C. Akibat Hukum Bagi Organ Perseroan Terbatas yang Memanipulasi Data demi Penghindaran Pajak
Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yang tergolong sebagai wajib pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sama dengan wajib pajak
orang pribadi. Tindakan hukum yang dilakukan oleh PT maupun organ-organ PT dapat menyebabkan timbulnya akibat hukum. Akibat hukum tersebut dapat berupa
sanksi yang terbagi atas sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi akan dikenakan kepada PT sedangkan, sanksi pidana akan dikenakan
bagi organ-organ PT yang dengan sengaja melakukan pelanggaran. Banyak pelaku usaha yang masih memilih untuk tidak membayar pajak
maka salah satu cara yang dilakukan adalah menghindari pajak akan tetapi, setiap tindakan kejahatan memiliki akibat berupa sanksi yang akan dikenakan bagi siapa
saja yang melakukan kejahatan. Pertanggungjawaban mengenai tindak pidana perpajakan bagi organ-organ PT, antara lain :
1. Direksi
Direksi merupakan organ perseroan yang melaksanakan kegiatan dan yang mengurusi perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan perseroan
sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan dalam UUPT danatau anggaran dasar.
89
Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
89
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007, hlm.113.
Universitas Sumatera Utara
tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beriktikad baik. Pembuatan laporan tahunan yang berisi laporan keuangan serta pembuatan laporan guna
untuk memenuhi tugas perpajakan seperti pengisian SPT merupakan tugas dari direksi maka, apabila terdapat kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi
pihak-pihak tertentu terutama negara, direksi bertanggung jawaab penuh terhadap tindakan kejahatan tersebut. Pasal 97 ayat 3 UUPT dikatakan bahwa setiap
anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjelaskan atas tugasnya sesuai
dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT. Tindakan kejahatan yang dilakukan direksi termasuk ke dalam kejahatan
yang dinyatakan dalam Pasal 39 UUKUP angka 1 bagian f yaitu “ Setiap orang atau wajib pajak yang dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan,
atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.” maka wajib pajak dapat dikenakan
sanksi administratif berupa denda paling sedikit 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 empat kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan sanksi pidana berupa pidana penjara minimal 6 enam bulan dan maksimal 6 enam tahun.
Apabila dalam pembuatan laporan baik laporan keuangan maupun laporan perpajakan, direksi mewakilkan pembuatan tersebut kepada seorang akuntan
publik yang telah ditunjuk maka apabila terjadi kecurangan direksi maupun akuntan publik harus mempertanggungjawabkan tindakannya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 30 angka 1 bagian j dalam
Universitas Sumatera Utara
Undang Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang selanjutnya disebut dengan UUAkuntan Publik memberikan larangan bahwa akuntan publik
dilarang untuk melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, danatau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Apabila akuntan
publik melakukan pelanggaran terhadap manipulasi data seperti yang diatur dalam Pasal 30 angka 1 bagian j UUAkuntan Publik maka akuntan publik tersebut dapat
dikenakan sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif berupa denda sebesar Rp300.000.000,00 Tiga ratus juta rupiah dan sanksi pidana berupa
pidana penjara paling lama 5 lima tahun. Hal ini diatur dalam Pasal 55 UUAkuntan Publik.
2. Komisaris
Komisaris atau dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan jalannya pengurusan pada umumnya. Baik mengenai perseroan
maupun usaha perseroan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan. Pengertian “untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat
yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
90
90
Jamin Ginting, Op.cit., hlm.130.
Tanggung jawab komisaris dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga;
b. tanggung jawab ke dalam terhadap perseroan.
Tanggung jawab keluar komisaris tidak sebesar tanggung jawab direksi karena komisaris bertindak keluar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam
keadaan-keadaan tertentu saja, yaitu dalam hal direksi membutuhkan komisaris sebagai saksi atau pemberi ijin yang menurut anggaran dasar direksi harus
mendapat ijin terlebih dahulu dari komisaris dalam perbuatan seperti penjualan atau penggadaian. Tanggung jawab ke dalam komisaris sama dengan direksi yaitu
pertanggungjawaban secara pribadi untuk seluruhnya. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 angka 1 UUPT. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan
dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 angka 1 UUPT untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan.
91
Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 108 angka 1 UUPT. Tanggung jawab dewan komisaris bersikap tanggung renteng akan tetapi,
dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kerugian apabila dapat membuktikan bahwa dewan komisaris :
92
91
Ibid., hlm.133.
92
Ibid., hlm. 134.
Universitas Sumatera Utara
a. telah melakukan pengawasan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; b.
tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan kerugian;
c. telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut. Komisaris dalam hal pembuatan laporan ganda yang mengakibatkan
kerugian bagi negara tidak dapat diminta pertanggungjawabannya karena yang membuat laporan tersebut merupakan tugas dari direksi akan tetapi, apabila
direksi melarikan diri sehingga mengakibatkan tidak ada yang bertanggung jawab terhadap kerugian perseroan maka komisaris yang harus bertanggung jawab
terhadap kerugian yang dialami perseroan. 3.
Pemegang Saham Saham merupakan modal perseroan yang memiliki nilai nominal yang
dimana setiap pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.
93
a. persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
Pasal 3 angka 1 UUPT mengatakan bahwa pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT
dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi saham yang dimiliki akan tetapi, lain halnya diatur dalam pasal 3 angka 2 UUPT bahwa pemegang saham
dapat dimintai pertanggungjawaban apabila :
93
Ibid., hlm.71.
Universitas Sumatera Utara
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c.
pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan. Sanksi administrasi yang telah dikenakan kepada wajib pajak dapat
ditagih. Penagihan pajak berdasarkan dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang selanjutnya disebut dengan UUPenagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Dasar penagihan
pajak terdapat dalam pasal 18 angka 1 UUKUP bahwa surat ketetapan maupun surat keputusan yang menjadi dasar penagihan pajak antara lain :
a. Surat Tagihan Pajak;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
d. Surat Keputusan Pembetulan;
Universitas Sumatera Utara
e. Surat Keputusan Keberatan;
f. Putusan Banding;
g. Putusan Peninjauan Kembali.
Jika wajib pajak tidak juga melakukan kewajiban perpajakan dengan membayar pajak terutang, maka negara dapat memerintahkan kepada juru sita
pajak negara untuk melakukan penagihan pajak. Tugas dari juru sita pajak negara
diatur dalam Pasal 5 angka 1 UUPenagihan Pajak, yaitu :
a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
b. memberitahukan Surat Paksa;
c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan d.
melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP