47
untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan.
2.4 Kota Medan Secara Kultural
Kota Medan sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan
agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat
menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan
berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian,
makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.
Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh
karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
Universitas Sumatera Utara
48
Masyarakat Tamil memperlihatkan budaya cultere mereka dengan cara ritual religi yang sering mereka lakukan di kuil-kuil. Ritual religi yang mereka
lakukan selalu mengarah kepada penyembahan Dewa-Dewa pada setiap perayaan hari besar. Meskipun ritual religi yang mereka lakukan jarang di ketahui
masyarakat umum, ritual tersebut dapat berjalan dengan baik.
2.5 Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender
dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .
Universitas Sumatera Utara
49
Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1. Medan Tuntungan 34 153
35 919 70 073
2. Medan Johor 57 495
58 725 116 220
3. Medan Amplas 57 127
58 029 115 156
4. Medan Denai 69 746
70 194 139 939
5. Medan Area 53 866
55 386 109 253
6. Medan Kota 41 298
42 994 84 292
7. Medan Maimun 28 212
29 646 57 859
8. Medan Polonia 26 389
27 038 53 427
9. Medan Baru 20 822
23 394 44 216
10. Medan Selayang 42 434
43 244 85 678
11. Medan Sunggal 54 452
56 216 110 667
12. Medan Helvetia 71 713
73 662 145 376
13. Medan Petisah 32 795
35 325 68 120
14. Medan Barat 38 513
40 585 79 098
15. Medan Timur 56 201
57 673 113 874
16. Medan Perjuangan 51 752
53 950 105 702
17. Medan Tembung 70 628
71 158 141 786
18. Medan Deli 75 246
74 830 150 076
19. Medan Labuhan 53 522
53 399 106 922
20. Medan Marelan 64 183
62 436 126 619
21. Medan Belawan 48 908
47 791 96 700
Kota Medan 1 049 457
1.071.596 2.121.053
Tabel 2.1 Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan
2.6 Kecamatan Medan Polonia