BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Waktu Produktif
Waktu produktif aktual diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung dengan waktu produktif seharusnya dengan allowance kelonggaran
yang diberikan, maka dapat diketahui bahwa pekerja masih nemiliki waktu non produktif idle dengan persentase yang berbeda-beda. Rekapitulasi waktu
produktif, non produktif dan allowance yang diberikan pada masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Perbandingan Waktu Produktif, Idle, dan Allowance
Stasiun Pekerja
ke- Waktu
Produktif Idle
Allowance Selisih Idle dan
Allowance Stasiun
pencucian
1 78.85
21.15 8
13.15 Stasiun
parutan 1
90.38 9.62
13 -3.38
2 89.42
10.58 13
-2.42 3
87.69 12.31
13 -0.69
Stasiun extractor
1 94.23
5.77 13
-7.23 2
92.50 7.50
13 -5.50
Stasiun separator
1 78.65
21.35 8
13.35 2
77.88 22.12
8 14.12
Stasiun center view
1 54.81
45.19 13
32.19 2
58.08 41.92
13 28.92
3 58.08
41.92 13
28.92 4
55.00 45.00
13 32.00
Universitas Sumatera Utara
5 56.54
43.46 13
30.46 6
54.81 45.19
13 32.19
Stasiun oven 1
84.81 15.19
8 7.19
Stasiun pengepakan
1 80.00
20.00 13
7.00 2
80.19 19.81
13 6.81
3 79.62
20.38 13
7.38 4
81.35 18.65
13 5.65
5 80.00
20.00 13
7.00 Pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kegiatan idle yang
meliputi berbicara pada rekan, duduk istirahat, minum, menganggur, menelepon, bermain hp, dan lainnya yang tidak mendukung pekerjaan yang dilakukan.
Selisih idle dan allowance yang bemilai positif menunjukkan bahwa pekerja menggunakan waktunya untuk hal yang tidak produktif lebih besar dari
allowance yang diberikan. Tabel 6.1. terlihat bahwa hampir semua pekerja tidak memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik kecuali pekerja pada stasiun parutan
dan extractor.
6.2. Perbandingan Beban Kerja antara Subjective Workload Assesment
Technique SWAT dengan Work Load Analysis dan Analisis Jumlah Pekerja
Metode Subjective Workload Assesment Technique SWAT digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi
pekerja. Sedangkan Work Load Analysis digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara objektif berdasarkan hasil pengamatan kepada pekerja.
Perbandingan beban kerja antara SWAT dengan Work Load Analysis dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Perbandingan Beban Kerja antara
SWAT
dengan Work Load Analysis
Stasiun Pekerja ke-
Hasil Beban Kerja SWAT Hasil Beban Kerja Work Load
Analysis
Prototipe
Beban Kerja
Stasiun pencucian 1
Time Load T 44.35
89.41
Stasiun parutan 1
Time Load T 61.24
108.26 2
Time Load T 63.51
110.14 3
Time Load T 63.51
108.01
Stasiun extractor 1
Mental Effort Load E 65.32
119.26 2
Psychological Stress Load S 73.45
117.07
Stasiun separator 1
Mental Effort Load E 51.86
94.29 2
Time Load T 44.35
90.84
Stasiun center view 1
Time Load T 48.87
64.41 2
Time Load T 44.35
68.91 3
Mental Effort Load E 48.87
69.56 4
Mental Effort Load E 52.52
65.26 5
Time Load T 41.48
66.44 6
Mental Effort Load E 57.15
63.79
Stasiun oven 1
Time Load T 61.24
99.84
Universitas Sumatera Utara
Stasiun pengepakan 1
Psychological Stress Load S 57.15
94.02 2
Time Load T 61.24
95.15 3
Mental Effort Load E 63.51
94.46 4
Time Load T 48.87
97.44 5
Mental Effort Load E 52.52
95.82
Sumber : Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan berdasarkan SWAT didapatkan bahwa beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun extractor pekerja 2 dengan faktor Psychological
Stress Load S sebesar 73.45. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view pekerja 5 dengan faktor Time Load T sebesar 41.48.
Sedangkan berdasarkan Work Load Analysis didapatkan bahwa beban kerja yang
paling tinggi dialami stasiun extractor pekerja 1 sebesar 119.26. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun center view pekerja 6 sebesar 63.79.
Tabel 6.4. dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan antara beban kerja persepsi pekerja dan beban kerja hasil pengamatan kepada pekerja. Beban
kerja berdasarkan SWAT dapat diketahui faktor yang mempengaruhi aktivitas pekerja terhadap beban kerja. Sedangkan beban kerja berdasarkan Work Load
Analysis dapat dilakukan dalam menentukan jumlah pekerja optimal berdasarkan
sehingga dapat mengurangi kelebihan atau ketidakseimbangan beban kerja.
Penentuan jumlah pekerja dilakukan dengan menjumlahkan nilai beban kerja seluruh pekerja yang berada pada setiap stasiun kerja, sehingga diperoleh
beban kerja per stasiun kerja. Maka jumlah pekerja pada setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.3. Hasil Perhitungan Pekerja pada Setiap Stasiun Kerja di Bagian Produksi
Stasiun Total
Beban Kerja
Jumlah Pekerja
riil Rata-rata
Beban Kerja riil
Jumlah Pekerja
usulan Rata-rata
Beban Kerja
usulan Prototipe
Stasiun pencucian
89.41 1
89.41 1
89.41 T
Stasiun parutan
326.42 3
108.81 4
81.60 T
Stasiun extractor
236.33 2
118.16 3
78.78 E dan S
Stasiun separator
185.13 2
92.57 2
92.57 T dan E
Stasiun center view
398.37 6
66.40 4
99.59 T dan E
Stasiun oven
99.84 1
99.84 1
99.84 T
Stasiun pengepakan
476.89 5
95.38 5
95.38 T, E, dan S Total
20 20
Sumber : Pengolahan Data
Beban kerja pada pekerja bagian produksi dipengaruhi oleh faktor Time Load T, Mental Effort Load E, dan Psychological Stress Load S. Penentuan
jumlah pekerja optimal dapat mengurangi kelebihan atau ketidakseimbangan beban kerja. Perhitungan jumlah pekerja berdasarkan nilai beban kerja
didapatkan bahwa jumlah pekerja yang optimal pada bagian produksi sebesar 20 orang.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata beban kerja riil pekerja pada stasiun parutan tergolong tinggi sebesar 108.81 yang dipengaruhi oleh faktor Time Load T karena melebihi
100 dan beban kerja diatas kondisi normal. Beban kerja yang tinggi karena pekerja sering mengalami penumpukan aktivitas terhadap ketersediaan waktu
sehingga terlewatnya singkong yang masih berbonggol. Keadaan tersebut dapat membuat mesin root rashper tersumbat dan terhenti. Tindakan perbaikan yang
dilakukan adalah menambahkan jumlah pekerja dari 3 orang riil bertambah menjadi 4 orang usulan sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi
81.60 usulan. Keadaan tersebut dapat membuat pekerja mengatasi pekerjaannya dengan lebih tenang dan dapat memanfaatkan waktu kerja dalam
melakukan kegiatan yang lebih produktif. Rata-rata beban kerja riil pekerja pada stasiun extractor tergolong
tinggi sebesar 118.16 yang dipengaruhi oleh faktor Mental Effort Load E dan Psychological Stress Load S karena melebihi 100 dan beban kerja diatas
kondisi normal. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat membersihkan mesin extractor untuk menghindari robeknya kain extractor. Keterbatasan waktu
mengakibatkan pekerja sering terlambat sehingga ampas singkong mengendap dan mesin extractor terhenti. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah
menambahkan jumlah pekerja dari 2 orang riil bertambah menjadi 3 orang usulan sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 78.78 usulan.
Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi menyikapi pekerjaaan dengan lebih tenang tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam
bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata beban kerja riil pekerja pada stasiun center view tergolong rendah sebesar 66.40 yang dipengaruhi oleh faktor Time Load T dan Mental
Effort Load E karena jauh dari kondisi normal atau jauh dari 100. Beban kerja yang rendah karena pekerja memiliki banyak waktu luang dengan
melakukan kegiatan tidak produktif. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah mengurangi jumlah pekerja dari 6 orang riil bertambah menjadi 4 orang
usulan sehingga menaikkan rata-rata beban kerja menjadi 99.59 usulan. Keadaan tersebut dapat membuat pekerja untuk lebih memanfaatkan waktu kerja
dalam melakukan kegiatan produktif.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN