)

dapat dilihat pada Gambar 4.4.


(37)

4.7.2. Metode Pengolahan Data Work Load Analysis

Flowchart pengolahan data Work Load Analysis dapat dilihat pada

Gambar 4.5.

 

Gambar 4.5. Flowchart Work Load Analysis

4.8. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan untuk membandingkan beban kerja pekerja antara metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dengan metode Work Load Analysis dan mendapatkan jumlah pekerja yang optimal dengan membandingkan jumlah pegawai awal dengan jumlah pegawai rekomendasi.


(38)

4.9. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat di blok diagram pada Gambar 4.6.


(39)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Alokasi Pekerja

Perusahaan memiliki 7 stasiun kerja pada bagian produksi yaitu: stasiun pencucian, parutan, extractor, separator, center view, oven, dan pengepakan. Jumlah pekerja pada bagian produksi pada shift I memiliki 20 orang. Alokasi pekerja pada setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Jumlah Pekerja pada Setiap Stasiun Kerja (Shift I)

No Stasiun Jumlah Pekerja

(Orang)

1 Stasiun pencucian 1

2 Stasiun parutan 3

3 Stasiun extractor 2

4 Stasiun separator 2

5 Stasiun center view 6

6 Stasiun oven 1

7 Stasiun pengepakan 5

Total 20 Sumber : Pengumpulan Data

5.1.2. Data Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) 5.1.2.1. Rekapitulasi Penyusunan Kartu SWAT

Pengumpulan data tahap penskalaan (scale development) diperoleh dari rekapitulasi penyusunan kombinasi kartu SWAT yang berjumlah 27 buah. Rekapitulasi hasil penyusunan kombinasi kartu SWAT menurut persepsi pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(40)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Hasil Urutan Kartu SWAT Berdasarkan Persepsi Masing-masing Pekerja

Tingkat Huruf dan Nomor

Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

111 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

112 B 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 5 3 2 4 3 4 3 3 2 7

113 W 3 2 8 4 2 10 2 5 8 3 7 2 3 7 2 9 8 4 3 2

121 F 10 8 3 3 17 2 5 4 2 4 10 4 10 10 5 3 5 9 4 10

122 J 8 9 5 5 5 5 11 3 5 5 13 11 8 13 8 5 2 5 5 13

123 C 5 10 10 9 10 17 10 8 12 6 16 12 5 16 6 16 14 16 6 16

131 X 9 4 9 6 4 9 19 7 7 7 8 19 9 19 9 10 11 10 7 19

132 S 11 5 11 12 15 15 20 6 11 8 12 20 11 22 7 13 9 13 8 22

133 M 17 22 14 7 22 22 21 11 17 9 25 21 17 25 4 22 13 22 9 25

211 U 4 6 4 11 7 4 4 9 4 10 2 10 4 2 10 2 4 2 10 8

212 G 7 7 7 20 9 7 12 14 9 11 4 5 7 5 11 6 10 6 11 5

213 Z 18 13 13 8 16 16 7 12 13 12 19 6 18 8 12 17 7 12 12 3

221 V 6 11 6 10 6 6 15 13 6 13 3 7 6 11 14 8 6 7 13 9

222 Q 14 14 18 14 8 8 14 10 14 14 14 8 14 14 20 7 26 8 14 14

223 ZZ 16 19 19 21 20 20 6 15 16 15 17 9 16 17 21 19 19 19 15 17

231 K 12 16 12 15 12 12 9 20 15 16 20 14 12 20 15 12 12 17 16 20

232 E 15 20 20 19 19 19 17 17 22 17 23 23 15 23 19 20 18 20 17 23

233 R 23 23 26 13 26 25 24 21 23 18 26 24 23 26 23 25 16 25 18 26

311 H 13 12 15 16 11 11 22 16 10 19 11 13 13 3 22 11 15 11 19 4

312 P 19 15 16 17 14 14 8 22 19 20 6 22 19 6 13 14 20 15 20 6

313 D 21 21 23 18 13 23 23 19 21 21 9 15 21 9 16 23 23 21 21 18

321 Y 20 18 17 25 18 13 16 18 18 22 18 18 20 12 17 15 17 14 22 12

322 A 24 17 21 24 23 18 13 25 24 23 15 17 24 15 24 18 21 18 23 15

323 O 25 24 24 22 21 26 26 23 26 24 24 16 25 18 18 26 22 23 24 11

331 L 22 25 22 23 24 21 18 24 20 25 21 25 22 21 25 21 24 26 25 21

332 T 26 26 25 26 25 24 25 26 25 26 22 26 26 24 26 24 25 24 26 24

333 I 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27


(41)

5.1.2.2. Rekapitulasi Angket Beban Kerja

Rekapitulasi penilaian beban kerja masing-masing pekerja pada angket beban kerja dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Rekapitulasi Angket Beban Kerja

Sumber :

Pengumpulan Data

Responden Stasiun Pekerja ke- Time Effort Stress

1 Stasiun

pencucian 1 2 2 3

2 Stasiun parutan

1 3 1 1

3 2 3 2 2

4 3 3 2 2

5 Stasiun

extractor

1 2 3 3

6 2 2 3 3

7 Stasiun

separator

1 2 1 3

8 2 2 3 1

9 Stasiun center

view

1 3 2 1

10 2 3 2 1

11 3 2 3 1

12 4 3 3 2

13 5 2 2 3

14 6 2 1 3

15 Stasiun oven 1 3 1 1

16 Stasiun pengepakan

1 2 1 3

17 2 3 2 2

18 3 2 1 3

19 4 2 3 1


(42)

5.1.3. Data Work Load Analysis

Pengumpulan data Work Load Analysis terdapat Work, Idle, Rating Factor,

dan Allowance yang dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 5.4. Work, Idle, Rating Factor, dan Allowance

Stasiun Pekerja

ke- Work Idle Total

Rating Factor

Allowance (%)

Stasiun pencucian 1 410 110 520 1.05 8 Stasiun parutan 1 470 50 520 1.06 13

2 465 55 520 1.09 13

3 456 64 520 1.09 13

Stasiun extractor 1 490 30 520 1.12 13

2 481 39 520 1.12 13

Stasiun separator 1 409 111 520 1.11 8

2 405 115 520 1.08 8

Stasiun center

view

1 285 235 520 1.04 13 2 302 218 520 1.05 13 3 388 132 520 1.06 13 4 286 234 520 1.05 13 5 294 226 520 1.04 13 6 285 235 520 1.03 13 Stasiun oven 1 441 79 520 1.09 8

Stasiun pengepakan

1 416 104 520 1.04 13 2 417 103 520 1.05 13 3 414 106 520 1.05 13

4 423 97 520 1.06 13


(43)

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Pengolahan Data Subjective Workload Assesment Technique (SWAT)

Metode SWAT dikembangkan oleh Amstrong Aeroscope Medical Research Laboratory, Ohio, Amerika Serikat. Pengolahan data SWAT untuk tahap penskalaan terdiri dari pengolahan data kelompok dan penentuan Prototipe. Sedangkan untuk pengolahan data tahap penilaian adalah pembuatan skala akhir SWAT dan penentuan kategori beban kerja masing-masing responden.

5.2.1.1. Tahap Penskalaan (Scale Development)

Langkah awal pada tahap penskalaan adalah pengolahan data kelompok dengan melakukan perhitungan koefisien Kendall untuk mengetahui apakah skala yang digunakan dapat mewakili data kelompok. Jika nilai koefisien Kendall lebih besar dari 0.75 maka pengolahan data untuk penentuan prototype dapat dilanjutkan. 1. Perhitungan Koefisien Kendall

Perhitungan koefisien Kendall dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

S = Jumlah deviasi kuadrat yang diperoleh antara hasil pengamatan terhadap nilai rata-ratanya (Rj)


(44)

N = Jumlah kartu kombinasi yaitu sebanyak 27

Parameter dalam perhitungan koefisien Kendall dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Parameter Perhitungan Koefisien Kendall

No Huruf Rj Rj (Rata-rata) Rj (Rata-rata)2

1 N 20 -260 67600 2 B 61 -219 47961 3 W 94 -186 34596 4 F 128 -152 23104 5 J 144 -136 18496 6 C 220 -60 3600 7 X 202 -78 6084 8 S 251 -29 841 9 M 345 65 4225 10 U 117 -163 26569 11 G 173 -107 11449 12 Z 242 -38 1444 13 V 176 -104 10816 14 Q 267 -13 169 15 ZZ 336 56 3136 16 K 297 17 289 17 E 386 106 11236 18 R 454 174 30276 19 H 267 -13 169 20 P 305 25 625 21 D 379 99 9801 22 Y 350 70 4900 23 A 402 122 14884 24 O 448 168 28224 25 L 455 175 30625 26 T 501 221 48841 27 I 540 260 67600

Jumlah 7560 Rata-rata 280


(45)

Berarti nilai S adalah:

S = (20 – 280)2+(61 – 280)2+…….+(540 – 280)2

S = 507560

Maka besarnya nilai W adalah: W =

W = 0.7747

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai koefisien Kendall adalah 0.7747 yang mempunyai nilai lebih besar dari 0.75. Hal ini menunjukkan skala yang digunakan dalam penelitian merupakan penskalaan data kelompok. Sehingga pengolahan data Prototipe dapat dilanjutkan.

2. Penentuan Prototipe

Tujuan penentuan Prototipe adalah untuk mengetahui subjek-subjek yang digolongkan menurut Prototipe masing-masing yaitu Time (T), Effort (E) atau

Stress (S). Pengujian Prototipe ini dilakukan dengan membuat kombinasi ketiga

faktor diatas yaitu TES, TSE, ETS, EST, SET dan STE. Sebelum melakukan perhitungan Prototipe masing-masing individu, dilakukan perhitungan koefisien korelasi Spearman (Rs). Hasil perhitungan koefisien korelasi Spearman dan


(46)

Tabel 5.6. Prototipe untuk Masing-masing Responden

Stasiun Pekerja

ke- TES TSE ETS EST SET STE Prototipe

Stasiun

pencucian 1 0.8907 0.8712 0.6819 0.5928 0.5342 0.6038 T Stasiun

parutan

1 0.8626 0.8284 0.7418 0.6673 0.5647 0.6050 T 2 0.8846 0.8822 0.7015 0.6380 0.6306 0.6917 T 3 0.9237 0.8846 0.5647 0.4060 0.2888 0.4084 T Stasiun

extractor

1 0.7473 0.6972 0.7509 0.7021 0.5519 0.5507 E 2 0.7320 0.7589 0.7027 0.7198 0.8004 0.8101 S Stasiun

separator

1 0.6746 0.6001 0.7186 0.6587 0.4353 0.4206 E 2 0.9664 0.9298 0.6221 0.4707 0.3608 0.4756 T Stasiun

center view

1 0.8748 0.8761 0.7100 0.6563 0.6600 0.7149 T 2 1.0000 0.9560 0.6044 0.4286 0.2967 0.4286 T 3 0.5739 0.5201 0.8083 0.8327 0.6716 0.5934 E 4 0.7088 0.5855 0.8407 0.7613 0.3913 0.3474 E 5 0.8907 0.8712 0.6819 0.5928 0.5342 0.6038 T 6 0.4286 0.2967 0.9560 1.0000 0.6044 0.4286 E Stasiun

oven 1 0.9115 0.8455 0.6258 0.4646 0.2668 0.3620 T Stasiun

pengepakan

1 0.7485 0.7656 0.7155 0.7216 0.7729 0.7839 S 2 0.8535 0.8413 0.6190 0.5287 0.4921 0.5702 T 3 0.7711 0.7259 0.8187 0.7894 0.6538 0.6380 E 4 1.0000 0.9560 0.6044 0.4286 0.2967 0.4286 T 5 0.4316 0.2949 0.9078 0.9298 0.5195 0.3608 E

Sumber : Pengolahan Data

5.2.1.2. Tahap Penilaian (Event Scoring)

Penyebaran angket beban kerja terhadap pekerja pada bagian produksi, maka dapat ditentukan nilai beban kerja masing-masing pekerja selama kegiatan pengamatan dilakukan. Nilai yang diperoleh dikonversikan ke dalam tiga kategori yaitu termasuk kategori rendah jika skala SWAT menunjukkan 0 - 40, kategori sedang jika skala SWAT menunjukkan 41-60 dan kategori tinggi jika skala SWAT menunjukkan 61 -100. Rekapitulasi kategori beban kerja pekerja berdasarkan penskalaan akhir SWAT dapat dilihat pada Tabel 5.7.


(47)

Tabel 5.7. Kategori Beban Kerja Masing-masing Responden

Responden Stasiun Pekerja ke- Nilai Beban Kerja Kategori

1 Stasiun

pencucian 1 44.35 Sedang

2 Stasiun parutan

1 61.24 Tinggi

3 2 63.51 Tinggi

4 3 63.51 Tinggi

5 Stasiun

extractor

1 65.32 Tinggi

6 2 73.45 Tinggi

7 Stasiun

separator

1 51.86 Sedang

8 2 44.35 Sedang

9 Stasiun

center view

1 48.87 Sedang

10 2 44.35 Sedang

11 3 48.87 Sedang

12 4 52.52 Sedang

13 5 41.48 Sedang

14 6 57.15 Sedang

15 Stasiun

oven 1 61.24 Tinggi

16 Stasiun pengepakan

1 57.15 Sedang

17 2 61.24 Tinggi

18 3 63.51 Tinggi

19 4 48.87 Sedang

20 5 52.52 Sedang

Sumber : Pengolahan Data

Hasil perhitungan beban kerja berdasarkan SWAT didapatkan bahwa  kategori beban kerja pekerja di bagian produksi berada pada tingkat sedang dan tinggi. Beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor (pekerja 2) sebesar 73.45%. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view (pekerja 5) sebesar 41.48%.


(48)

5.2.2. Pengolahan Data Work Load Analysis 5.2.2.1. Perhitungan Proporsi aktivitas

Perhitungan proporsi aktivitas dilakukan untuk mengetahui persentase waktu produktif pekerja pada setiap stasiun kerja.

Data rekapitulasi waktu produktif masing-masing pekerja pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Rekapitulasi Jumlah Pengamatan

Stasiun Pekerja ke- Waktu Produktif (%) Idle (%)

Stasiun pencucian 1 78.85 21.15

Stasiun parutan 1 90.38 9.62

2 89.42 10.58

3 87.69 12.31

Stasiun extractor 1 94.23 5.77

2 92.50 7.50

Stasiun separator 1 78.65 21.35

2 77.88 22.12

Stasiun center view 1 54.81 45.19

2 58.08 41.92

3 58.08 41.92

4 55.00 45.00

5 56.54 43.46

6 54.81 45.19

Stasiun oven 1 84.81 15.19

Stasiun pengepakan 1 80.00 20.00

2 80.19 19.81

3 79.62 20.38

4 81.35 18.65

5 80.00 20.00

5.2.2.2. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah seragam maka bila dilakukan uji keseragaman data ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Rekapitulasi uji keseragaman data


(49)

proporsi aktivitas masing-masing pekerja pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data

Stasiun Pekerja

ke- Rata BKA BKB Keterangan

Stasiun pencucian 1 0.7885 0.8422 0.7347 Seragam Stasiun parutan 1 0.9038 0.9426 0.8651 Seragam 2 0.8942 0.9347 0.8538 Seragam 3 0.8769 0.9201 0.8337 Seragam Stasiun extractor 1 0.9423 0.9730 0.9116 Seragam 2 0.9250 0.9597 0.8903 Seragam Stasiun separator 1 0.7865 0.8404 0.7326 Seragam 2 0.7788 0.8334 0.7242 Seragam Stasiun center view 1 0.5481 0.6136 0.4826 Seragam 2 0.5808 0.6457 0.5159 Seragam 3 0.5808 0.6457 0.5159 Seragam 4 0.5500 0.6154 0.4846 Seragam 5 0.5654 0.6306 0.5002 Seragam 6 0.5481 0.6136 0.4826 Seragam Stasiun oven 1 0.8481 0.8953 0.8009 Seragam Stasiun pengepakan 1 0.8000 0.8526 0.7474 Seragam 2 0.8019 0.8544 0.7495 Seragam 3 0.7962 0.8492 0.7432 Seragam 4 0.8135 0.8647 0.7622 Seragam 5 0.8000 0.8526 0.7474 Seragam

Sumber : Pengolahan Data

5.2.2.3. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Jumlah pengamatan adalah 520, maka data dikatakan cukup. Rekapitulasi pengujian kecukupan data dapat dilihat pada Tabel 5.10.


(50)

Tabel 5.10. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data

Stasiun Pekerja

ke-

Rata-rata

Jumlah

pengamatan N' Keterangan

Stasiun

pencucian 1 78.85 520 103.07 Cukup

Stasiun parutan

1 90.38 520 40.87 Cukup

2 89.42 520 45.44 Cukup

3 87.69 520 53.92 Cukup

Stasiun

extractor

1 94.23 520 23.52 Cukup

2 92.50 520 31.15 Cukup

Stasiun

separator

1 78.65 520 104.26 Cukup

2 77.88 520 109.08 Cukup

Stasiun

center view

1 54.81 520 316.76 Cukup

2 58.08 520 277.31 Cukup

3 58.08 520 277.31 Cukup

4 55.00 520 314.31 Cukup

5 56.54 520 295.31 Cukup

6 54.81 520 316.76 Cukup

Stasiun

oven 1 84.81 520 68.82 Cukup

Stasiun pengepakan

1 80.00 520 96.04 Cukup

2 80.19 520 94.89 Cukup

3 79.62 520 98.36 Cukup

4 81.35 520 88.09 Cukup

5 80.00 520 96.04 Cukup

Sumber : Pengolahan Data

5.2.2.4. Perhitungan Tingkat Akurasi

Pengukuran tingkat akurasi dilakukan untuk mengetahui seberapa teliti pengamatan yang telah dilakukan. Rumus yang digunakan yaitu:

N p p p

L1.96 (1 )

Dimana:

L = tingkat akurasi N = jumlah pengamatan


(51)

p = proporsi aktivitas (work atau idle) sebagai persentase N Perhitungan tingkat akurasi dapat dilihat sebagai berikut:

N p p p

L1.96 (1 )

0488 . 0 520 ) 7564 . 0 1 ( 7564 . 0 7564 . 0 96 . 1    L

Nilai S = ±4.88% atau lebih kecil dari 10% yaitu tingkat ketelitian yang dikehendaki, maka pengamatan yang telah dilakukan sebanyak 520 kali jauh lebih teliti dari syarat ketelitian yang ditetapkan sebelumnya.

5.2.2.5. Perhitungan Beban Kerja dengan Work Load Analysis

Perhitungan beban kerja pekerja dipengaruhi oleh rating factor dan

allowance. Rekapitulasi hasil perhitungan beban kerja Work Load Analysis

dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Beban Kerja Work Load

Analysis

Stasiun Pekerja

ke-

Persentase Waktu Produktif (%)

Persentase Beban Kerja (%)

Stasiun pencucian 1 78.85 89.41

Stasiun parutan 1 90.38 108.26

2 89.42 110.14

3 87.69 108.01

Stasiun extractor 1 94.23 119.26

2 92.50 117.07

Stasiun separator 1 78.65 94.29

2 77.88 90.84

Sumber : Pengolahan Data


(52)

Tabel 5.11. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Beban Kerja Work Load

Analysis (Lanjutan)

Stasiun Pekerja

ke-

Persentase Waktu Produktif (%)

Persentase Beban Kerja (%)

Stasiun center view 1 54.81 64.41

2 58.08 68.91

3 58.08 69.56

4 55.00 65.26

5 56.54 66.44

6 54.81 63.79

Stasiun oven 1 84.81 99.84

Stasiun pengepakan 1 80.00 94.02

2 80.19 95.15

3 79.62 94.46

4 81.35 97.44

5 80.00 95.82

Sumber : Pengolahan Data

5.2.2.6. Perhitungan Jumlah Pekerja dengan Work Load Analysis

Rekapitulasi hasil perhitungan pekerja berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pekerja Berdasarkan Work

Load Analysis Stasiun Total Beban Kerja % Jumlah Pekerja (riil) Rata-rata Beban Kerja (riil) % Jumlah Pekerja (usulan) Rata-rata Beban Kerja (usulan) % Stasiun

pencucian 89.41 1 89.41 1 89.41

Stasiun

parutan 326.42 3 108.81 4 81.60

Stasiun

extractor 236.33 2 118.16 3 78.78

Stasiun

separator 185.13 2 92.57 2 92.57

Stasiun


(53)

Tabel 5.12. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pekerja Berdasarkan Work

Load Analysis (Lanjutan)

Stasiun

Total Beban Kerja %

Jumlah Pekerja (riil)

Rata-rata Beban Kerja

(riil) %

Jumlah Pekerja (usulan)

Rata-rata Beban

Kerja (usulan) %

Stasiun

oven 99.84 1 99.84 1 99.84

Stasiun

pengepakan 476.89 5 95.38 5 95.38

Total 20 20

Sumber : Pengolahan Data

Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah pekerja yang optimal pada bagian produksi sebesar 20 orang. Jumlah pekerja pada setiap stasiun yang berubah adalah stasiun parutan dari 3 orang bertambah menjadi 4 orang dan stasiun extractor dari 2 orang bertambah menjadi 3 orang, sedangkan stasiun


(54)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Waktu Produktif

Waktu produktif aktual (diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung) dengan waktu produktif seharusnya (dengan allowance kelonggaran yang diberikan), maka dapat diketahui bahwa pekerja masih nemiliki waktu non produktif (idle) dengan persentase yang berbeda-beda. Rekapitulasi waktu produktif, non produktif dan allowance yang diberikan pada masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Perbandingan Waktu Produktif, Idle, dan Allowance

Stasiun Pekerja ke- Waktu Produktif (%) Idle (%) Allowance (%)

Selisih Idle dan

Allowance (%)

Stasiun

pencucian 1 78.85 21.15 8 13.15

Stasiun parutan

1 90.38 9.62 13 -3.38

2 89.42 10.58 13 -2.42

3 87.69 12.31 13 -0.69

Stasiun

extractor

1 94.23 5.77 13 -7.23

2 92.50 7.50 13 -5.50

Stasiun

separator

1 78.65 21.35 8 13.35

2 77.88 22.12 8 14.12

Stasiun

center view

1 54.81 45.19 13 32.19

2 58.08 41.92 13 28.92

3 58.08 41.92 13 28.92


(55)

5 56.54 43.46 13 30.46

6 54.81 45.19 13 32.19

Stasiun oven 1 84.81 15.19 8 7.19

Stasiun pengepakan

1 80.00 20.00 13 7.00

2 80.19 19.81 13 6.81

3 79.62 20.38 13 7.38

4 81.35 18.65 13 5.65

5 80.00 20.00 13 7.00

Pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kegiatan idle yang meliputi berbicara pada rekan, duduk istirahat, minum, menganggur, menelepon, bermain hp, dan lainnya yang tidak mendukung pekerjaan yang dilakukan. Selisih idle dan allowance yang bemilai positif menunjukkan bahwa pekerja menggunakan waktunya untuk hal yang tidak produktif lebih besar dari

allowance yang diberikan. Tabel 6.1. terlihat bahwa hampir semua pekerja tidak

memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik kecuali pekerja pada stasiun parutan dan extractor.

6.2. Perbandingan Beban Kerja antara Subjective Workload Assesment

Technique (SWAT) dengan Work Load Analysis dan Analisis Jumlah

Pekerja

Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi pekerja. Sedangkan Work Load Analysis digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara objektif berdasarkan hasil pengamatan kepada pekerja. Perbandingan beban kerja antara SWAT dengan Work Load Analysis dapat dilihat pada Tabel 6.2.


(56)

Tabel 6.2. Perbandingan Beban Kerja antara SWAT dengan Work Load Analysis

Stasiun Pekerja ke-

Hasil Beban Kerja SWAT Hasil Beban Kerja Work Load

Analysis (%)

Prototipe Beban Kerja (%)

Stasiun pencucian 1 Time Load (T) 44.35 89.41

Stasiun parutan 1 Time Load (T)  61.24 108.26

2 Time Load (T)  63.51 110.14 3 Time Load (T)  63.51 108.01

Stasiun extractor 1 Mental Effort Load (E) 65.32 119.26

2 Psychological Stress Load (S) 73.45 117.07

Stasiun separator 1 Mental Effort Load (E) 51.86 94.29

2 Time Load (T)  44.35 90.84

Stasiun center view 1 Time Load (T)  48.87 64.41

2 Time Load (T)  44.35 68.91 3 Mental Effort Load (E)  48.87 69.56 4 Mental Effort Load (E)  52.52 65.26 5 Time Load (T) 41.48 66.44 6 Mental Effort Load (E) 57.15 63.79


(57)

Stasiun pengepakan 1 Psychological Stress Load (S) 57.15 94.02 2 Time Load (T) 61.24 95.15 3 Mental Effort Load (E) 63.51 94.46 4 Time Load (T) 48.87 97.44 5 Mental Effort Load (E) 52.52 95.82


(58)

Perhitungan berdasarkan SWAT didapatkan bahwa beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor (pekerja 2) dengan faktor Psychological

Stress Load (S) sebesar 73.45%. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view (pekerja 5) dengan faktor Time Load (T) sebesar 41.48%.

Sedangkan berdasarkan Work Load Analysis didapatkan bahwa beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor (pekerja 1) sebesar 119.26%. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view (pekerja 6) sebesar 63.79%.

Tabel 6.4. dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan antara beban kerja persepsi pekerja dan beban kerja hasil pengamatan kepada pekerja. Beban kerja berdasarkan SWAT dapat diketahui faktor yang mempengaruhi aktivitas pekerja terhadap beban kerja. Sedangkan beban kerja berdasarkan Work Load

Analysis dapat dilakukan dalam menentukan jumlah pekerja optimal berdasarkan

sehingga dapat mengurangi kelebihan atau ketidakseimbangan beban kerja. Penentuan jumlah pekerja dilakukan dengan menjumlahkan nilai beban kerja seluruh pekerja yang berada pada setiap stasiun kerja, sehingga diperoleh beban kerja per stasiun kerja. Maka jumlah pekerja pada setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 6.3.


(59)

Tabel 6.3. Hasil Perhitungan Pekerja pada Setiap Stasiun Kerja di Bagian Produksi Stasiun Total Beban Kerja % Jumlah Pekerja (riil) Rata-rata Beban Kerja (riil) % Jumlah Pekerja (usulan) Rata-rata Beban Kerja (usulan) % Prototipe Stasiun

pencucian 89.41 1 89.41 1 89.41 T

Stasiun

parutan 326.42 3 108.81 4 81.60 T

Stasiun

extractor 236.33 2 118.16 3 78.78 E dan S

Stasiun

separator 185.13 2 92.57 2 92.57 T dan E

Stasiun

center view 398.37 6 66.40 4 99.59 T dan E

Stasiun

oven 99.84 1 99.84 1 99.84 T

Stasiun

pengepakan 476.89 5 95.38 5 95.38 T, E, dan S

Total 20 20

Sumber : Pengolahan Data

Beban kerja pada pekerja bagian produksi dipengaruhi oleh faktor Time

Load (T), Mental Effort Load (E), dan Psychological Stress Load (S). Penentuan

jumlah pekerja optimal dapat mengurangi kelebihan atau ketidakseimbangan beban kerja. Perhitungan jumlah pekerja berdasarkan nilai beban kerja didapatkan bahwa jumlah pekerja yang optimal pada bagian produksi sebesar 20 orang.


(60)

Rata-rata beban kerja (riil) pekerja pada stasiun parutan tergolong tinggi sebesar 108.81% yang dipengaruhi oleh faktor Time Load (T) karena melebihi 100% dan beban kerja diatas kondisi normal. Beban kerja yang tinggi karena pekerja sering mengalami penumpukan aktivitas terhadap ketersediaan waktu sehingga terlewatnya singkong yang masih berbonggol. Keadaan tersebut dapat membuat mesin root rashper tersumbat dan terhenti. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambahkan jumlah pekerja dari 3 orang (riil) bertambah menjadi 4 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 81.60% (usulan). Keadaan tersebut dapat membuat pekerja mengatasi pekerjaannya dengan lebih tenang dan dapat memanfaatkan waktu kerja dalam melakukan kegiatan yang lebih produktif.

Rata-rata beban kerja (riil) pekerja pada stasiun extractor tergolong tinggi sebesar 118.16% yang dipengaruhi oleh faktor Mental Effort Load (E) dan

Psychological Stress Load (S) karena melebihi 100% dan beban kerja diatas

kondisi normal. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat membersihkan mesin extractor untuk menghindari robeknya kain extractor. Keterbatasan waktu mengakibatkan pekerja sering terlambat sehingga ampas singkong mengendap dan mesin extractor terhenti. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambahkan jumlah pekerja dari 2 orang (riil) bertambah menjadi 3 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 78.78% (usulan). Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi / menyikapi pekerjaaan dengan lebih tenang tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja.


(61)

Rata-rata beban kerja (riil) pekerja pada stasiun center view tergolong rendah sebesar 66.40% yang dipengaruhi oleh faktor Time Load (T) dan Mental

Effort Load (E) karena jauh dari kondisi normal atau jauh dari 100%. Beban

kerja yang rendah karena pekerja memiliki banyak waktu luang dengan melakukan kegiatan tidak produktif. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah mengurangi jumlah pekerja dari 6 orang (riil) bertambah menjadi 4 orang (usulan) sehingga menaikkan rata-rata beban kerja menjadi 99.59% (usulan). Keadaan tersebut dapat membuat pekerja untuk lebih memanfaatkan waktu kerja dalam melakukan kegiatan produktif.


(62)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan berdasarkan SWAT diperoleh beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor (pekerja 2) dengan faktor Psychological Stress

Load (S) sebesar 73.45%. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view (pekerja 5) dengan faktor Time Load (T) sebesar 41.48%.

Sedangkan berdasarkan Work Load Analysis diperoleh beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor (pekerja 1) sebesar 119.26%. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view (pekerja 1 dan 6) sebesar 63.79%.

2. Waktu kerja produktif pekerja kurang baik, terlihat dari persentase waktu produktif berkisar dari 54.81% hingga 94.23%.

3. Jumlah pekerja yang optimal pada bagian produksi sebesar 20 orang. Jumlah pekerja pada tiap stasiun yang berubah adalah stasiun parutan dari 3 orang bertambah menjadi 4 orang dan stasiun extractor dari 2 orang bertambah menjadi 3 orang, sedangkan stasiun center view dari 6 orang berkurang menjadi 4 orang.


(63)

7.2. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak perusahaan membuat job description yang jelas agar pekerja dapat bekerja optimal sesuai pembagian kerja yang diberikan.

2. Sebaiknya pihak perusahaan melakukan perekrutan pekerja baru serta memberi pelatihan khusus terhadap pekerja sehingga kinerja pekerja menjadi lebih baik.

3. Sebaiknya pihak perusahaan mempertimbangkan hasil penelitian beban kerja pekerja yang dilakukan peneliti untuk melakukan perbaikan sistem pembagian kerja dan pengalokasian pekerja.


(64)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan yang pengolahan singkong menjadi tepung tapioka sebagai produk jadi. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Pabrik ini merupakan pengembangan dari pabrik-pabrik yang sudah ada sebelumnya. PT. Florindo Makmur berawal dari pendirian PT. Bumi Waras yang merupakan anak cabang PT. Sungai Budi. Banyaknya problema pasang surut perusahaan dan tantangan sosial serta lingkungan sekitar, maka perusahaan tersebut diakuisisi oleh PT. Alam Sari. PT. Alam Sari Perbaikan sebagai kepemilikan baru ternyata tidak mampu

menanggulangi masalah perusahaan sehingga kembali diakuisisi oleh PT. Florindo Makmur. PT. Florindo Makmur mengakuisisi pada bulan Oktober

tahun 2008 dan bertahan sampai saat ini.

PT. Florindo makmur terus berusaha mengembangkan daerah pemasaran dalam mendistribusikan produknya. Awalnya produk dipasarkan di daerah Medan dan Serdang Bedagai. Pemasaran produk saat ini sudah mencapai ke daerah Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, dan Palembang. PT. Florindo Makmur menggunakan singkong sebagai bahan baku utama pembuatan tepung tapioka. Proses produksi yang dilakukan selalu memperhatikan kualitas yang diperiksa di Departemen Laboratorium. PT. Florindo Makmur ini berstatus sebagai


(65)

perusahaan swasta dan berdasarkan akte Departemen Kehakiman C-1336 HT. 0104. TH. 2008.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Florindo Makmur bergerak dibidang produksi tepung tapioka. PT. Florindo Makmur melakukan sistem produksi yang bersifat make to stock dimana persediaan ditentukan berdasarkan peramalan potensi permintaan pelanggan terhadap produk jadi. Bahan baku singkong yang diperoleh sekitar 750 ton/hari dari pihak pabrik yaitu perkebunan singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Sidimpuan.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. Florindo Makmur berada di Jl. Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. PT. Florindo Makmur berjarak km dari pasar Bengkel dan berada

 80 km arah tenggara kota Medan. Lokasi sumber bahan baku yaitu perkebunan singkong berada disekitar pabrik.

2.4. Daerah Pemasaran

Perintah untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pemasaran dan penjualan umumnya akan diformulasikan oleh Departemen Pemasaran dan Penjualan dari sebuah perusahaan. Daerah pemasaran produk tepung tapioka perusahaan ini berfokus di daerah Medan dan berkembang ke daerah Aceh,


(66)

Padang, Jambi, Pekanbaru, serta Palembang. Kapasitas produksi pabrik ini adalah 20% - 21% dari bahan baku yaitu sekitar 150 ton/hari.

2.5. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Lingkungan

Setiap usaha yang dijalankan tentunya akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik perusahaan itu sendiri maupun masyarakat yang ada dilingkungan sekitar. Dampak positif maupun negatif dari aspek – aspek sosial dan ekonomi adalah:

1. Dampak Sosial

Bila ditinjau dari aspek sosial, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:

a. Perubahan demografi melalui terjadinya tingkat pengangguran, yaitu dalam pembuatan perusahaan tersebut tentunya pihak perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang mana dapat diambil dari lingkungan masyarakat sekitar. b. Perubahan budaya yang dapat berdampak pada perubahan sikap masyarakat,

yaitu masyarakat akan mendapatkan sebuah gambaran tentang bagaimana cara bekerja yang baik dan benar serta meningkatkan disiplin.

c. Perusahaan memberi dukungan atas pelaksanaan acara-acara perayaan keagamaan masyarakat sekitar dengan memberikan sumbangan dana melalui proposal sehingga warga dapat melangsungkan kegiatan tersebut dengan baik dan lancar.


(67)

Sedangkan dampak negatif bagi masyarakat adalah prasarana jalan lintas masyarakat mengalami kerusakan dengan cukup banyaknya truk pengangkut singkong yang melewati jalur tersebut setiap harinya.

2. Dampak Ekonomi

Bila ditinjau dari aspek ekonomi, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:

a. Dapat meningkatkan ekonomi di lingkungan sekitar serta mengurangi pengangguran di lingkungan sekitar masyarakat yang akhir-akhir ini semakin bertambah.

b. Meningkatkan perekonomian pemerintah, dengan adanya perusahaan tersebut sehingga dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.


(68)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan produktivitas dapat tercapai dengan dukungan sistem yang sangat mempengaruhi berhasilnya suatu pekerjaan dengan baik. Cara untuk meningkatkan produktivitas dengan mengefisiensikan pekerja yang merupakan aset yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Efisiensi pekerja berkaitan dengan beban kerja pekerja yang terdiri dari beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi aktivitas fisik. Beban kerja mental merupakan selisih antara tuntutan kerja dari suatu tugas dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja. Ciri-ciri beban kerja mental yaitu keharusan dalam kondisi waspada dengan waktu yang lama, kebutuhan dalam mengambil keputusan, menurunnya konsentrasi akibat aktivitas monoton dan kurangnya kontak dengan orang lain. Beban kerja yang tinggi berpengaruh terhadap penurunan kualitas kerja dan ketahanan tubuh pekerja sehingga berdampak pada produktivitas perusahaan. (Stanton, 2004).

PT. Florindo Makmur merupakan industri pengolahan singkong menjadi tepung tapioka di Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Perusahaan memiliki 7 stasiun kerja pada bagian produksi yaitu stasiun pencucian, parutan, extractor, separator,


(69)

center view, oven, dan pengepakan. Bagian produksi dalam melakukan produksi

tepung melibatkan 20 pekerja yang bekerja selama 7 jam kerja pada shift I. Pekerja sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga mesin terhenti dan bahan baku terlambat untuk diproses di stasiun berikutnya. Keadaan tersebut terjadi pada beberapa stasiun kerja yaitu stasiun parutan dan extractor.

Stasiun parutan memiliki 3 orang pekerja yang bertugas menginspeksi bonggol agar tidak masuk ke mesin root rashper. Bahan baku singkong yang masuk sebanyak 375 ton/hari sehingga setiap orang harus menginpeksi 125 ton/hari. Sifat pekerjaan yang monoton dan repetitif mengakibatkan turunnya konsentrasi dan terlewatnya singkong yang masih berbonggol. Keadaan tersebut dapat membuat mesin root rashper tersumbat dan terhenti.

Stasiun extractor dengan 2 orang pekerja bertugas membersihkan 28 unit mesin extractor setiap 20 menit. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat membersihkan mesin extractor untuk menghindari robeknya kain extractor. Keterbatasan waktu mengakibatkan pekerja sering terlambat sehingga ampas singkong mengendap dan mesin extractor terhenti.

Hal sebaliknya terjadi pada stasiun center view, dimana pekerja memiliki banyak waktu luang dengan melakukan kegiatan tidak produktif. Stasiun center

view dengan 6 orang pekerja bertugas membersihkan 6 unit mesin setiap 8

menit. Waktu siklus kegiatan tersebut sebesar 4 menit sehingga pekerja memiliki waktu sebesar 4 menit yang tidak terpakai. Keadaan tersebut membuat pekerja menganggur saat pekerja lain sedang mengerjakan tugasnya.


(70)

Berdasarkan permasalahaan diatas dapat diindikasikan bahwa beban kerja pekerja pada beberapa stasiun kerja belum merata sehingga mengakibatkan adanya kekurangan dan kelebihan pekerja. Kekurangan pekerja mengakibatkan beban kerja berlebih, sedangkan kelebihan pekerja mengakibatkan penggunaan waktu kerja tidak produktif. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengaturan jumlah pekerja di setiap stasiun kerja berdasarkan beban kerja. Salah satunya dengan cara menganalisis beban kerja mental pekerja agar tidak terjadi kesenjangan beban kerja.

Pratiwi (2011) melakukan penelitian pada pengemudi bus Damri di Surakarta dengan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT). Penelitian memiliki beberapa hal yang tidak dapat terduga oleh pengemudi yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Pengemudi dituntut untuk lebih berkonsentrasi dan pada kondisi yang tak terduga dapat menimbulkan beban kerja mental yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT diperoleh beban kerja mental responden pada kondisi normal 74.095 termasuk kategori beban kerja tinggi. Ridha (2013) mengusulkan kebutuhan jumlah tenaga kerja pada bagian Water

Based berdasarkan Work Load Analysis. Permasalahan yang terjadi banyaknya

tenaga kerja bagian Water Based menganggur yang disebabkan oleh penentuan tenaga kerja yang tidak tepat. Penelitian menunjukkan bahwa penentuan usulan jumlah tenaga kerja dapat mengurangi terjadinya waktu menganggur hal tersebut dilihat dari tingkat utilisasi yang meningkat.


(71)

Usaha meningkatkan efisiensi pekerja diperlukan pendekatan yang tepat untuk menganalisis beban kerja pekerja dan dapat menentukan jumlah pekerja optimal. Penelitian akan membandingkan beban kerja mental dari aktivitas pekerja dengan pendekatan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Work Load Analysis agar didapatkan jumlah pekerja yang optimal.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah pekerja sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga mesin terhenti dan bahan baku terlambat untuk diproses di stasiun berikutnya. Keadaan tersebut diakibatkan pembebanan kerja yang tidak merata sehingga terjadi ketidaksesuaian jumlah pekerja dan berdampak pada produktivitas perusahaan. Tindakan perlu dilakukan dengan pengaturan jumlah pekerja berdasarkan beban kerja.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk menentukan jumlah pekerja berdasarkan analisis beban kerja pada bagian produksi di PT. Florindo Makmur.

Tujuan khusus dari penelitian adalah:

1. Mengetahui tingkatan beban kerja mental yang dialami oleh pekerja. 2. Mengetahui persentase waktu produktif pekerja pada setiap stasiun kerja. 3. Mengetahui jumlah pekerja yang optimal pada setiap stasiun kerja.


(72)

Manfaat dari penelitian adalah:

1. Perusahaan mendapatkan acuan untuk mengelola beban kerja pekerja dan menentukan jumlah pekerja yang optimal.

2. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas sarjana dan mampu menerapkan keilmuan teknik industri dalam dunia industri yang sebenarnya.

3. Laporan hasil penelitian dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai penambahan wawasan akan efesiensi dari pekerjaan dalam industri dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah dari penelitian adalah:

1. Penelitian dilakukan pada pekerja tetap di bagian produksi.

2. Pengamatan jenis idle dilakukan pada shift 1 dari pukul 08.00-12.00 WIB dan pukul 13.00-16.00 WIB selama 5 hari.

3. Penelitian tidak membahas masalah biaya.

Asumsi yang digunakan dari penelitian adalah: 1. Kondisi kerja pekerja dalam keadaan normal. 2. Allowance pada setiap stasiun kerja adalah sama.

3. Pekerja dianggap sudah mengetahui dan paham bterhadap prosedur kerja yang dilakukan.


(73)

1.5. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah singkat dari PT. Florindo Makmur, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, organisasi dan manajemen, standar bahan, uraian proses produksi dan bahan-bahan produksi.

Bab III Landasan Teori, berisi tinjauan Pustaka yang berisi teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan tenaga kerja, beban kerja dengan SWAT (Subjective

Workload Assessment Technique), Work Sampling, dan Work Load Analysis.

Bab IV Metodologi Penelitian, menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta prosedur penelitian.

Bab V Pengumpulan Data dan Pengolahan Data, memuat data-data yang dikumpulkan peneliti dan diolah untuk memperoleh hasil pemecahan permasalahan tersebut yang mencakup pengumpulan data yang terdapat alokasi pekerja, data Subjective Workload Assesment Technique (SWAT), rekapitulasi


(1)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN 5.2.2.5. Perhitungan Beban Kerja dengan Work

Load Analysis ... V-34 5.2.2.6. Perhitungan Jumlah Pekerja dengan

Work Load Analysis ... V-35

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.3. Analisis Waktu Produktif ... VI-1 6.3. Perbandingan Beban Kerja antara Subjective Workload

Assesment Technique (SWAT) dengan Work Load

Analysis dan Analisis Jumlah Pekerja ... VI-7

VII ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 3.1. Kombinasi Beban Waktu (T), Beban Usaha Mental (E),

5.1. Jumlah Pekerja pada Setiap Stasiun Kerja (Shift I) ... V-1

5.2. Rekapitulasi Hasil Urutan Kartu SWAT Berdasarkan Persepsi Masing-masing Pekerja ... V-3

5.3. Rekapitulasi Angket Beban Kerja ... V-4 5.4. Work, Idle, Rating Factor, dan Allowance ... V-8 5.5. Parameter Perhitungan Koefisien Kendall ... V-18 5.6. Prototipe untuk Masing-masing Responden ... V-21 5.7. Skala Akhir SWAT ... V-23 5.8. Kategori Beban Kerja Masing-masing Responden ... V-24 5.9. Rekapitulasi Jumlah Pengamatan ... V-25 5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data ... V-30 5.11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data ... V-32

5.12. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Beban Kerja Work

Load Analysis ... V-34 5.13. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pekerja Berdasarkan Work

Load Analysis ... V-38 6.1. Perbandingan Waktu Produktif, Idle, dan Allowance ... VI-5


(3)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 6.2. Perbandingan Beban Kerja antara SWAT dengan Work

Load Analysis ... VI-9 6.3. Hasil Perhitungan Pekerja pada Setiap Stasiun Kerja di


(4)

(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 3.1. Kartu SWAT ... III-10

4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2

4.2. Pengumpulan Data Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) ... IV-5

4.3. Pengumpulan Data Work Load Analysis dengan Cara Work Sampling ... IV-7

4.4. Flowchart Subjective Workload Assessment Technique

(SWAT) ... IV-9 4.5. Flowchart Work Load Analysis ... IV-11


(6)

ABSTRAK

Peningkatan produktivitas dapat tercapai dengan dukungan sistem yang sangat mempengaruhi berhasilnya suatu pekerjaan dengan baik. Cara untuk meningkatkan produktivitas dengan mengefisiensikan pekerja yang merupakan aset yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pekerja sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga mesin terhenti dan bahan baku terlambat untuk diproses di stasiun berikutnya. Keadaan tersebut diakibatkan pembebanan kerja yang tidak merata sehingga terjadi ketidaksesuaian jumlah pekerja dan berdampak pada produktivitas perusahaan. Tindakan perlu dilakukan dengan pengaturan jumlah pekerja berdasarkan beban kerja. Penelitian menggunakan metode Subjective Workload Assesment

Technique (SWAT) dan Work Load Analysis agar didapatkan jumlah pekerja

yang optimal. SWAT digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi pekerja dan secara objektif berdasarkan hasil pengamatan terhadap pekerja dengan Work Load Analysis. Kelebihan beban kerja terjadi di stasun parutan (108.81%) dengan faktor Time Load dan stasiun

extactor (118.16%) dengan faktor faktor Mental Effort Load dan Psychological Stress Load. Sedangkan beban kerja stasiun center view (66.40%) dengan faktor Time Load dan Mental Effort Load tergolong rendah. Data tersebut dilakukan

perhitungan jumlah pekerja optimal pada setiap stasiun kerja. Jumlah pekerja yang optimal berdasarkan analisis beban kerja pada bagian produksi sebesar 20 orang. Jumlah pekerja pada tiap stasiun yang berubah adalah stasiun parutan dari 3 orang bertambah menjadi 4 orang dan stasiun extractor dari 2 orang bertambah menjadi 3 orang, sedangkan stasiun center view dari 6 orang berkurang menjadi 4 orang.

Kata Kunci: Tenaga Kerja, Beban Kerja Mental, SWAT, Work Load Analysis

 


Dokumen yang terkait

Evaluasi Beban Kerja Mental dengan Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) di PT. Air Mancur

0 4 8

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) (Studi Kasus pada Express Print, Yogyakarta).

0 4 10

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

1 1 17

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

2 3 1

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

0 0 7

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

0 0 4

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

0 0 1

Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi di PT. Florindo Makmur

0 1 4

BAB 1 PENDAHULUAN - PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE) DAN WORK LOAD ANALYSIS DI UD. BATU BATA PRESS DUA SETANGKE KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu

0 0 9

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA - PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE) DAN WORK LOAD ANALYSIS DI UD. BATU BATA PRESS DUA SETANGKE KABUPATEN NAGAN RAYA - Reposito

0 0 15