71
2.9.4 Sistem Mata Pencaharian Hidup
Zulkilfi Lubis 2005 menerangkan bahwa pada masa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak di asosiasikan dengan pekerjaan
kasar, sperti kuil perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu dan pekerjaan-pekerjaan lainya yang lebih mengandalkan otot. Meskipun hal
terebut berbeda dengan pendapat bapak Candra Bosse yang mengatakan bahwasanya orang Tamil yang datang ke dataran Sumatera bekerja sebagai
mandor maupun kepala karyawan untuk masyarakat pribumi maupun etnis lain yang dipekerjakan pada masa kolonial Belanda di perkebunan.
Menurut penulis mungkin saja yang di pekerjakan sebagai buruh maupun pekerja yang mengandalkan otot pada masa kolonial adalah mereka orang
india yang beretnis Tamil yang memiliki status sosial yang rendah maupun kasta rendah, sedangkan yagn bekerja pada ranah administrasi adalah
mereka yang berstatus menengah keatas atau merek yang memiliki kasta yang lebih tinggi.
Pada masa sekarang ini banyak juga di antara masyrakat Tamil yang bekerja sebagai buruh atau pekerja kasar seperti buruh angkut seperti
yang ada di pelabuhan Belawan. Mereka disana juga bekerja secara berkelompok pelabuhan sebagai sebuah team. Untuk sektor pedagangan
juga banyak masyarakat Tamil yang berdagang, baik itu dagangan musiman maupun dagangan yang berkelanjutan. Dagangan musiman dapat
kita liat pada saat hari-hari besar keagamaan atau juga menjelang tahun baru, sangat banyak dari masyarakat Tamil yang berjualan kembang api di
Universitas Sumatera Utara
72
seputaran jalan-jalan protokol di kota medan seperti jalan Zainul Arifin yang merupak sebagai salah satu pusat bisnis di kota Medan. Dagangan
berkelanjutan atau bisa di sebut juga berdagang tetap tetap dapat kita lihat pada sektor kuliner maupun barang-barang lain. Bidang kuliner dapat kita
lihat di wisata kuliner Pagaruyung yang mana meenang ada mereka yang berjualan di wilayah itu, ada juga di seputaran Merdeka Walk yang
berjualan roti India pada malam hari. Hal yang paling menarik adalah diaman adanya orang tamil yang berjualan kain-kain pakaian yang berada
di dalam Mall Sun Plaza, di Mall tersebut hanya ada satu orang yang Tamil yang berjualan bahan textil di Mall tersebut.
Penulis juga mengamati masyarakat Tamil yang bekerja di sektor Pemerintahan, baik itu bekerja sebagai Pegawai Negeri, Pegawai BUMN,
maupun TNIPolri. Masayarakat Tamil di kota Medan sangat sedikit yang berstatus sebagai pegawai negeri, sampai saat ini penulis belum ada
bertemu dengan orang Tamil yang berstatus tersebut. Salah satu orang Tamil yang berstatus sebagai pegawai BUMN adalah bapak Candra Bosse.
Beliau merupakan salah satu pensiuanan dari Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tritanadi.:
Saya bisa menjadi sebagai salah satu pegawai di Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtanadi tidak
lepas dari hubungan kedekatan. Sebelum saya menjadi pegawai di Tirtanadi, pada saat itu saya masih tinggal di
daearah Langkat bersama orang tua dan sangat hobi bermain bola kaki pada saat mudanya. Hal itu di lirik
oleh kenalan orang tua saya dan saya pun di ajak ke Medan untuk bekerja di perusahaan Tirtanadi. Saat saya
pertama menjadi pegawai di perusuhaan pada pertengahan tahun 1970-an. Pada masa awal pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
73
saya tidak memiliki rumah tetap, hingga pada akhirnya ada sebuah program yang di jalankan perusahaan
tersebut untuk kesejahteraan pegawainya. Pada saat itu saya memiliki hubungan yang baik dengan pimpinan
perusahaan sehingga saya juga mendapatkan program tersebut. Masa itu tahun 1978 setiap karyawan yang
hendak mengikuti program tersebut harus memnyetorkan uang sejumlah tiga juta rupiah kepada perusahaan, uang
tersebut di peruntukan untuk membeli sebidang tanah. Kemudian para pegawai juga di beri kesempatan untuk
meminjam uang kepada perusahaan maksimal sebanyak sepuluh juta rupiah. Dengan adanya bantuan program
tersebut membuat saya dan keluarnya memiliki rumah yang layak huni. Hal itu tidak terlepas dari relasi dengan
atasan. Ppada saat itu tidak semua karyawan yang mendapat kesemptan tersebut.
Wawancara dengan Bapak Candra Bosse
Penulis juga berkesempatan bertemu orang Tamil yang berstatus sebagai TNI AL yang juga berprofesi sebagai Dokter. Kesempatan menjadi
dokter di angkatan laut di rasakan oleh bapak Kolonel dr.Weweka orang Tamil yang lahir dan besar di kota Medan yang bertugas di daearah Jakarta.
Saya bisa menjadi seorang anggota TNI AL karena pada masa mudan saya memang sangat menyukai
bidang-bidang dan hal yang berbau militer. Hal itu saya buktikan dengani tekunnya saya mempersiapkan diri
menjadi anggota TNI. Saat selesai menyelesaikan studinya sebagai dokter, saya mengikuti program calon perwira yang
di adakan pada masa saat itu. Pencapaian yang di rasakannya saat ini juga tidak lepas dari bantuan orang tua
saya. Orang tua saya memang merupakan orang yang berstatus tinggi di Sumatera pada saat itu, sehingga saya
memiliki relasi dan kesempatan yang lebih besar untuk menjadi anggota TNI AL pada masa itu.
Wawancara dengan Bapak Weweka Dari pernyataan dua orang informan diatas tadi memiliki
kesamaan, yaitu dalam hal relasi dalam bidang pekerjaan. Hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
74
terbentuk sejak lama mempengaruhi kesempatan kerja dan penempatan kita saat bekerja khusunya oang Tamil. Hal ini merupakan penyebab kenapa
banyak sekali orang Tamil yang bekerja di sektor informal. Mereka merasa minder dalam hal persaingan dengan masyarakat pribumi dan mereka hanya
mau bersaing dengan masyarakat pribumi apabila memiliki relasi dalam hal tersebut.
2.9.5 Sistem Religi