Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan kajian Pembangunan), Depok: Rajawali Pers, 2013.

Budiman, Hikmat. Hak Minoritas ( Ethnos, Demos, dan Batas-Batas Multikulturalisme), ed. Hikmat Budiman, Jakarta : The Interseksi Foundation, 2009.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: P.T Alumni, 2010.

Irianto, Sulistyowati. “Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang Pluralisme Hukum Suatu Tema Non-Sengketa dalam Perkembangan Terakhir Antropologi Hukum tahun 1980-1990-an” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993. Irianto, Sulityowati. Hukum yang bergerak: Tinjauaan Antropologi Hukum,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Kymlicka, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES, 2013.

LIPI. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, ed. Mita Noveria, Jakarta: LIPI Pers, 2011.

Lubis, Zulkifli B. “Kajian Awal tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial” Etnovisi: Jurnal Antropologi Sosial Budaya Vol i No.3 Desember 2005. Medan: USU press, 2005, Hal: 138-149.

Moore, Sally Folk. “Hukum dan Perubahan Sosial: Bidang Sosial Semi Otonom Sebagai Suatu Topik Studi Yang Tepat” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993. Saidin. “Pluralisme Hukum dan Masalah Ekonomi” Hukum dan Kemajemukan

Budaya¸ ed E.K.M.Masinambow. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Sccot, James C. Senjatanya orang-orang yang kalah, Terj. Prof.A.Rahman Zainuddin, Prof.Sayogyo, Ibu Mien Joebhar. Jakarta: Yayasan Obor Indoensia, 2000.

Spradley, James P. Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007

Zuska, Fikarwin “Penghampiran Antropolgi atas Kebijakan dan Kekuasaan (Berefleksi dari Kebijakan Otonomi Daerah),” Jurnal Antropologi Sosial Budaya, No. 3 Medan USU Press, 2005.


(2)

Sumber-Sumber Lain

Takari, Muhammad: Makalah, Mengenal Kebudayaan Masyarakat Tamil di Kota Medan. Di presentasikan di UNIMED Medan, 2013

Buku Panduan Program Keluarga Harapan. Kementrian Sosial 2012

James Danandjaja : Diskriminasi terhadap minoritas masih merupakan masalah aktual di indonesia sehingga perlu di taunggulangi segera (http://www.lfip.org/english/pdf/bali‐

Seminar/Diskriminasi%20terhadap%20minoritas%20‐ %20james%20danandjaja.pdf) diakses 9 juni 2014.

Sulistyowati Irianto : Pluralisme Hukum Sebagai Suatu Konsep Dan Pendekatan Teoretis Dalam Perspektif Global

(http://asslesi.wordpress.com/2011/07/11/pluralisme‐hukum‐sebagai‐suatu‐ konsep‐dan‐pendekatan‐teoretis‐dalam‐perspektif‐global/) diakses 9 juni 2014.

Kementrian Sosial :

https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p (akses pada 9 juni 2014.

Data statistik tahun 2013 Sumatera Utara berdasarkan Agama ( http://ardi-

lamadi.blogspot.com/2013/07/jumlah-penduduk-berdasarkan-agama-di_9971.html) di akses 11 juni 2014. Data penduduk kota medan

http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php) di akses pada 23 november 2014

Pengertian CSR ( https://almirans.wordpress.com/2012/11/09/pengertian-corporate-social-responsibilities-dan-penerapannya/) di akses pada 23 Oktober 2014

http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)

http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php di akses pada 23

november 2014

KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB) Wikipedia.org diakses pada 25 Februari 2016 (pukul 13:00 WIB)


(3)

BAB III

ATURAN-ATURAN DASAR PENYELENGGRAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

3.1 Dasar Pelaksaanan Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan27. Hal inilah yang menjadi aturan-aturan dasar dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pembangunan sebagai salah satu bentuk kesejahteraan sosial yang merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila kelima Pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

27

https://id.wikisource.org/wiki/Undang‐Undang_Republik_Indonesia_Nomor_11_Tahun_2009 di 


(4)

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.

Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga negara, serta untuk menghadapi tantangan dan perkembangan kesejahteraan sosial di tingkat lokal, nasional, dan global, perlu dilakukan penggantian Undang-Undang Nomor 6


(5)

Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini, antara lain, pemenuhan hak atas kebutuhan dasar, penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara komprehensif dan profesional, serta perlindungan masyarakat. Untuk menghindari penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Undang-Undang ini juga mengatur pendaftaran dan perizinan serta sanksi administratif bagi lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan kesejahteraan sosial dapat memberikan keadilan sosial bagi warga negara untuk dapat hidup secara layak dan bermartabat.

3.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Upaya untuk mewujudkan suatu kesejahteraan sosial, meliputi rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan sosial.

Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.

Bentuk rehabilitasi sosial meliputi motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan,


(6)

bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.

Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan sosial dimaksudkan untuk:

 Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

 Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Perlindungan sosial ini dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.


(7)

3.1.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 11/2009, Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan:

 meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;  memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;

 meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial;

 meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;

 meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan

 meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3.1.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.


(8)

Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)

No Kementerian Negara/Lembaga 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Real Real Real Real APBN APBNP APBN

1 Kementerian Dalam Negeri 0.1 0.5 9.5 10.9 10.8 10.7 11.9

2 Kementerian Sosial 2.5 2.6 2.9 3.3 4.4 14.8 7.2

3 Kementerian Pertanian 5.1 5.4 0.5 1.3 0.6 0.5 0.8

4 KEMENDIKBUD 29.5 27.0 24.2 27.7 26.1 33.5 23.2

5 Kementerian Kesehatan 11.5 14.0 17.4 19.4 22.6 22.6 26.2

6 Kementrian Agama 4.6 3.8 3.7 5.1 6.6 6.6 17.1

7 Kementerian Koperasi dan UKM 0.6 0.5 0.7 0.8 1.5 1.5 1.2

K/L Kainnya 12.8 13.6 18.3 18.8 21.9 21.9 23.1

Jumlah 66.8 67.3 77.0 87.3 94.4 112.1 110.8

Melalui Non K/L 13.1 14.1 19.2 21.9 20.0 24.3 23.6

a.l Subsidi Pangan 13.0 13.9 16.5 19.1 17.2 21.5 18.8

Penyertaan Modal negara dalam rangka Mendukung KUR

2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Total 79.9 81.5 96.1 109.2 114.4 136.5 134.5

Tabel 3.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah) Sumber :

http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)

3.2 Program Keluarga Harapan

PKH adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), selama keluarga tersebut memenuhi kewajibannya. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.


(9)

Lima Komponen Tujuan MDG’s yang akan terbantu oleh PKH yaitu:  Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan;

 Pendidikan Dasar;  Kesetaraan Gender;

 Pengurangan angka kematian bayi dan balita;  Pengurangan kematian ibu melahirkan.

 PKH diarahkan untuk membantu kelompok sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada keluarga untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi.

 PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk memeriksakan ibu hamil / Nifas / Balita ke fasilitas kesehatan, dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan.

 Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar-generasi.

3.2.1 Landasan Hukum

 Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

 Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.  Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

 Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.


(10)

 Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

3.2.2 Dasar Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang "Tim Pengendali Program Keluarga Harapan" tanggal 21 September 2007

 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang "Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008" tanggal 08 Januari 2008.

 Keputusan Gubernur tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD".

 Keputusan Bupati/Walikota tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD".

 Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga Harapan.

3.2.3 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin.


(11)

Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi Peserta PKH

b. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH

c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).

3.2.4 Lokasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

Ketika awalnya dilaksanakan sebagai suatu kegiatan uji coba di tahun 2007, PKH dijalankan di 7 (tujuh) provinsi, 48 kabupaten/kota, dan melayani 387.928 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Pada tahun 2011, pelaksanaan PKH telah dikembangkan di 25 provinsi, 118 kabupaten/kota, dan melayani 1,1juta RSTM.

Tabel: Peserta dan Jumlah Lokasi PKH Menurut Tahun Kepesertaan 2007-2008

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Target 500.000 641.000 720.000 816.000 1.116.000 1.516.000 2.400.000 3.200.00 Realisasi 387.974 620.844 726.376 774.293 1.052.201 1.492.473 2.326.523 - Tambahan Peserta - 232.874 105.528 47.917 277.908 440.272 834.050 -

Provinsi 7 13 13 20 25 33 34 -

Kab/Kota 48 70 70 88 118 166 333 -

Kecamatan 337 637 781 964 1387 1787 1378 -

Tabel 3.2 Peserta Program Keluarga harapan tahun Kepesertaan 2007-2008 (Sumber: UPPKH-Kemensos, 2014)


(12)

Pada tahap perluasan, PKH akan dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah penerima manfaat (beneficiaries), atau peserta PKH akan ditingkatkan secara bertahap hingga menjangkau seluruh keluarga dalam rumah tangga sangat miskin (RTSM), dengan menyesuaikan kemampuan negara. Hingga tahun 2014 peserta PKH ditargetkan sebesar 3,2 juta Keluarga Sangat Miskin.

3.2.5 Proses PKH terdiri dari

a. Seleksi dan Penetapan lokasi PKH b. Sosialisasi dan Rapat Koordinasi

c. Rekruitmen dan Diklat Pendamping- Operator PKH

d. Pembentukan Sekretariat UPPKH Kab/Kota (Perangkat SIM PKH) e. Pertemuan Awal dan Validasi calon Peserta PKH

f. Pembayaran pertama kali dan Rekonsiliasi

g. Bimbingan Teknis (Reguler dan Service Provider)

h. Verifikasi komitmen peserta PKH pada layanan Kesehatan dan Pendidikan i. Pembayaran berdasarkan verifikasi


(13)

3.2.6 Teknis Pelaksanaan

Program ini didasarkan pada 3 hal:

1. Verifikasi, yang merupakan esensi utama dari PKH. Kegiatan verifikasi mengecek kepatuhan peserta memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan.

2. PKH melaksanakan pemotongan bantuan tunai bagi keluarga yang tidak mematuhi kewajiban yang telah ditetapkanPeserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan kesehatan.

3. Peserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan kesehatan

3.2.7 Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan

Data keluarga yang dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data Terpadu dan memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut, yaitu:


(14)

2. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah)

3. Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun), 4. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),

Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk anak dengan disabilitas.

3.2.8 Hak Peserta Program Keluarga Harapan

 Mendapat bantuan tunai sesuai persyaratan

 Mendapat pelayanan kesehatan di penyedia pelayanan kesehatan (Puskesmas, Posyandu, Polindes, dsb)

 Mendapat pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, melalui program pendidikan formal, informal maupun non formal

 Peserta PKH diikutsertakan pada Program bantuan sosial lainnya (Jamkesmas, BSM, Raskin, Kube, BLSM)

3.2.9 Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan

Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.

1. Kesehatan


(15)

PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:

- Anak usia 0-6 tahun:

a. Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat lahir, menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling menyusui.

b. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali: pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28 hari. Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja).

c. Anak usia 0–11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

d. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.

e. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

f. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.


(16)

- Ibu hamil dan ibu nifas:

a. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia kehamilan sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6 bulan, dua kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

b. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

Anak dengan disabilitas: Anak penyandang disabilitas dapat memeriksa kesehatan di dokter spesialis atau psikolog sesudai dengan jenis dan derajat kecacatan.

3.2.10 Penerima Bantuan

 Ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada keluarga yang bersangkutan

 Jika tidak ada ibu, yang menerima adalah kakak perempuan dewasa

 Yang berhak mengambil pembayaran adalah yang namanya tercantum di kartu PKH dan bukan wakilnya

Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal untuk penerima manfaat PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011,


(17)

yang dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan cakupan PKH adalah sebesar 3,2 juta keluarga.Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah Tangga, terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga.

Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang tua–ayah, ibu–dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu keluarga adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur). PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM).

3.2.11 Indeks dan Komponen Bantuan tahun 2015

Skema Bantuan Indeks Bantuan Per-KSM/tahun

Bantuan tetap Rp. 500.000

Bantua bagi peserta PKH dengan Komponen :

a. Ibu hamil/Menyusui/Nifas/Anak uia di bawah 6 tahun

b. Anak SD dan yang sederajat c. Anak SMP dan yang sederajat d. Anak SMA dan yang sederajat

Rp. 1.000.000 Rp. 450.000 Rp. 750.000 Rp. 1.000.000

Bantua Minimum per KSM Rp. 950.000 Bantuan Maksimum per PKH Rp. 3.700.000

Tabel 3.3 Komponen Bantuan (Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012) Catatan:


(18)

 Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi keluarga dengan anak di bawah umur 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.

 Untuk usia 6 tahun, masuk ke dalam layanan Kesehatan APRAS.

 Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga Peserta PKH, maka besar bantuan yang diterima setiap Peserta PKH akan bervariasi. Contoh variasi besar bantuan, baik per tahun maupun per triwulan, berdasarkan komposisi anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel berikut:

Variasi Komposisi Anggota Keluarga dan Jumlah Bantuan

No Nominal Bantuan/ Tahap

Bantuan Tetap

Bantuan Berdasarkan Komponen Ibu Hamil/

Nifas/ Balita

Anak SD Anak SMP Keterangan

1 800.000 300.000 - 500.000 - Bila 1 Anak Sd

2 1.300.000 300.000 1.000.000 - - Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita

- 1.000.000 Bila 2 Anak Sd

- - 1.000.000 Bila 2 Anak Smp

3 1.800.000 300.000 1.000.000 500.000 - Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita Dan 1 Anak Sd

- 500.000 1.000.000 Bila 1 Anak Sd Dan 1 Anak Smp

- 1.500.000 - Bila 3 Anak Sd

4 2.300.000 300.000 1.000.000 - 1.000.000 Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita Dan 1 Anak Smp

1.000.000 1.000.000 Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita Dan 2 Anak Sd

1.000.000 1.000.000 Bila 2 Anak Sd Dan 1 Anak Smp

5 2.800.000 300.000 1.000.000 800.000 1.000.000 Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita Dan 1 Anak Sd Dan 1 Anak Smp

1.000.000 1.5000.000 Bila Ada Ibu

Hamil/Nifas/Balita Dan 3 Anak Sd

1.500.000 1.000.000 Bila 3 Anak Sd Dan 1 Smp 500.000 2.000.000 Bila 1 Anak Sd Dan 2 Anak

Smp Tabel 3.4 Komposisi Bantuan

(Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)


(19)

Seluruh anggota rumah tangga yang menjadi penerima bantuan PKH, seperti yang tertera pada tabel 6 (Variasi Nominal Bantuan/tahun, berdasarkan Komponen PKH) di atas, diharuskan menjalankan kewajiban sebagai peserta PKH.

Bantuan tetap per RTSM/KSM per tahun sebesar Rp. 300.000,- dibayarkan pada tahap penyaluran bantuan kedua. Sedangkan untuk peserta PKH lokasi baru yang bantuannya hanya dibayarkan satu kali (di akhir tahun), besar bantuan tetap per RTSM/KSM sebesar Rp 75.000,-

Apabila Peserta PKH tidak memenuhi kewajiban atas syarat kepersertaan dalam tiga bulan, maka akan dilakukan pengurangan pembayaran bantuan tunai. Pemotongan langsung dikenakan terhadap total bantuan pada periode tersebut. Penggunaan bantuan tidak diatur dan ditentukan, tetapi diprioritaskan untuk mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Penggunaan bantuan tidak diperbolehkan untuk konsumsi yang merugikan hak anak seperti rokok, minuman keras, judi dan lainnya.

Mengingat bahwa besaran bantuan PKH telah berjalan selama hampir 5 tahun, maka pada tahun-tahun mendatang besaran bantuan ini akan dievaluasi dan disesuaikan dengan tingkat harga dan kemampuan keuangan negara.

Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program Bantuan Sosial secara terintegrasi. Karena Peserta PKH merupakan kelompok yang paling miskin, maka idealnya Peserta PKH juga secara otomatis mendapatkan program lainnya seperti Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan bagi Siswa Miskin, Beras untuk Rumah Tangga Miskin, dan lainnya.


(20)

Siswa dari Rumah Tangga Peserta PKH seharusnya mendapatkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Hal ini juga telah dicantumkan di dalam Pedoman Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Selain itu sudah ada Surat Edaran dari Dirjen Pendidikan Islam No: Dj.1/PP.04/51.2014, Kementerian Agama mengenai Prioritas anak peserta PKH untuk memperoleh BSM dari Kemenag.

Tahapan Pembayaran PKH

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

Tahap I

Pencairan

Tahap II

Pencairan

Tahap III

Pencairan

Tahap IV

Pencairan

Tabel 3.5 Tahapan Pembayaran PKH (Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)

3.2.12 Resertifikasi

Pada tahun kelima kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi. Resertifikasi adalah kegiatan pendataan ulang yang dilakukan pada tahun kelima kepesertaan rumah tangga dengan menggunakan metode tertentu. Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen.

Kepesertaan penerima bantuan PKH selama enam tahun selama mereka masih memenuhi persyaratan yang ditentukan, apabila tidak ada lagi persyaratan yang mengikat maka mereka harus keluar secara alamiah (Natural Exit). Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam tahun diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang pendidikan, kesehatan


(21)

dan peningkatan status sosial ekonomi.

3.2.13 Strategi Transformasi PKH

Dilakukan pelaksanaan Resertifikasi pada tahun kelima kepesertaan PKH dengan melihat kondisi sosial ekonomi serta syarat kepesertaan rumah tangga PKH. Rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan akan keluar dari program (Lulus), sementara itu untuk mereka yang masih memenuhi persyaratan akan menerima tambahan program selama tiga tahun dalam masa transisi.

Rumah Tangga Transisi diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan keluarga (P2K2) dengan memperoleh pengetahuan mengenai; Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga. Rumah Tangga yang Lulus (Graduasi) direkomendasikan untuk menerima program perlindungan sosial lainnya.


(22)

BAB IV

PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG AKTUAL PADA MASYARAKAT TAMIL

Pada saat ini program-program dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial sangat banyak di tujukan untuk bantuan Charitry28 saja. Charitry itu sendiri memiliki arti pemberian dan amal. Dalam kajian pemberdayaan masyarakat, Charitry dapat di artikan sebagai pemberian bantuan kepada masyarakat, yang mana masyarakat tersebut akan terselamatkan kehidupan ekonominya dalam jangka pendek dan sementara. Apabila bila kondisi ekonomi masyarakat tersebut melemah kembali, maka akan diberikan bantuan kembali oleh pihak-pihak yang terkait.

Bantuan yang diberikan dalam bentuk charity ini akan membuat masyarakat penerima bantuan menjadi malas berusaha. Mereka beranggapan bahwa bantuan tersebut akan mereka terima kembali saat merek dalam keadaan susah. Bantuan-bantuan yang berikan oleh pihak-pihak pemberi biasanya hanya bersifat sementara dan memiliki jangka waktu tertentu.

4.1 Program Keluarga Harapan Dalam Kajian Antropologi Hukum

Negara Indonesia telah memiliki aturan sendiri tentang penyelenggaraan Kesejahteraan sosial yang tertuang dalam aturan negara dan terformulasi secara jelas dalam sistem hukum negara. Tetapi lembaga atau institusi diluar pemerintah

28

www.artikata.web.id/arti‐charitry‐antropologi‐kamus‐bahasa‐kbbi.html diakses pada 4 maret 


(23)

memiliki aturan sendiri dalam melakukan penyelenggraan kesejahteraan sosial, baik atas dasar hukum agama (aturan agama) maupun atas dasar hukum adat (aturan adat).

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibawahi pemerintah pasti memiliki aturan main yang jelas, hal itu dapat dilihat dari sistem yang dimainkan oleh para broker-broker yang ditugaskan pemerintah dalam menjalakan setiap program-programnya. Setiap program pasti memiliki kelebihan dan kelemahan yang, karena program-program itu dilaksanakan oleh manusia yang memang memiliki kekuasaan atas diri mereka sendiri. Setiap individu memiliki kuasa tertinggi terhadap tindakan, prilaku, nilai dan norma yang akan mereka jalankan dan terapkan dalam pekerjaan, kegiatan maupun keseharian mereka.

Aturan aturan Ideal

Pelaksanaan Secara Aktual Hubungan Antara Patron dan Client Hanya sebatas Bantuan

Gambar 4.1 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Pemerintah Client Masyarakat

Selaku Penerima

Bantuan Broker

(Agen-Agen Pemerintah) Patron

(Pemerintah selaku pemberi bantuan)


(24)

4.1.1 Penerapan Program Keluarga Harapan Pada Masyarakat Tamil

Program Keluarga Harapan memiliki kontribusi yang sangat besar bagi keluarga yang mendapatkannya. Pemerintah pusat juga telah mengucurkan dana yang cukup besar untuk program ini. Program di bawah Kementrian Sosial ini juga memiliki akredikat yang baik dari pemerintah pusat karena input dan output yang dihasilkan sangat memuaskan.

Pelaksaan program ini dalam masyarakat miskin sudah bisa kita pastikan akan merubah hidup keluarga yang menerimanya.

Program ini merupakan program jangka panjang, karena pemberiannya dilaksanakan selama enam tahun lamanya. Pada tahun kelima maka kita akan melakukan resertifakisi pada tahun kelima. Fungsi resertifakisi itu untuk melihat apakah peserta PKH masih berhak menerima bantuan tersebut atau tidak.

Hal-hal yang dapat menyebabkan psesrta PKH tidak dilanjutkan pemberian dananya adalah

1. karena sudah mapan dan tidak perlu di bantu lagi, 2. Atau karna pola pikirnya telah berubah.

3. Karena dalam peserta PKH sudah tidak ada lagi anak sekolah atupun balita/ibu hamil maupun nifas.

Apabila nanti peserta PKH memang berhak menerima bantuan lanjutan, maka pada tahun keenam akan dilanjutkan pemberian dananya selama tiga tahun kedepan. Selama tiga tahun kedepan maka para peserta PKH di ajarkan agar dapat melakukan usaha mandiri baik kelompok maupun individu. Agar mereka tidak terlalu bergantung lagi pada program ini.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Program ini tidak mendapat dukungan penuh dari program pemerintah yang lain seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan yang berhubungan dengan pemberian uang kepada keluarga


(25)

Program Keluarga Harapan.

Setiap Kementerian yang memberikan bantuan kepada masyarakat miskin pernah melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana datanya terintegrasi dari data BPS dan berharap kordinasi yang dilakukan tidak ada kesalahan maupun timpang tindih antara satu lembaga dengan lembaga lain. Kementerian Pusat telah membuat kebijakan yang telah di sepakati oleh Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahwasanya setiap badan atau lembaga terkait di tingkat provinsi maupun kota agar melakukan kordinasi yang sama. Tujuan dari kordinasi itu sendiri untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Tingkat provinsi dan kota telah mengeluarkan surat keputusan untuk tiap-tipa lembaga terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kanwil Agama, dan dinas terkait lainnya. Untuk penyalur seperti Bank dan PT Pos berkewajiban untuk memnyalurkan dana sesui dengan ketentuan. Tetapi hal itu cuma sebagai harapan semata saja. Kordinasi dapat di ucap tapi susah di lakukan. Kota Medan sendiri pernah akan melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana akan menghasilkan sebuah kerja sama yang memungkinkan tiap instansi bersenergi dan saling mendukung antara saru dengan yang lain. Tetapi harapan besar untuk membuat Bank Data yang akan digunakan untuk pusat data bersama-sama tidak terealisasi sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa setiap lembaga hanya ingin menjalankan program mereka masing-masing.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Bagi peserta Program Keluarga Harapan yang telah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sangat sulit mendapatkan bantuan pemeritintah lain. Hal itu terjadinya kurang kordinasi yang kurang baik dan tidak saling mendukung. Dampak kurang kordinasi tersebut membuat masyarakat yang pantas mendapatkan bantuan menjadi terhambat.

Seharusnya program yang terintegrasi dari data BPS yang bernaung dari data TNP2K (Tim Nasional Penanggulangan Pengurangan Kemiskinan) saling mendukung. Karena data yang di gunakan sama dari pusat maka peserta bisa menerima lebih dari satu program pemerintah. Jika memang pantas maka peserta penerima bantuan berhak menerima semua program. Dengan di terimanya semua program bantuan maka keluarga itu dapat


(26)

mengakhiri kondisi kehidupan miskin mereka dan menjadi mandiri dengan bantuan yang mereka terima.

(Wawancara dengan kak Ivo Nila Sari).

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa setiap lembaga memliki aturan main sendiri (Self Regulation) meskipun telah membuat kesepakatan lintas sektoral, tetapi tetap saja berjalan sesuai kepentingan masing-masing instansi. Pelaksana tingkat daerah telah memainkan perannya sesuai dengan aturan yang mereka pahami baik secara formal maupun non formal.

Berikut data penerima Program Keluarga Harapan di Kota Medan :

No Kecamatan Penerima

1 Medan Amplas 844

2 Medan Area 130

3 Medan Barat 411

4 Medan Baru 110

5 Medan Deli 573

6 Medan Denai 1300

7 Medan Helvet 195

8 Medan Johor 1009

9 Medan Kota 205

10 Kota Belawan 4301

11 Medan Labuhan 1843

12 Medan Maimun 203

13 Medan Marelan 2026

14 Medan Perjuangan 220

15 Medan Petisah 98

16 Medan Polonia 498

17 Medan Selayang 157

18 Medan Sunggal 638

19 Medan Tembung 858

20 Medan Timur 352

21 Medan Tuntungan 256

Jumlah 16827

Tabel 4.1 Data penerima program PKH per 2014 (Sumber UPPKH Kota Medan)


(27)

4.1.2 Patron dan Clien dalam Pemberian Bantuan PKH 4.1.2.1 Pemerintah Sebagai Patron

Pemerintah pusat sebagai pemilik dana dan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan ini membuat pemerintah pusat menjadi aktor penting dalam pembuat kebijakan dan aturan main dalam setiap proses pelaksanaannya. Kebijakan pemerintah pusat dalam pembuatan prosedur pemberian menjadikan pemerintah sebagai Patron.

Patron sebagai pemberi dan pemilik dana memiliki haran besar terhadap apa yang mereka danai. Pembuatan kebijakan apapun pasti akan dilakukan demi khalayak peserta program yang mereka jalankan agar tidak ada kesalahan maupun cacat yang dapat merugikan negara. Proses pengawasan selalu dilakukan dengan memonitoring setiap langkah-langkah yang di ambil.

4.1.2.2 Pendamping sebagai Broker

Dalam pelaksanaanya, pemerintah pusat memiliki kaki tangan dalam menjalankan kegiatanya yaitu dengan memilih penyalur atau tenaga sosial untuk menjalankan programnya. Pemilihan tenaga sosial di pilih langsung oleh pemerintah pusat dengan membuka kesempatan bagi putra-putri daerah untuk menjadi Pendamping program PKH.

Pendamping disini disebut dengan broker. Pendamping merupakan aktor yang menentukan keluarga mana saja yang pantas menerima bantuan atau menjadi peserta PKH dan berhak memberhentikan sesuai prosedur yang di tetapkan. Tetapi dalam meskipun pendamping adalah orang yang menjalankan prosedur pemilihan di lapangan, tetap saja yang melakukan verifikasi data pemilihan kepesertaan


(28)

tergantung pada pemdamping meskipun pendamping telah memiliki data dari BPS.

Pendamping adalah Instrumen paling penting dalam program ini. Hal ini membuat para pendamping mendapatkan gaji atau honor dari pemerintah pusat secara langsung. Pencairan honor tidak ada hubungannya denga pemerintah daerah ataupun kami penanggung jawab wilayah.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Seorang pendamping saat melakukan bimbingan pemantapan pernah mengatakan bahwa pekerjaannya sebagai pendamping hanya sampingan saja, karena masih banyak yang perlu di lakukannya di rumah. Honor yang pada saat itu hanya sebatas UMR membuatnya menjadikan pekerjaan seorang pendamping menjadi no dua, hal ini penulis dengar saat pendamping tersebut diskusi dengan temannya.

4.1.2.3 Peserta sebagai Clien

Para peserta PKH adalah clien yang menerima bantuan dan tunduk pada setiap prosedur dan aturan yang telah di tetapkan. Keluarga yang menjadi peserta PKH tidak boleh melanggar aturan atau sanksi yang tegas akan mereka terima. Pada posisi ini mereka berada di posisi yang lemah, karena mereka bergantung kepada kinerja dari para pendamping selaku broker dan pemerintah selaku pemberi dana.

4.1.2.4 Hubungan Patron dan Broker

Pendamping bertanggung jawab kepada penanggung jawab tinggka UPPKH yang berada di tingkat Kota/Kabupaten. Apabila mereka lalai


(29)

menjalankan tugas, maka mereka akan di gantikan. Seandainya mereka mengundurkan diri maka pihak UPPKH akan melaporkan kepada pihak penanggung jawab tingkat provinsi yang mana tingka provinsi akan membuat permohonan pergantian pendamping di wialayahnya.

Gambar 4.2 Perbincangan Pendamping dengan Koordinator wilayah Sumatera Utara dan Perwakilan dari Dinas Kesejahteraan Sosial

4.1.2.5 Hubungan Broker dan Clien

Hubungan yang terjalin antara pendamping dan peserta penerima bantuan tidak hanya sebatas administrasi bantuan saja, melainkan sampai program itu berakhir habis setela restifikasi yang berjalan di tahun kelima sampai tahun kedelapan. Selama progra tersebut berjalan, maka pendamping akan terus memperhatikan peserta yang menjadi tanggung jawabnya untuk melihat keaktifan dalam menjalankan program tersebut. Perhatian yang di berikan dapat berupa bimbingan tentang program, kemajuan peserta, arahan dan masukan.


(30)

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pendamoing memiliki kuasa untuk melakukan pendataan tentang kemajuan, hal ini dapat menyangkut oemberhentian penyaluran bantuan kepada peserta penerima bantuan, dan dapat juga berupa oemberian sangsi tegas maupun ringan. Pendaming juga memberikan fasilitas berupa akses menuju sekolah untuk sektor pendidikan dan posyandu untuk sektor kesehatan.

Pada saat pencairan dana dari kantor POS, pendamping juga harus mendata ulang kembali dan melohat peserta yang berada di bawah tanggung jawabnya serta harus mendampingi sampai peserta menerima haknya sebagai penerima bantuan.

Pendampingan yang dilakukan oleh para pendamping sangat bagus, mereka sangat memperhatikan dengan baik kondisi kami. Contohnya saya sendiri dek, saya sebagai ibu-ibu yang memiliki anak balita selalu di ingatkan untuk hadir ke posyandu tepat waktu. Pendamping saya mengatakan kalau hal itu baik untuk anak saya kelak. Dia juga mengatakan kalau anak saya kurang gizi, amak saya sendiri yang akan repot. Do posyandu kami juga mendapatkan perhatian khusus dari pihak posyandu dek, karena kami memang di prioritaskan oleh pihak posyandu, meskipun memang kami haarus antri menunggu giliran juga. Pendamping kami selalu menemami kemanapun asal berhubungan dengan program ini. Tetapi apabila kami lalai, maka pendamping kami selalu mengingatkan akan sangsi tentang pencabutan dana bantuan dek. Kalau dana itu di cabut, maka kami sekeluarga akan kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan dek.


(31)

4.2 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Non Pemerintah/Lembaga Agama.

Beda halnya dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang didasari hukum negara. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang di dasari Hukum Non Formal lebih mengacu kepada hukum agama dan hukum adat. Salah satu bentuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan hukum non formal adalah dengan diadakannya kegiatan yang memang membantu orang miskin, baik dalam bentuk kesehatan, pendidikan, maupun sandang dan pangan tanpa mengacu pada data yang di peroleh dari lembaga maupun instansi lain.

Data penerima bantuan dapat di lihat dari kehidupan ekonomi tanpa harus melakukan proses administratif seperti yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Esensi dari pelaksanaan kesejahteraan sosial yang di dasari hukum sendiri (Self Regualation), membuat pihak penyelenggara dapat melakukan proses tersebut tanpa ada tekanan dari pihak lain. Proses pelaksaan kesejahtraan sosial yang dilakukan secara mandiri oleh lembaga atau yayasan di luar pemerintah bersifat sementara dan tidak mengikat. Sehingga membuat penerima bantuan tidak bisa bergantung terhadapat bantuan tersebut untuk jangka waktu panjang.

Bantuan yang di terima masyarakat Tamil dalam bentuk Kesejahteraan Sosial dapat berupa Subsidi Sembako (Pasar Murah/Pasar Rakyat), Fasilitas Kesehatan, Bantuan Administrasi dari masyarakat, Kuil, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) maupun pihak lain yang terkait .


(32)

Aturan-Aturan Sendiri

Pelaksanaan Secara Aktual Patron dan client tidak memiliki Hubungan (Rasa Peduli)

Gambar 4.3 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Non Pemerintah

4.2.1 Pasar Murah/Pasar Rakyat.

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatera Utara setiap tahun melakukan program atau kegiatan yang membantu masyarakat miskin Hindu yang mayoritas penerimannya adalah masyarakat Tamil. Kegiatan itu biasanya lebih mengacu kepada pemberian bantuan berupa sembako dan keperluan sehari-hari dan biasanya disebut pasar murah. Waktu pelaksanaan kegiatan ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum acara Deepavali atau sering di sebut hari raya Hindu Tamil.

4.2.1.1 Pengertian Pasar Murah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pasar Murah atau dikenal Pasar Rakyat adalah pasar yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu dengan harga di bawah harga pasaran pada umumnya29. Biasanya pasar murah ini mendapat dukungan dari individu, kelompok,

29

KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB)

Patron (Tokoh Masyarakat

/ pemberi bantuan)

Client Masyarakat

Selaku Penerima

Bantuan Broker


(33)

lembaga/instansi maupun pemerintah yang mana dukungan tersebut dapat berupa barang-barang pokok maupun uang yang digunakan untuk membeli barang-barang yang akan di guanakan dan di jual pada pasar murah.

Pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan pasar murah ini hanya mendapat bantuan dari para-para umat Hindu yang memang sudah memiliki kehidupan yang layak maupun masyarakat dari agama lain.

Selama sepuluh tahun terakhir selalu saja pihak PHDI melaksanakan pasar murah. Tetapi dengan jumlah yang berbeda-beda, tergantung bantuan yang di terima pihak PHDI tiap tahunnya. Ada juga teman-teman dari agama lain yang membantu. Sekitar tiga tahun yang lalu kita di bantu oleh saudara kita yang beragama Kristen.

(Wawancara dengan Bapak Naraim Sami)

Hasil penuturan dari Bapak Narain Sami menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan pasar murah yang diadakan sebelumnya, mendapat bantuan dari beberapa tokoh masyarakat dan masyarakat Tamil yang berkehidupan mapan dengan jumlah tiga ratus paket sembako yang ditujukan untuk masyarakat Tamil yang memang berkehidupan kurang mampu atau miskin.

Selain bantuan dari umat-umat Hindu dan umat agama lain membantu, pihak PHDI hampir setiap tahun mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah agar mendapat bantuan untuk pelaksanaan kegiatan ini, namum belum ada tanggapan baik dari pemerintah kota, provinsi maupun pusat.


(34)

permohonan kembali kepada pemerintah, akhirnya permohonan tersebut mendapat tanggap dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Bantuan yang kita terima sekarang adalah hasil dari proses setelah beberapa kali mengajukan permohonan, kita patutt bersyukur karena telah mendapatkan bantuan itu untuk masyarakat Hindu Dharma. Bantuan yang di terima dari Kementerian Koperasi karena pasar murah yang sebelumnya mendapat perhatian dari dinas koperasi provinsi Sumatera Utara. Sebenarnya bantuan tersebut karena mendapat support dan dukungan dari teman kita yaitu Pak Haikal agar mengajukan permohonan kembali kepada Kementerian. Bantuan yang di terimanya tidak lepas dari rasa hubungan bantin yang kita rasakan. Hubungan batin yang saya maksudkan adalah bahwa Menteri Koperasinya adalah orang Hindu seperti kita. Tetapi bantuan tersebut tidak hanya diberikan kepada umat Hindu, melainkan kepada teman-teman dan saudara kita dari umat lain juga.

(Wawancara dengan bapak Naraim Sami)

Sebelumnya pihak PHDI yang telah melaksanakan kegiatan pasar murah dengan jumlah tiga ratus paket. Maka pada saat pelaksanaannya yang di bantu oleh Kementerian Koperasi dan UKM di beri bantuan sebanyak 1250 paket dari 1500 paket yang di ajukan kepada pihak Kementerian.

4.2.1.2 Kupon/Voucher

Terbatasnya jumlah paket yang diterima membuat PHDI harus mensiasati agar yang mendapatkan paket tersebut tepat sasaran. Pihak PHDI menyediakan Kupon untuk masyarakat, kupon tersebut disebar diseluruh wilayah Sumatera Utara dan berfokus pada Kota Medan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kupon adalah surat


(35)

kecil atau karcis yang dapat ditukarkan dengan barang atau untuk membeli barang dan sebagainya atau surat kecil tanda mendapat bunga uang dan dapat juga disebut juga surat kecil yang dapat disobek dari buku atau majalah untuk memesan barang dan sebagainya untuk memperoleh hadiah30 .

Gamber 4.4 Voucher (Sumber PHDI Sumatera Utara)

Kupon yang dibagikan tersebut di hargai dengan nilai seharga barang Rp.15.000 dan dapat ditukarkan pada saat pengambilan di tempat yang telah di tentukan. Oktober lalu pemberian dan pelaksaan Pasar Rakyat ini berlangsung di kantor Kecamatan Petisah. Pemilihan lokasi tersebut menurut pihak PHDI karena lokasi yang mudah di jangkau dan akses kendaraan umum yang banyak melewati daerah tersebut.

Kupon-kupon itu hanya di berikan kepada para perwakilan-perwakilan tiap daerah dan wilayah di kota Medan. Setiap perwakilan-perwakilan bertanggung jawab memegang dan menjual kupon-kupon tersebut di wilayah mereka. Setiap perwakilan di berikaan 100-150 kupon saja.


(36)

Saya hanya mendapatkan 100 kupon saja, jadi saya bisa menjualnya kepada orang-orang yang tidak mampu di wilayah tempat tinggal saya. Bagi mereka yang menginginkannya bisa menghubungi saya secara langsung untuk mendapatkan kupon dengan sayarat membayar uang sebesar Rp.15.000,-.

(Wawancara dengan Bapak Manugren)

4.2.1.3 Proses Pembagian Paket

Pada saat bantuan yang berjumlah tiga ratus paket, PHDI di bantu oleh Satuan Komando Trisula yang berada dibawah kordinasi TNI AU. Proses pelaksanaan pembagian di dasarkan berdasarkan data penerima kupon/voucher. Peminat yang cukup banyak untuk pembagian paket bantuan membuat proses pembagian berjalan dengan lancar.

Paket yang di terima dari Kementerian Koperasi dan UKM mengalami sedikit perbedaan penyaluran. Perbedaan penyaluran terjadi karena pihak Kementerian hanya mau memberikan bantuan berupa barang sesuai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Melihat perbedaan yang signifikan dapat kita lihat pada saat proses pembagian kupon. Pembagian kupon dilaksanakan dengan cara mewakili kepada beberapa orang untuk menyebarkan dan menjual kupon tersebut sebanyak 1250 lembar kepada masyarakat miskin dengan harga Rp.15.000.

Kementerian meminta pihak PHDI menunjuk sebuah CV untuk menyediakan barang-barang tersebut. Pihak Kementerian akan membayarkan langsung dan pihak PHDI tinggal melaksankan proses pembagian. Proses pembagian juga menunggu pihak Kementerian yang diwakili oleh Ibu Nurmina Dalimunthe. Uang Rp.15.000 yang di gunakan


(37)

untuk membeli voucher digunakan untuk administrasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan seperti pembiayaan perwakilan Kementerian.

Gambar 4.5 Pemberian Bantuan Paket kepada Masyarakat Tamil Kegiatan dan bantuan ini sangat menguntungkan bagi kami selaku masyarakat miskin. Bantuan yang di berikan berupa sembako lebih berharga dari pada pemberian uang tunai. Pemberian uang tunai akan sangat sulit mengendalikannya. Mesikupun di beri uang tunai tetapi harga bahan pokok kita beli dengan harga normal, maka akan sama saja. Lebik baik kami mendapatkan pasar murah dengan harga bahan pokok yang sangat murah ketimbang harus membeli di luar. Ini sungguh sangat membantu kami, apalagi kegiatan ini di lakukan sebelum Deepavali.

(Wawancara dengan Ibu Aigra)

Meskipun pemberian kupon dilakukan oleh agen-agen dari Shri Mariaman kuil, pemberian bantuan paket tetap terfokus pada satu titik. Tempat pembagian paket ditentukan oleh panitia pelaksana yang mana dalam hal ini terlibat pihak kuil. Pembagian kupon yang dilakukan oleh bapak Manugren, dimana beliau mendapatkan


(38)

sebanyak 100 kupon. Bapak Manugren membagikan kupon-kupon tersebut kepada orang-orang yang berada dekat dengan tempat tinggalnya, dalam hal ini harus orang-orang Tamil yang berada dalam garis kemiskinan. Kupon-kupon yang telah dibagian tersebut lalu di bayar dengan nominal yang tertera pada kupon tersebut.

4.2.2 Fasilitas Kesehatan

Di bidang kesehatan PHDI juga memiliki bentuk bantuan lain yang terfokus untuk membantu masyarakat Tamil khusunya mereka yang meliki kehidupan ekonomi lemah. PHDI kota Medan mendapat bantuan dari pemerintah yang mana anggarannya di peruntukan juga untuk alat transportasi kesehatan seperti ambulan.

Anggaran tersebut di gunakan untuk biaya perawatan kendaraan yang pada dasarnya kendaraan teersebut menjadi modal awal bagi masyarakat Tamil untuk mendapat akses kesehatan yang lebih cepat. Pada dasarnya pihak PHDI kota Medan lebih mendahulukan masyarakat miskin untuk menggunakan sarana tersebut.

Saat ada kemalangan baik berupa sakit maupun meninggal dunia, ambulan rumah sakit biasanya sangat sibuk. Sehingga sangat sulit bagi kami untuk mendapatkan akses transportasi yang cepat. Tetapi Parisada Kota mapun Provinsi mau membantu meminjamkan mobil ambulan kepada kita secara gratis asalkan kita umat Hindu Dharma. Bagi kami selaku orang Tamil sangat sulit mendapatkan kepercayaan orang pribumi, sehingga Cuma kepada kuil saja kami bisa meminta tolong karena sesama orang seumat Hindu.


(39)

4.2.3 Bantuan Administrasi

PHDI juga menfasilitasi bagi masyarakat miskin yang akan mengurus administrasi kependudukan tanpa membayar, seperti administrasi pernikahan dan administrasi kependudukan. Untuk pernikahan akan di tanggung oleh Kuil bersangkutan.

Menurut bapak Manugren untuk pernikahan sendiri tidak dapat kita paksakan, karena untuk acara pemberkatan di kuil oleh pendeta itu dilakukan secara gratis dan di tanggung oleh kuil asalkan pasangan tersebut memang berasal dari keluarga tidak mampu.

Bapak Chandra Bose juga membenarkan hal tersebut selaku ketua perhimpunan kuil Shri Mariaman. Penerbitan surat pernikahan yang akan di jadikan sebagau rujukan untuk mendapat buku nikah juga di berikan secara gratis oleh kuil. Beliau juga menjelaskan bahwa memang inti dari kuil itu sendiri membatu orang yang tidak mampu, jika benar-benar tidak mampu jadi apa salahnya kalau kita bantu.

4.3 SeribuTangan

PHDI kota Medan di bantu dengan PHDI provinsi Sumatera Utara sebagai pusat untuk penyaluran bantuan untuk masyarakat Tamil yang kurang mampu. Menjadikan Pengurus PHDI sebagai penerima bantuan (accepting help). Bapak Narain Sami selaku ketua PHDI Sumatera Utara menjadi pusat penerima bantuan yang akan di salurkan. Posisi tersebut menjadikannya sebagai penerima dengan


(40)

sebutan Seribu Tangan.

Pada dasarnya bantuan yang akan di dapat dan disalurkan kepada masyarakat Tamil tidak terlepas dari arahan dan campur tangan seorang ketua. Hal tersebut dapat menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat Tamil karena sangat banyak masyarakat Tamil yang merasa tidak nyaman dengan posisi jabatan yang sedang beliau emban.

4.4 Pengaruh Kekerabatan dan Relasi dalam Pemberian Bantuan

Bantuan yang diberikan oleh para broker-broker dalam pelaksanaan kesejahteraan sosial di PHDI tidak lepas dari hubungan relasi dan pengaruh kekererabatan. Peninjauan dalam data penerima kupon Pasar Murah yang dilakukan pada saat pasca penerimaan sangat terlihat orang-orang terdekat dari pihak broker saja yang menerima.

Pemberian voucher/kupon seharusnya harus di tujukan kepada orang yang benar-benar miskin. Kebanyakan voucher diterima oleh para broker-broker lebih di tujukan kepada kerabat dekat dan tetangga-tetangga sekitar rumah tempat para broker tinggal.


(41)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Bantuan –bantuan dari pemerintah sangat di butuhkan oleh masyarakat khusunya masyarakat minoritas yang tidak memiliki relasi untuk menyentuh dan mendapatkan bantuan-bantuan yang terkait kesejahteraan sosial bagi kehidupan mereka. Bantuan yang di kelola pemerintah memiliki aturan main yang jelas karena telah di dasari Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi dalam pelaksanaanya hukum formal yang ada hanya menjadi acuan dasar pelaksaannan saja, tetapi tidak pada pelaksanaan aktualnya.

Temuan dalam penelitian ini terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dimana ada agen-agen pemerintah ataupun lembaga non pemerintah yang menjadi broker memainkan peran mereka masing-masing. Agen-agen pemerintah mendapat perintah dari pemerintah untuk melaksanakan program-program yang telah di rencanakan. Tetapi di lapangan mereka melakukan sesuai dengan kondisi lapangan yang mereka hadapai.

Para peserta penerima bantuan pemerintah berupa Program Keluarga Harapan lebih takut kepada pendamping yang merupakan broker. Ketakutan tersebut membuat para peserta yang merupakan client lebih menyegani pendamping. Pendamping memang menghabiskan waktu lebih lama dengan peserta penerima bantuan. Hal ini membuat hubungan mereka lebih dekat di


(42)

bandingkan hubungan peserta (client) dengan pemerintah selaku pemberi bantuan (Patron).

Memang ada masyarakat Tamil yang mendapatkan Program Keluarga Harapan tersebut. Tetapi hanya sedikit dan sangat sulit mencarinya. Pada umumnya masyarakat Tamil yang berada di garis kemiskinan tidak banyak mendapatkan bantuan pamerintah. Mereka juga tidak tahu banyak program-program pemerintah dalam memberantas kemiskinan di Indosnesia.

Berbeda dengan bantuan pemerintah, bantuan yang di berikan dan disalurkan oleh lembaga keagamaan seperti PHDI lebih fokus kepada masyarakatnya saja. Bantuan yang mereka terima bisa dalam bentuk apapun dan di himpun lalu bagikan kepada masyarakat Tamil yang membutuhkan. Dalam pelaksaannya sendiri, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PHDI lebih bersifat sementara dantidak mengikat seperti bantuan-batuan pemerintah yang mengikat.

Bantuan-bantuan yang di terima oleh PHDI lebih bersifat swadaya dari tokoh masyarakat maupun umat agama lain yang membutuhkan. Tetapi pada pelaksanaanya juga terdapat aturan main yang membuat orang-orang yang pantas menerima bantuan mejadi tidak mendapatkan sama sekali. Adanya permainan di tingkat Perhimpunan membuat pembagian tidak merata. Hubungan dan relasi juga mempegaruhi siapa-siapa orang yang berhak menerima bantuan. Meskipun demikian, PHDI juga melakukan bantuan di lintas sektor seperti bantuan Kesehatan, Administrasi dan terkadang bahan pokok yang di lakukan setiap tahun.


(43)

5.2 Saran

Dalam tulisan ini peneliti menyarankan agar agen-agen pemerintah yang yang berkiprah di dalam dunia penyelenggaraan kesejahteraan sosial khususnya bantuan, agar lebih memperhatikan masyarakat minoritas. Kurangnya perhatian pemerintah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhapat negaranya. Pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan kesejahteraan seharusnya juga mau berkordinasi antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan kecemburuan di kalangan masyarakat minoritas karena yang mendapat bantuan hanya-hanya orang pribumi saja.

Sosialisasi yang baik juga harus dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksaan program-program bantuan. Selama ini program bantuan hanya dapat di ketahui apabila penerima bantuan termasuk nominasi calon penerima. Sedangkan masyarakat umum tidak tahu. Hal ini juga sangat merugikan bagi masyarakat minoritas yang memang meiliki sedikit akses untuk mengetahui informasi-informasi berupa bantuan yang di selenggarakan oleh pemerintah.

Selain bantuan dari pemerintah, pihak-pihak terkait dalam peyelenggaraan kesejahteraan sosial seperti PHDI dan perhimpunan kuil, agar terbuka dalam memberi informasi secara luas kepada masyarakat Tamil. Pada dasarnya sasran dari pemberian bantuan oleh PHDI dan Perhimpunan kuil adalah masyarakat Tamil yang miskin. Akses dalam informasi mereka juga sangat sedikit, karena pemberian bantuan dalam skala besar biasanya hanya melalui perwakilan saja. Sehingga tidak menyentuh lini masyarakat Tamil yang miskin.


(44)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kota Medan

Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang sering merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau


(45)

Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan-bulan Desember sedang Maksimal Tambahan antara bulan-bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.


(46)

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri


(47)

baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.


(48)

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".


(49)

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.


(50)

2.2 Kota Medan Secara Geografis

Gambar 2.2 Peta Kecamatan di Kota Medan

Kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan yang merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga menjadi pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya seperti Aceh, Sumatera Barat. Sehingga Kota Medan menjadi salah satu kota penting di luar jawa


(51)

dengan keadaan wilayahnya sangat strategis. Sebab berada pada berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota/ negara maju seperti Pulau Penang Malaysia dan Singapura. Kalau kita melihat kondisi sumber daya alam yang melimpah dari sektor pertanian, perikanan dan perkebunan sehingga memungkinkan dapat berpotensi menjadi pusat perdagangan.

Sedangkan secara geografis kota medan terletak di antara 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 265, 10 km2.Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan kelembaban udara di wilayah ini rata-rata 82-84% dan kecapatan angin rata-rata-rata-rata sebesar 1,38 m/sec.

Kalau melihat secara keseluruhan kota medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan


(52)

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Kecamatan-keacamatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Johor Kecamatan Medan Amplas Kecamatan Medan Denai Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan Kota Kecamatan Medan Maimun Kecamatan Medan Polonia Kecamatan Medan Baru Kecamatan Medan Selayang Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Helvetia Kecamatan Medan Petisah Kecamatan Medan Barat Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kecamatan Medan Tembung Kecamatan Medan Deli Kecamatan Medan Labuhan Kecamatan Medan Marelan Kecamatan Medan Belawan

Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, untuk saat ini masyarakat Tamil sangat dominan menempati wilayah di Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah. Basis masyarakat Tamil yang banyak tersebut di buktikan dengan banyaknya bangunan kuil-kuil yang berada pada daerah pemerintahan Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29


(53)

September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.


(54)

2.3 Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung


(55)

untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

2.4 Kota Medan Secara Kultural

Kota Medan sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.


(56)

Masyarakat Tamil memperlihatkan budaya (cultere) mereka dengan cara ritual religi yang sering mereka lakukan di kuil-kuil. Ritual religi yang mereka lakukan selalu mengarah kepada penyembahan Dewa-Dewa pada setiap perayaan hari besar. Meskipun ritual religi yang mereka lakukan jarang di ketahui masyarakat umum, ritual tersebut dapat berjalan dengan baik.

2.5 Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .


(57)

Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 34 153 35 919 70 073

2. Medan Johor 57 495 58 725 116 220

3. Medan Amplas 57 127 58 029 115 156

4. Medan Denai 69 746 70 194 139 939

5. Medan Area 53 866 55 386 109 253

6. Medan Kota 41 298 42 994 84 292

7. Medan Maimun 28 212 29 646 57 859

8. Medan Polonia 26 389 27 038 53 427

9. Medan Baru 20 822 23 394 44 216

10. Medan Selayang 42 434 43 244 85 678 11. Medan Sunggal 54 452 56 216 110 667 12. Medan Helvetia 71 713 73 662 145 376

13. Medan Petisah 32 795 35 325 68 120

14. Medan Barat 38 513 40 585 79 098

15. Medan Timur 56 201 57 673 113 874

16. Medan Perjuangan 51 752 53 950 105 702 17. Medan Tembung 70 628 71 158 141 786

18. Medan Deli 75 246 74 830 150 076

19. Medan Labuhan 53 522 53 399 106 922 20. Medan Marelan 64 183 62 436 126 619

21. Medan Belawan 48 908 47 791 96 700

Kota Medan 1 049 457 1.071.596 2.121.053

Tabel 2.1 Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan

2.6 Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Polonia terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor


(58)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Polonia dengan luas wilayahnya 8.92 Km2 Kecamatan Medan Polonia adalah daerah pintu gerbang Kota Medan, yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya baik Regional maupun Internasional melalui transportasi udara, dengan penduduknya berjumlah : 53.427 Jiwa (2012).

Gambar 2.3 Peta Kecamatan Medan Polonia (sumber Foto Pribadi)


(59)

Kecamatan Medan Polonia ini terdapat Bandara Internasional Polonia sebagai pelabuhan udara yang mampu dilandasi jenis pesawat berbadan lebar seperti Air Bus dan mempunyai jalur penerbangan keberbagai daerah/Kota secara Regional maupun Internasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Polonia ini juga terdapat beberapa jenis usaha industri seperti : Industri Perabot rumah tangga dari kayu, Houlding & Komponen Bahan bangunan, Sepatu, Konveksi, Pengolahan kopi, Kerupuk ubi / kue-kue.

Sebagai informasi bagi investor dan masyarakat pada Kecamatan Medan Polonia ini terdapat : 2 (dua) buah Hotel (Hotel Polonia & Hotel Tiara); Taman Hiburan/Rekreasi di Tugu Ahmad Yani serta 1 (satu) unit Lapangan Golf Polonia dan 1 (satu) buah Universitas Swasta (PT Harapan).

Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan : - Golongan IV : 0 Org. - Golongan III : 10 Org - Golongan II : 14 Org - Golongan I : 1 Org - Lainnya : 0 Org Jumlah Pegawai : 25 Org

2.7 Potensi Wilayah Kecamatan Medan Polonia

A.Data Umum

No Data Umum Keterangan

1 Luas 8,92 Km2

2 Jumlah Kelurahan 5 Kelurahan 3 Jumlah Penduduk 53.427 Jiwa 4 Panjang Jalan Aspal


(60)

B.Pelayanan Umum.

No Jenis Pelayanan Keterangan 1 Air Bersih 5684 Pelanggan 2 Listrik 11592 Pelanggan

3 Telepon

4 Gas 1274 Pelanggan

5 Lapangan Olahraga 6 Buah 6 Rumah Sakit 3 Buah 7 Rumah Ibadah 59 Buah 8 Puskesmas 1 Buah C.Pendidikan

No Jenis Pendidikan Keterangan 1 SD/Sederajat 19 Buah 2 SLTP/sederajat 8 Buah 3 SMU/Sederajat 9 Buah

4 Akademi

5 Universitas 1 buah D.Perdagangan

No Jenis Perdagangan Keterangan 1 Pasar Tradisional 3 Buah 2 Plaza/Mall 1 Buah 3 Pasar Grosir 7 Buah

2.8 Kelurahan Sari Rejo

Kelurahan Sari Rejo merupakan salah satu bagian dari pemerintahan kecamatan kota medan yang mana merupakan sebagian kecil dari wilayah kota medan. Kelurahan Sari Rejo merupakan pemekaran dari kelurahan Polonia. Pada awalnya termasukdalam kecamatan Medan baru dimekarkan sesuai SK Gubsu No.821:4/1991 tanggal 31 oktober 1991. Kecamatan Medan baru di mekarkan menjadi kecamatan Medan Polonia, dan kecamatan Medan maimun kota Metropolitan Medan.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan RahmadNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Terhadap Minoritas Tamil di Kota Medan.

Ketertarikan penuis dalam menulis tulisan ini diawali dari rasa keprihatinan kepada etnis-etnis pendantang yang mana posisinya masih lemah di tengah masyarakat. Skripsi ini berisi tentang kajian hubungan pemberi dan penerima bantuan yang didasari pada observasi partisipasi dan wawancara penulis dengan masyarakat Tamil di kota Medan. Hubungan pemberi (Patron) dan penerima (client) tidak dilakukan secara langsung, melainkan adanya penengah (Broker) atau perantara di antara keduanya.

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan kacamata Antropologi dalam melihat penerapan aturan ideal dalam pelaksaan penyelengaraan kesejahteraan sosial secara aktual di tengah masyarakat. Aturan-aturan yang sudah di atur oleh negara merupakan aturan baku, tertapi pada penerapannya di lapangan menyesuaikan dengan kondisi di tengah masyarakat. Penerapan aturan secara aktual di tengah masyarakat terkadang harus melanggar aturan-aturan negara.


(2)

Selama aturan itu tidak merugikan salah satu pihak, maka aturan tersebut dapat di terapkan. Realita yang terjadi, banyak terjadi timpang tindih yang membuat aturan-aturan tersebut mengutungkan beberapa pihak saja. Adanya pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari proses pemberian bantuan memubuat tidak meratanya bantuan yang diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat minoritas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mengalami kekurangan baik dari segi tulisan maupun segi penyusunannya karena penulis masih dalam proses belajar dan memiliki kekurangan pengetahuan. Penulis sangat mengharapkan masukan, saran maupun kritik dari para pembaca yang bersifat membangun dan memperbaiki skripsi ini ke arah yang lebih baik. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Medan, Maret 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

Halaman

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS ... viii

KATA PENGANTAR ... xiv

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tinjauan Pustaka ... 11

1.3Rumusan Masalah ... 16

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17

1.5Lokasi Penelitian ... 18

1.6Metode Penelitian ... 19

1.6.1 Teknik Observasi ... 20

1.6.2 Teknik Wawancara ... 20

1.6.3 Informan Penelitian ... 21

1.7 Pengalaman Penelitian ... 22

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kota Medan ... 36

2.2 Kota Medan Secara Geografis ... 42

2.3 Kota Medan Secara Demografis ... 46

2.4 Kota Medan Secara Kultural ... 47

2.5 Kota Medan Secara Sosial ... 48

2.6 Kecamatan Medan Polonia ... 49

2.7 Potensi Wilayah Kecamatan Medan Polonia ... 51

2.8 Kelurahan Sari Rejo ... 52

2.9 Perkembangan Kebudayaan Masyarakat Tamil Di Kota Medan ... 57

2.9.1 Bahasa ... 65

2.9.2 Sistem Pengetahuan ... 67

2.9.3 Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial ... 68

2.9.4 Sistem Mata Pencaharian Hidup ... 71

2.9.5 Sistem Religi ... 74


(4)

BAB III ATURAN-ATURAN IDEAL PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

3.1 Dasar Pelaksanaan Kesejahteraan Sosial ... 80

3.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 82

3.1.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 84

3.1.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial ... 84

3.2 Program Keluarga Harapan ... 85

3.2.1 Landasan Hukum ... 86

3.2.2 Dasar Pelaksanaan Program Keluarga Harapan ... 87

3.2.3 Tujuan Program Keluarga Harapan ... 87

3.2.4 Lokasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan ... 88

3.2.5 Proses Program Keluarga Harapan ... 89

3.2.6 Teknis Pelaksanaan ... 90

3.2.7 Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan ... 90

3.2.8 Hak Peserta Program Keluarga Harapan ... 91

3.2.9 Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan ... 91

3.2.10 Penerima Bantuan ... 93

3.2.11 Indeks dan Komponen Bantuan tahun 2015 ... 94

3.2.12 Resertifikasi ... 97

3.2.13 Stategi Transformasi PKH ... 98

BAB IV PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG AKTUAL PADA MASYARAKAT TAMIL 4.1 Program Keluarga Harapan dalam Kajian Antropologi Hukum ... 99

4.1.1 Penerapan Program Keluarga Harapan pada Masyarakat Tamil ... 101

4.1.2 Patron dan Clien dalam Pemberian Bantuan PKH ... 104

4.1.2.1 Pemerintah Sebagai Patron ... 104

4.1.2.2 Pendamping Sebagai Broker ... 104

4.1.2.3 Peserta Sebagai Clien ... 105

4.1.2.4 Hubungan Patron dan Broker ... 105

4.1.2.5 Hubungan Broker dan Clien ... 106

4.2 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Non Pemerintah/Lembaga Agama ... 108

4.2.1 Pasar Murah / Pasar Rakyat ... 109

4.2.1.1 Pengertian Pasar Murah ... 109

4.2.1.2 Kupon / Voucher ... 111

4.2.1.3 Proses Pembagian Paket ... 113

4.2.2 Fasilitas Kesehatan ... 115

4.2.3 Bantuan Administrasi ... 116

4.3 Seribu Tangan ... 116

4.4 Pengaruh Kekerabatan dan Relasi dalam Pemberian Bantuan ... 117

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009

per Kecamatan ... 49

Tabel 2.2 : Konsentrasi Pemukiman orang Tamil di Medan dan Sekitannya ... 65

Tabel 2.3 : Pengurus Parisada Se-Sumatera Utara ... 70

Tabel 2.4 : Tempat Ibadah Umat Hindu di Kota Medan ... 75

Tabel 2.5 : Hari Besar Umat Hindu Tamil ... 77

Tabel 3.1 : Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah) ... 85

Tabel 3.2 : Peserta Program Keluarga harapan tahun Kepesertaan 2007-2008 ... 88

Tabel 3.3 : Komponen Bantuan ... 94

Tabel 3.4 : Komposisi Bantuan ... 95

Tabel 3.5 : Tahapan Pembayaran PKH ... 97


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Peta Lokasi Penelitian Secara Spesifik ... 18

Gambar 2.1 : Peta Wilayah Kota Medan ... 41

Gambar 2.2 : Peta Kecamatan di Kota Medan ... 42

Gambar 2.3 : Peta Kecamatan Medan Polonia ... 50

Gambar 2.4 : Peta Kelurahan Sari Rejo ... 54

Gambar 4.1 : Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Pemerintah ... 100

Gambar 4.2 : Foto Perbincangan Pendamping dengan Koordinator wilayah Sumatera Utara dan Perwakilan dari Dinas Kesejahteraan Sosial ... 106

Gambar 4.3 : Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Non Pemerintah ... 109

Gambar 4.4 : Voucher ... 112