Akibat Hukum Manipulasi Data Dalam Penghindaran Pajak Pada Perseroan Terbatas

(1)

A.Buku

Agoes, Sukrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Akuntan Indonesia, Ikatan. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Jakarta : Rineka Cipta, 1991.

Budiarto, Agus. Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (Edisi kedua). Bogor : Ghalia, 2009.

Budiarto, Agus. Kedudukan & Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002.

Djafar Saidi, Muhammad dan Merdekawati Djafar, Eka.Kejahatan Di Bidang Perpajakan. Jakarta Utara : PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Djarwanto. Pokok-Pokok Analisis Keuangan Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004.

Fitrawansyah,. Fraud & Auditing. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013.

Gondodiyoto dkk, Sanyoto. Audit Sistem Informasi Lanjutan. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007.

Gondodiyoto, Sanyoto Gondodiyoto. Audit Sistem Informasi+Pendekatan CobIT. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007.

Ginting, Jamin. Hukum Perseroan Terbatas. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2007.

Halim, Hamzah. Cara Praktis Memahami dan Menyusun Legal Audit dan Legal Opinion. Jakarta : PT Adhitya Andrebina Agung, 2015.

Haris, Freddy dan Anggoro, Teddy. Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.


(2)

Joses Sembiring, Jimmy. Legal Officer : Panduan Mengelola Perizinan, Dokumen, HaKI, Ketenagakerjaan, dan Masalah Hukum di Perusahaan. Jakarta : Visimedia, 2009.

Jumingan.Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2014.

M. Tuanakotta, Theodorus. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat, 2014.

Martani dkk, Dwi. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta : Salema Empat, 2012.

Mulhadi, Diktat Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia.Medan : 2013.

Muljono, Djoko. Hukum Pajak (Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis). Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2010.

Purwono, Herry. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta : Erlangga, 2010.

Rosdiana, Haula dan Slamet Irianto, Edi. Pengantar Ilmu Pajak : Kebijakan dan Implementasi di Indonesia. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2012.

Sembiring, Sentosa. Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas. Bandung : Nuansa Aulia, 2006.

Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia. Bogor : Esia Media, 2009.

Utomo, St. Laksanto. Pemeriksaan dari Segi Hukum atau Due Diligence. Bandung : P.T. Alumni, 2008.

Yahi, Ahmad dan Widjaja, Gunawan. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.

B.Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Undang Undang 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.


(3)

diubah menjadi Undang Undang 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah menjadi Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai.

Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

C.Website

Konsep dan prinsip akuntansi dalam

GAAP Maret 2016)

Legal Audit,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2861/legal-audit (diakses pada tanggal 29 Maret 2016)

Legal officer, tanggal 29 Maret 2016)

Audit dan Akuntansi serta Hubungannya,

tanggal 29 Maret 2016)

Penyusunan Legal Opinion,


(4)

BAB III

PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DAN LEGAL OPINION UNTUK MENEMUKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN

A. Pengertian Legal Audit dan Legal Opinion 1. Legal audit

Pemeriksaan (auditing) memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi yang berarti komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Seorang akuntan publik dalam perannya sebagai auditor juga memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas.41

Menurut Konrath, auditing adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.42

41

Sukrisno Agoes, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm.1.

42 Ibid.


(5)

Audit atas laporan keuangan diperlukan terutama oleh perusahaan berbentuk PT yang dikelola oleh manajemen profesional yang ditunjuk oleh pemegang saham. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu :43

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang menyebabkan kewajarannya kurang dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut dengan KAP), berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

c. Sejak tahun 2001, perusahaan yang total asetnya mencapai Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar) ke atas harus memasukkan

audited financial statements nya ke Departemen Perdagangan dan

Perindustrian.

d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statements nya ke Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 90 hari setelah

tahun buku.

e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.

43


(6)

H.R. Daeng Naja memberikan definisi dari legal audit yaitu suatu proses penilaian terhadap data dan fakta atas transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atau suatu institusi (perusahaan atau organisasi) yang diaudit oleh pihak lainnya untuk menilai tingkat keamanan perusahaan atau suatu institusi (perusahaan atau organisasi) yang diaudit, terutama dalam hal legal risk aspect pada akhirnya akan membahayakan harta perusahaan atau suatu institusi (perusahaan atau organisasi) yang diaudit yang disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (audit) mengenai opini dan saran perbaikan.44

Legal audit diperlukan dalam intern perusahaan karena legal audit menjadi

sarana untukmenemukan kandungan hukum dalam setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan perusahaan yang diaudit serta sebagai sarana untuk menyediakan kebenaran dan keutuhan informasi hukum suatu perusahaan. Legal audit juga diperlukan untuk :

Mengacu pada uraian tersebut, maka legal audit dapat didefinisikan sebagai : “Suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap perusahaan melalui pemeriksaan data yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan untuk menilai tingkat keamanan dan kesehatan perusahaan yang diaudit terutama dalam hal aspek hukum sehingga menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum yang disajikan melalui laporan pemeriksaan yang berisi opini dan saran oleh auditor.”

45

44

Hamzah Halim, Cara Praktis Memahami dan Menyusun Legal Audit dan Legal Opinion, (Jakarta: PT Adhitya Andrebina Agung, 2015), hlm.13.

45

Legal Audit, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2861/legal-audit (diakses pada tanggal 29 Maret 2016)


(7)

a. perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (selanjutnya disebut dengan IPO);

b. perusahaan yang akan melakukan merger, konsolidasi, akuisisi; c. perusahaan yang akan melakukan transaksi kredit sindikasi;

Menurut Keputusan HKHPM Nomor KEP. 01/HKH/1995 tanggal 30 Maret 1995, fungsi legal audit dalam pasar modal adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan bagi PT untuk menjadi PT terbuka agar dapat masuk pasar modal memenuhi prinsip keterbukaan di pasar modal.46

Pelaksanaan kegiatan audit di dalam perusahaan yang diaudit merupakan bagian dari pelaksanaan sistem pengawasan yang mampu mengatasi kepentingan protektif dan korektif. Sifat protektif yaitu untuk mengamankan harta kekayaan suatu perusahaan yang diaudit, dipatuhinya peraturan-peraturan serta jaminan atas kebenaran, kewajaran data administrasi sedangkan, sifat korektif yaitu untuk menghindarkan perusahaan dari kondisi yang tidak diinginkan dan untuk

Legal audit berfungsi sebagai pengawas serta pengendali intern dalam suatu perusahaan untuk mendeteksi dan menganalisis kecurangan-kecurangan dalam data-data perusahaan antara lain, laporan keuangan perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan terhadap keselamatan harta perusahaan serta informasi mengenai segala kegiatan-kegiatan perusahaan yang dapat dipercaya. Legal audit juga berfungsi sebagai penyedia informasi mengenai keadaan suatu perusahaan terlebih untuk perusahaan yang akan diakuisisi.

46

St. Laksanto Utomo, Pemeriksaan dari Segi Hukum atau Due Diligence, (Bandung : P.T. Alumni,2008), hlm.7.


(8)

mengetahui perkembangan perusahaan yang mampu mendukung perusahaan yang diaudit.

2. Legal opinion

Sistem hukum common law (Anglo Saxon) dikenal sebagai legal opinion sedangkan, dalam sistem hukum civil law (Eropa Continental) dikenal sebagai legal critics yang dipelopori oleh aliran Kritikus hukum. Bahasa Latin

menyebutnya sebagai Ius Opinio yang berarti Ius = hukum dan opinion = pandangan atau pendapat. Jadi yang dimaksud dengan legal opinion adalah pandangan atau pendapat hukum yang dikaji baik secara parsial, imparsial, gradual, maupun krusial, khususnya menyangkut ketumpangtindihan pelaksanaan peraturan hukum.47

Menurut Henry Campbell Black dalam Edisi Ketujuh Black’s Law Dictionary , legal opinion adalah :48

47

Hamzah Halim, Op.Cit., hlm.203. 48

Ibid., hlm.201.

“Sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan padanan aplikasi bagi para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang berkaitan denganberbagai masalah hukum dari para pihak terkait sesuai dengan fakta-faktanya.”

Tujuan dibuatnya legal opinion adalah untuk memberikan pendapat hukum atas suatu persoalan hukum yang sedang dihadapi oleh klien agar mendapat suatu keputusan atau tindakan yang tepat atas persoalan hukum yang ada tersebut. Pengacara atau advokat berwenang untuk membuat legal opinion.


(9)

A.F. Abraham Amos mengatakan bahwa pandangan hukum secara harfiah dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok, yaitu :49

a. Wacana pandangan dan pendapat hukum bertujuan untuk menjabarkan suatu kontekstual hukum baik implisit atau eksplisit, jika terdapat berbagai kontradiksi yuridis yang berakibat protes masyarakat terhadap penerapan suatu aturan hukum atau dengan kata lain terdapat penyimpangan norma-norma kultural yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan jika hukum itu diterapkan maka akan timbul dampak yang luas yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan negara di seluruh sektor sosial politik.

b. Secara proporsional fungsional, wacana pandangan dan pendapat hukum mempunyai manfaat seperti memberikan manfaat masukan bagi legislator agar dapat dalam memproyeksikan aturan hukum supaya lebih berhati-hati dalam mendeskripsikan formulanya agar terlebih dahulu memperhatikan semua aspek masyarakat yang timbul dapat ditampung, kemudian baru dirumuskan hal-hal apa saja yang perlu dikemas dalam substansi pengaturan hukum tersebut supaya tidak menimbulkan konflik kepentingan.

c. Secara substansial, pendapat hukum berguna untuk menyelesaikan konflik kepentingan yang teragregasikan dalam sebuah peraturan hukum. Hakikatnya legal opinion merupakan diskursus berasal dari ketidaksenangan masyarakat yang dipaksakan oleh pembuat aturan hukum tanpa melihat eksistensi logis dari cara penerapan dan penegakan hukum

49


(10)

(law enforcement) itu sendiri sebaiknya dimulai dari institusi dan aparatur

hukum terlebih dahulu dan bukan sebaliknya.

B.Fungsi dan Kewajiban Legal Officer dalam Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang memerlukan seseorang untuk mengatur mengenai perbuatan serta masalah-masalah hukum yang dilakukan oleh perusahaan. Legal officer diatur dalam kebijakan perusahaan serta didukung dalam UUPT yang menyebutkan bahwa “Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.”50

Menurut Jimmy Joses Sembiring bahwa posisi legal officer dalam suatu perusahaan tidak hanya mengurus masalah internal perusahaan, tapi juga mengurus masalah eksternal perusahaan. Tugas seorang legal officer dalam

perusahaan adalah mengurus semua dokumen, perizinan, serta permasalahan hukum yang terjadi dalam perusahaan.51 Legal officer juga berwenang melakukan

penyesuaian-penyesuaian terhadap peraturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan operasional perusahaan.52

50

Republik Indonesia, Undang Undang No. 40 tahun 2007, Pasal 103. 51

Jimmy Joses Sembiring, Legal Officer : Panduan Mengelola Perizinan, Dokumen, HaKI, Ketenagakerjaan, dan Masalah Hukum di Perusahaan (Jakarta: Visimedia, 2009), hlm.1.

52

Ibid., hlm.4.

Kegiatan operasional perusahaan dapat berupa legalisasi aksi perusahaan misalnya


(11)

membuat perjanjian dengan pihak ketiga, membuat pendapat hukum dan legal review.

Legal officer juga memiliki peran dalam perusahaan, yaitu mengambil

keputusan hukum serta menangani permasalahan hukum, baik permasalahan perdata dan juga pidana. Legal officer memiliki kedudukan yang penting dalam suatu perusahaan terutama dalam hal untuk mengurus dokumen-dokumen, surat perizinan serta masalah-masalah hukum baik yang internal maupun eksternal. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai fungsi dan tugas dari legal officer pada perusahaan belum diatur secara jelas, akan tetapi dasar hukum

yang menjadi acuan mengenai fungsi legal officer terdapat di dalam peraturan perusahaan dimana legal officer tersebut bekerja.

Tugas dari legal officer berbeda-beda tergantung dimana legal officer tersebut bekerja. Legal officer yang bekerja di bagian perbankan atau lembaga pembiayaan bertugas untuk melakukan analisis yuridis yang berupa melakukan pemeriksaan dan penilaian jaminan, menyiapkan perjanjian kredit, melakukan pengikatan jaminan, penyimpanan legal dokumen, pengawasan kredit, serta melakukan upaya penyelamatan kredit bermasalah. Seorang legal officer di perusahaan ekspedisi atau logistik bertugas untuk me-review aktivitas corporate legal, me-review dan menangani perjanjian bisnis, serta menangani pengelolaan

dokumen legal sedangkan, seorang legal officer di perusahaan industri bertugas sebagai :53

53

Legal officer,


(12)

1. Konsultan hukum perusahaan yang memberikan nasihat atau opini hukum kepada perusahaan.

2. Advokat perusahaan yang mewakili perusahaan untuk melakukan perbuatan hukum di pengadilan.

3. Pelaksana perusahaan yang menyiapkan dan mengurus perizinan perusahaan. Legal Officer berbeda dengan legal auditor. Legal auditor bekerja untuk

keamanan aset atau harta kekayaan perusahaan dengan cara mengamankan aspek yuridis semua transaksi yang dibuat oleh perusahaan yang diaudit dengan pihak lainnya. Legal auditor bekerja untuk perusahaan sehingga dengan demikian kedudukan legal auditor haruslah pada tingkat top management yang bekerja langsung di perusahaan yang diaudit tersebut.54

Selain pelaksanaan legal audit yang dapat mencegah kecurangan dalam perusahaan, terdapat juga audit laporan keuangan yang mendukung dalam upaya pencegahan kecurangan. Akuntan publik memiliki kewenangan untuk memeriksa laporan keuangan. Akuntan mempunyai tanggung jawab untuk meneliti atas kesalahan dan fraud yang dapat berpengaruh secara materiil pada laporan Syarat untuk menjadi seorang legal officer maupun legal auditor memiliki persamaan yaitu seorang Sarjana

Hukum. Keberadaan legal auditor sangat penting dalam perusahaan karena dengan adanya legal audit maka perusahaan dapat mencegah tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan seperti korupsi.

54


(13)

keuangan dan hal ini harus dapat ditemukan. Buku Norma Pemeriksaan Akuntan disebutkan seperti berikut :55

1. Dasar untuk pencegahan dan penemuan kecurangan hendaknya terutama diletakkan pada sistem akuntansi yang baik.

2. Apabila pemeriksaan akuntan publik menunjukkan tingkat keadaan tertentu yang membuat akuntan menduga terjadi suatu kecurangan maka ia harus memastikan apakah kecurangan itu, bila memang terjadi sedemikian besarnya sehingga bisa memengaruhi pendapatmya, ia harus mencapai kesepakatan dengan pimpinan, apakah ia atau perusahaan sendiri dengan bimbingan akuntan kas melakukan pemeriksaan guna menentukan apakah memang terjadi kecurangan dan berapa besarnya.

3. Ditemukannya kemudian hari satu kecurangan di dalam masa yang sudah diperiksa oleh akuntan, tidak dengan sendirinya merupakan indikasi kelalaian akuntan. Apabila pemeriksaannya telah dilakukan berdasar keahlian dan norma pemeriksaan akuntan, maka ia telah memenuhi syarat yang diminta dalam melaksanakan tugasnya.

Audit laporan keuangan termasuk ke dalam sistem pengendalian intern. Ada empat ciri utama sistem pengendalian intern yang memuaskan :56

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang cukup memungkinkan guna

pengawasan akuntansi terhadap aktiva, hutang, pendapatan, dan biaya.

55

Bambang Hartadi, Auditing (Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pendahuluan), (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990), hlm.19.

56


(14)

3. Adanya praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap bagian dalam organisasi.

4. Tingkat kecakapan pegawai sesuai dengan tanggung jawabnya.

Pelaksanaan audit harus sesuai dengan standar auditing yang telah ditetapkan. Standar audit terdiri dari tiga standar penting, yaitu :57

1. Standar umum (general audit)

Audit dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki kualitas dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Seorang auditor juga harus bersikap netral dan independen, memiliki tingkat kecermatan dan kehati-hatian yang baik dalammelaksanakan audit dan membuat laporan. Laporan yang dihasilkan harus sesuaidengan standar auditing.

2. Standar kerja lapangan (standard of fieldwork)

Pelaksanaan audit harus dilaksanakan dengan baik, oleh sebab itu dibutuhkan perencanaan yang matang. Pemahaman yang memadai mengenai internal control perusahaan sangat dibutuhkan untuk menentukan sifat waktu dan meneteapkan betapa dalamnya audit yang dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup sangat diperlukan dalam pemeriksaan.

3. Standar pelaporan (standard of report)

Pernyataan laporan hasil audit yang disajikan harus sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Jika standar akuntansi yang digunakan tidak konsisten,

57

Audit dan Akuntansi serta Hubungannya,


(15)

maka harus dinyatakan sebab dan akibatnya serta dinyatakan efeknya bagi perusahaan. Pengungkapan laporan hasil audit berupa opini dan harus ada informasi yang lengkap.

Legal officer sangat dibutuhkan dalam kelangsungan perusahaan. Legal

officer harus dapat menganalisis dalam mengumpulkan data-data dan bukti-bukti

terhadap kecurangan yang terjadi di perusahaan. Pelaksanaan audit sesuai dengan standar yang telah ditentukan serta keberadaan legal auditor menjadi pendukung bagi legal officer untuk melaksanakan tugasnya.

C. Jenis-jenis Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan atas :58

1. Management audit (operational audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

2. Compliance audit (pemeriksaan ketaatan), yaitu pemeriksaanyang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern.

58


(16)

3. Internal Audit (pemeriksaan intern), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian pemeriksaan intern perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpanan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengadilan intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).

4. Computer Audit (audit komputer), yaitu pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.

Audit yang dilakukan oleh perusahaan termasuk ke dalam internal audit (pemeriksaan intern). Laporan hasil pemeriksaan auditor ekstern independen terhadap laporan keuangan perusahaan bermanfaat dalam mengurangi information risks yang dihadapi para stockholder dan stakeholder mengenai laporan keuangan

perusahaan. Top management juga menghadapi information risks dalam lingkungan perusahaan apabila laporan-laporan para manajer dibawahnya ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Resiko yang dihadapi manajemen dapat lebih luas, seperti resiko bahwa perusahaan tidak dikelola dengan baik atau kinerja perusahaan di bawah standar, adanya kesalahan atau penyalahgunaan di organisasi, terjadi penyimpangan atau tidak mengikuti aturan yang berlaku, serta kecurangan laporan keuangan yang menyebabkan kerugian.59

59

Sanyoto Gondodiyoto dkk, Audit Sistem Informasi Lanjutan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), hlm.11.


(17)

Audit keuangan akan memberikan keyakinan kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan (dapat mengurangi resiko informasi) dan karena itu resiko secara keseluruhan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai tipe keputusan ekonomi dengan dasar data atau laporan keuangan yang telah diaudit tersebut dapat diantisipasi dengan baik.60

Audit laporan keuangan merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik sebagai wadah atau organisasi pelayanan jasa profesi akuntan publik. Pelayanan jasa audit terutama dilakukan oleh kantor akuntan publik sebagai pihak eksternal dan independen terhadap perusahaan yang diaudit.61

International Standards on Auditing (selanjutnya disebut dengan ISA)

menegaskan bahwa tujuan auditor adalah memberikan jaminan yang memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang

material yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun kecurangan (fraud).62

Menurut Black Law Dictionary, fraud adalah kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari Error dan fraud memiliki perbedaan dalam hal niat atau keinginan. Error

merupakan kesalahan yang dimana tidak ada niat atau tujuan tertentu sedangkan, fraud merupakan kesalahan yang mengandung niat jahat atau tujuan tertentu yang

merugikan pihak lain.

60

Ibid., hlm.6. 61

Sanyoto Gondodiyoto, Audit Sistem Informasi+Pendekatan CobIT (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), hlm.28.

62

Theodorus M. Tuanakotta, Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 27.


(18)

sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.63

Menurut The IIA di Amerika mendefinisikan fraud mencakup kesatuan ketidakberesan (irreguralarities) dan tindakan ilegal yang mencirikan penipuanyang disengaja , dilakukan untuk manfaat dan/atau kerugian orang di luar atau dalam perusahaan.64

Fraud auditing merupakan proses audit yang memfokuskan pada

keanehan atau keganjilan (sesuatu yang nampaknya di luar kebiasaan kemudian menelusuri dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa yang mengikuti transaksi tersebut. Peran dari seorang fraud auditor adalah preventing fraud (mencegah), detecting fraud (mendeteksi), dan investigating fraud (investigasi).65

Association of Certified Fraud Examiners (selanjutnya disebut dengan

ACFE) membagi kecurangan dalam audit laporan keuangan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :66

1. Financial; 2. Non-financial.

Contoh dari kecurangan tersebut adalah :67

63

Fitrawansyah, Op.Cit., hlm.8. 64

Sanyoto Gondodiyoto, Op.Cit., hlm.74. 65

Ibid. 66


(19)

1. memalsukan bukti transaksi;

2. mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya; 3. menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikan

atau menurunkan laba;

4. menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak lebih besar dibandingkan yang seharusnya;

5. menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga liabilitas menjadi nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.

Kecurangan dalam laporan keuangan memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha. Kecurangan yang disengaja dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan untuk memberikan laporan palsu yang menyesatkan pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut untuk kepentingan tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh the Committee of Sponsoring Organizationa of the Treadway Commission (yang selanjutnya disebut dengan

COSO), fraud dalam pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat memberikan konsekuensi negatif yang signifikan terhadap para investor dan eksekutif. Penelitian COSO menelaah tuduhan kecurangan laporan keuangan yang diselidiki oleh Securities and Exchange Commission (yang selanjutnya disebut dengan SEC) dalam kurun waktu sepuluh tahun antara tahun 1998-2007 menemukan fakta bahwa berita dugaan kecurangan telah mengakibatkan penurunan abnormal harga saham rata-rata 16.7% dalam dua hari setelah diumumkan. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kecurangan

67 Ibid.


(20)

seringkali mengalami kebangkrutan, delisting dari bursa efek atau harus menjual aset, dan Sembilan dari sepuluh kasus-kasus SEC tersebut menyebutkan petinggi-petinggi perusahaan yang bersangkutan diduga terlibat dalam kecurangan.68

Penelitian COSO menelaah hampir 350 kasus dengan kecurangan pelaporan keuangan yang diselidiki oleh SEC yang menunjukkan bahwa kecurangan keuangan memengaruhi perusahaan dari semua ukuran. Berikut adalah contoh kasus fraud atau kecurangan yang terjadi dalam suatu perusahaan produk elektronik yang secara mendadak mengundurkan diri dari jabatannya ketika keanehan dalam data-data penjualan perusahaan terdeteksi. Modus pola fraud yang dilakukan adalah dengan cara :69

1. Kuitansi penjualan atas nama pembeli tertentu dibuat; 2. pengeluaran tagihan palsu;

3. barang persediaan dikeluarkan dari gudang penyimpanan seolah-olah akan dikirimkan ke pembeli melainkan pada nyatanya barang tersebut dijual sendiri oleh direktur keuangan dan keuntungan dari hasil penjualan tersebut disimpan untuk kepentingan pribadi;

4. penjualan dicatat dalam sistem akuntansi dan beberapa waktu kemudian dihapus menjadi ‘inventory return credits’ atau retur penjualan non-persediaan.

Selain fraud atau kecurangan dalam laporan keuangan, terdapat juga management fraud. Menurut Jack C. Roberston, hal ini mengacu kepada

68

Ibid., hlm.80. 69


(21)

kejahatan-kejahatan organisasional, perbuatan para manajer untu membuat laporan keuangan secara curang, memalsukan, membesar-besarkan (atau mengecilkan) aktiva atau keuntungan dengan tujuan untuk menipu pihak-pihak di luar perusahaan.70

C.Tahap-Tahap untuk Pelaksanaan Legal Audit dan Legal Opinion dalam Perseroan Terbatas

Fraud bisa dilakukan oleh orang dalam atau orang di luar perusahaan. Audit diperlukan untuk mendeteksi kecurangan yang ada serta untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan SAK.

1. Tahap-tahap pelaksaanaan legal audit

Legal audit memiliki 4 prinsip yaitu :71

a. Kerelaan yaitu bahwa subjek hukum yang akan diperiksa harus secara sukarela membuka diri untuk pemeriksaan.

b. Keterbukaan yaitu bahwa subjek hukum yang akan diperiksa harus membuka diri seluas-luasnya agar pemeriksa dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

c. Kerahasiaan yaitu bahwa hasil pemeriksaan merupakan kerahasiaan yang hanya akan diketahui oleh pihak pemeriksa dan pihak yang diperiksa sampai pada saat kewajiban atau kebutuhan untuk membuka informasi tersebut.

70

Sanyoto Gondodiyoto, Op.Cit., hlm.75. 71


(22)

d. Tanggung jawab yaitu bahwa pihak yang diperiksa bertanggung jawab penuh terhadap hasil legal audit.

Tujuan dari dilaksanakannya legal audit yaitu :

a. untuk memperoleh status hukum terhadap dokumen yang diaudit;

b. untuk memberikan kepastian hukum terhadap aturan-aturan atau kebijakan dari suatu perusahaan;

c. untuk memastikan perusahaan menjalankan perusahaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaksanaan legal audit melalui tahap-tahap yang sesuai dengan prinsip dalam legal audit yaitu :

a. Tanda tangan Confidentiality Agreement

Confidentiality agreement dikenal juga sebagai perjanjian non-pengungkapan atau

perjanjian kerahasiaan. Confidentiality agreement dalam audityaitu perjanjian yang berisi bahwa auditor ataupun pihak yang berkaitan dengan audit untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia kepada pihak ketiga ataupun menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan salah satu pihak yang dapat merugikan perusahaan. Penandatangan perjanjian ini untuk menghindarkan perusahaan dari kebocoran informasi yang dapat merugikan perusahaan.

b. Pembentukan tim due diligence

Pembentukan tim due diligence yaitu pemberitahuan anggota-anggota yang akan melakukan audit serta pemberitahuan kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit. Pemberitahuan mengenai hal ini diberitahukan oleh Satuan


(23)

Kerja Audit Intern (SKAI) kepada tim Due Diligence untuk penetapan ketua dan anggota tim audit, waktu yang diperlukan serta tujuan audit.72

c. Persiapan due diligence request list

Persiapan due diligence request list berisi daftar dokumen-dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan legal audit.

d. Pemeriksaan dokumen

Legal audit harus dilakukan secara teliti dan seksama dengan meliputi hal-hal

seperti fisik perusahaan, kelengkapan dokumen, serta kondisi obyek transaksi. Sehubungan dengan proses legal audit yang dibuat, terdapat banyak dokumen penting yang harus diperiksa antara lain sebagai berikut:73

1)anggaran dasar perusahaan, antara lain berupa akta pendirian perusahaan, berita acara rapat pemegang umum saham, daftar pemegang saham perusahaan, struktur organisasi perusahaan, daftar bukti penyetoran modal perusahaan dan anggaran dasar perusahaan yang telah disesuaikan dengan UUPT;

2)dokumen-dokumen mengenai aset perusahaan, antara lain berupa sertifikat-sertifikat tanah, surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan bermotor, dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain, dan sebagainya;

3)perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan dengan pihak ketiga, antara lain berupa perjanjian hutang piutang,

72

Hamzah Halim, Op.Cit., hlm.50. 73

Legal audit,


(24)

perjanjian kerja sama, perjanjian dengan (para) pemegang saham, perjanjian-perjanjian dengan supplier, dan sebagainya;

4)dokumen-dokumen mengenai perizinan dan persetujuan perusahaan, antara lain berupa surat keterangan domisili perusahaan, tanda daftar perusahaan, perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, dan sebagainya;

5)dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian perusahaan, antara lain berupa peraturan perusahaan, dokumen mengenai jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), dokumen mengenai ijin tenaga kerja asing, dokumen mengenai perijinan dan kewajiban pelaporan mengenai kepegawaian, dokumen mengenai upah tenaga kerja, dokumen mengenai kesepakatan kerja bersama, dan sebagainya;

6)dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, antara lain berupa polis asuransi gedung, polis kendaraan, polis mengenai gangguan usaha, polis untuk pihak ketiga (misalnya konsumen), polis koperasi, polis dana yang tersimpan, dan sebagainya;

7)dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, antara lain berupa Nomor Pokok Wajib Pajak (yang selanjutnya disebut dengan NPWP) perusahaan, dokumen mengenai pajak bumi bangunan, dokumen mengenai pajak-pajak terhutan, dan sebagainya;

8)dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik di dalam maupun di luar pengadilan.


(25)

2. Tahap-tahap penyusunan legal opinion

Dinamika sistem penegakan hukum yang tidak konstan terutama menyangkut penerapan hukum yang tidak konsisten dapat memengaruhi aspek pandangan hukum (legal aspect) maupun pendapat hukum (legal opinion) yang tercetus dari pengamatan para ahli hukum. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut menurut pendapat Soerjono Soekanto antara lain :74

a. Faktor hukumnya sendiri yang dibatasi oleh undang undang saja.

b. Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Perkembangan legal audit memiliki keterkaitan dengan legal opinion, maka agar dapat membuat legal opinion sebelumnya harus dilaksanakan terlebih dahulu legal audit. Laporan due diligence dapat berupa hanya laporan due

diligence atau hanya legal opinion. Tata cara penyusunan legal opinion yaitu :75

a. legal auditor harus memahami permasalahan yang terdapat dalam

perusahaan yang diaudit;

b. legal auditor harus memahami tujuan pemberian legal opinion;

74

Hamzah Halim, Op.cit., hlm.259. 75


(26)

c. legal auditor harus memahami hukum yang berlaku.

Penyusunan legal opinion harus memerhatikan hal-hal, seperti :

a. pengungkapan dokumen yang digunakan sebagai dasar legal opinion; b. kualifikasi dan asumsi yang digunakan;

c. permasalahan hukum yang ada. Penyusunan legal opinion terdiri dari :76

a. Identifikasi fakta hukum

Identifikasi fakta hukum berarti mengklasifikasi mana fakta hukum dan bukan fakta hukum, serta hubungan hukum dan bukan hubungan hukum.

b. Identifikasi legal issue (masalah hukum)

Identifikasi legal issue merupakan mengklasifikasi fakta hukum dan permasalahan hukum yang ada di dalam kasus tersebut.

c. Inventarisasi hukum

Inventarisasi hukum berupa pengumpulan produk hukum yang mengatur fakta hukum dan jika ada pertentangan atau ketidaksesuaian antara aturan yang ada, maka harus ditentukan aturan yang berlaku berdasarkan prinsip-prinsip hukum.

d. Analisis hukum

Analisis hukum merupakan penentuan hukum mana yang berlaku yang disertai dengan argumentasi. Hukum yang seharusnya berlaku diterapkan dalam fakta hukum.

76

Penyusunan Legal Opinion


(27)

e. Kesimpulan dan rekomendasi

Kesimpulan dan rekomendasi merupakan penarikan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan yang harus menjawa permasalahan hukum yang ada dan perekomendasian strategi yang dapat digunakan untuk penanganan kasus di masa yang akan datang.


(28)

BAB IV

AKIBAT HUKUM MANIPULASI DATA UNTUK MENGHINDARI PAJAK DALAM PERSEROAN TERBATAS

A.Bentuk Manipulasi Data dalam Perseroan Terbatas 1. Pemalsuan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan diatur dalam Pasal 28 angka 1 UUKUP yang menyatakan bahwa wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuaan.77

Pembuatan pembukuan atas setiap transaksi dari PT dapat diketahui sehingga memberikan informasi terhapa kesehatan perusahaan tersebut serta mendeteksi apakah terjadi kecurangan dalam perusahaan yang mengakibatkan kerugian. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyembunyikan kebenaran akan pembukuan yaitu melalui manipulasi data yang merupakan salah satu usahanya. Manipulasi data dalam Pasal 39 angka 1 huruf f UUKUP menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan,

77


(29)

atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, memuat 3 (tiga) jenis kejahatan di bidang perpajakan, yaitu :78

a. memperlihatkan pembukuan yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

b. memperlihatkan pencatatan yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

c. memperlihatkan dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

2. Penerbitan faktur pajak fiktif

Banyak perusahaan yang mencoba untuk menghindari pajak dengan berbagai cara, yaitu dengan melaporkan omset perusahaan lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya serta membuat laporan keuangan yang dimanipulasi agar pajak yang dibebankan tidak terlalu tinggi ataupun pembuatan faktur pajak fiktif. Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (yang selanjutnya disebut dengan PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (selanjutnya disebut dengan BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (selanjutnya disebut dengan JKP), atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai.79

78

Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Op.Cit., hlm.63. 79


(30)

Pembuatan faktur pajak merupakan kewajiban bagi setiap PKP yang memungut Pajak Pertambahan Nilai (selanjutnya disebut dengan PPN). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ/2010 tanggal 24 Maret 2010. Faktur pajak yang digunakan hanyalah satu bentuk. Pembuatan faktur pajak yang dilakukan oleh PKP dapat membuat dan mencetak sendiri ataupun membeli dari pihak yang menyediakan jasa pencetakan faktur pajak.80

Kejahatan penerbitan faktur pajak fiktif dibagi ke dalam 6 (enam) kategori, yaitu :

Penerbitan faktur pajak dapat juga dimanipulasi yaitu dengan cara menerbitkan faktur pajak fiktif atau faktur pajak yang dipalsukan. Ketika PKP melakukan usahanya, tetapi tidak melaporkan transaksi yang sebenarnya melalui penerbitan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak dan/atau bukti setoran pajak.Akibat dari faktur pajak fiktif adalah negara mengalami kerugian yang tidak sedikit yaitu pada tahun 2015, hasil survey daei Direktorat Jendral Pajak (yang selanjutnya disebut dengan Dirjen Pajak), negara mengalami kerugian sekitar Rp 6,4 Trilyun atas 10.982 pengguna faktur pajak fiktif seluruh Indonesia.

81

a. Kejahatan menerbitkan dan menggunakan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;

b. Kejahatan menerbitkan atau menggunakan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;

80

Ibid.,hlm.285.

81


(31)

c. Kejahatan menerbitkan dan menggunakan bukti pemungutan pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;

d. Kejahatan menerbitkan atau menggunakan bukti pemungutan pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;

e. Kejahatan menerbitkan dan menggunakan bukti pemotongan pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;

f. Kejahatan menerbitkan atau menggunakan bukti pemotongan pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya.

Berikut adalah contoh kasus manipulasi data yang terjadi pada tahun 2015 yang dilakukan oleh salah satu PT yang berasal dari Pekan Baru yang memberikan jasa dalam pembersihan lahan. Direksi tersebut membeli produk-produk dari PT lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha yang dilakukan. Hal tersebut merupakan asumsi dari penyidik dari Kantor Pajak Pekan Baru. Setiap pembelian dilengkapi dengan pemberian faktur pajak dari penjual kepada pembeli. Pengkreditan faktur pajak masukan memberikan keuntungan bagi PT tersebut yaitu pengurangan jumlah pajak terutang dari PT tersebut. Tindakan PT tersebut menyebabkan perusahaan-perusahaan yang berbisnis atau yang menerbitkan faktur pajak kepadaPT tersebut juga dimintai keterangan oleh penyidik dari Kantor Pajak Pekan Baru. Tindakan dari direksi tersebut telah menyebabkan kerugian bagi negara sehingga PT tersebut diwajibkan untuk membayar utang pajak yang diakibatkan dari tindakannya dan juga denda pajak.

Menurut Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,


(32)

Pasal 9 angka 8 bagian b, bahwa pengkreditan pajak masukan sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak dapat diberlakukan apabila perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.

3. Penyampaian laporan pajak palsu

Penyampaian surat pemberitahuan merupakan kewajiban wajib pajak baik orang pribadi maupun badan. Setiap wajib pajak dalam Pasal 3 ayat 1 UUKUP wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas serta dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatanganinya serta setelah itu wajib dilaporkan atau disampaikan di kantor Direktorat Jendral Pajak dimana wajib pajak tersebut terdaftar. Jenis laporan pajak yang harus diisi, yaitu :82

a. laporan Surat Pemberitahuan Tahunan (selanjutnya disebut dengan SPT) PPh;

b. laporan SPT masa.

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan adalah surat pemberitahuan yang berisi pelaporan penghitungan dan/atau pembayaran pajak serta harta dan kewajiban yang dimiliki oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk satu tahun pajak. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan terdiri atas SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. Sedangkan, SPT masa adalah surat

82

Djoko Muljono, Hukum Pajak (Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis) (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2010), hlm. 151.


(33)

pemberitahuan yang berisi laporan pajak yang dipungut dari pendapatan wajib pajak dan dilaporkan pada setiap masa pajak atau setiap bulan.

Kejahatan dalam pelaporan atau penyampaian SPT baik SPT tahunan PPh maupun SPT masa yang dilakukan karena kealpaan terdapat dalam Pasal 38 huruf b UUKUP terbagi atas 3, yaitu :83

a. SPT yang disampaikan isinya tidak benar; b. SPT yang disampaikan isinya tidak lengkap;

c. SPT yang disampaikan melampirkan keterangan yang isinya tidak benar. Kekeliruan dalam pengisian SPT juga merupakan kejahatan akan tetapi, wajib pajak diberikan kesempatan untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dengan syarat DirJen Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Tindakan pemeriksaan yang dimaksud adalah pada saat surat pemberitahuan pemeriksaan pajak disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak. Hal ini terdapat dalam Pasal 8 angka 1 UUKUP. Kesempatan juga masih diberikan oleh DirJen Pajak untuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan baik bagi wajib pajak yang belum maupun yang telah melakukan pembetulan SPT walaupun telah diperiksa oleh pegawai pajak tetapi penerbitan surat ketetapan pajak belum dilakukan. Pengungkapan ketidakbenaran tersebut dilakukan dalam

83


(34)

laporan tersendiri dan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah pajak terutang yang sesungguhnya.84

Berdasarkan artikel tempo interaktif mengutip perkataan mantan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengenai banyak perusahaan yang membuat kecurangan antara lain pembuatan laporan keuangan ganda (double book keeping) misalnya, dengan memberikan laporan keuangan yang berbeda

untuk bank, Bapepam (sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan), dan kantor pajak.

Kejahatan tersebut maka negara dapat mengalami kerugian yang tidak sedikit. Penyampaian surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar dapat juga dikategorikan sebagai palsu yang berarti sebagai suatu keadaan yang tidak benar atau bertentangan dengan yang sebenarnya tercantum dalm SPT tersebut akan tetapi, DirJen Pajak masih memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk melakukan pembetulan, mengakui kesalahannya serta melakukan pembayaran terhadap pajak terutang dari wajib pajak yang bertujuan untuk lebih meringankan beban wajib pajak.

85

84

Op.Cit., hlm.159.

Perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan yang jelek atau tidak sesuai dengan transaksi yang dilakukan yang dimana nominal transaksi dalam laporan tersebut dibuat sekecil mungkin untuk menghindari pajak sedangkan, laporan keuangan yang nominal transaksinya bagus atau yang dibuat setinggi mungkin disampaikan kepada perbankan untuk memperoleh kredit dengan cepat


(35)

dan Bapepam agar perusahaan tersebut dapat diijinkan menjadi perusahaan go public.

B. Akibat Hukum Manipulasi Data dalam Penghindaran Pajak pada Perseroan Terbatas

1. Akibat hukum pemalsuan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain

Sanksi berdasarakan UUKUP terdiri atas sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi berupa denda ataupun bunga akibat wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Sanksi administrasi dapat ditemukan sedangkan, sanksi pidana berupa penjara atau kurungan yang diberikan atas kejahatan yang dilakukan.

Wajib pajak yang terbukti melakukan kejahatan di bidang perpajakan sebagaimana diatur dalam UUKUP dikenakan hukuman berdasarkan jenis kejahatan yang dilakukannya. Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41C UUKUP mengatur mengenai hukuman berupa sanksi pidana dan sanksi administratif yang dikenakan akan tetapi, hukuman yang dikenakan untuk wajib pajak tidak dapat disamaratakan karena tingkat ketidaksamaan akibat hukum yang ditimbulkan walaupun yang menjadi korban dari kejahatan tersebut adalah negara.86

86

Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Op.Cit., hlm.102.

Kejahatan yang dilakukan oleh wajib pajak berdasarkan Pasal 38 UUKUP untuk pertama kali dikenakan sanksi pidana kecuali, setelah itu harus dikenakan hukuman berupa denda paling sedikit satu kali jumlah pajak terutang


(36)

yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.87 Selain sanksi pidana, ada juga pemberatan sanksi pidana. Pemberatan sanksi pidana tidak hanya diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana melainkan juga terdapat dalam hukum pajak. Ketentuan yang terkait dengan pemberatan sanksi pidana terhadap kejahatan di bidang perpajakan diatur pada Pasal 39 angka 2 UUKUP. Ketentuan ini meletakkan batasan untuk pemberatan sanksi pidana hanya kejahatan di bidang perpajakan yang terjadi dan masuk ke dalam ruang lingkup Pasal 39 angka 1 UUKUP. Tujuan pemberatan sanksi pidana terhadap kejahatan tersebut adalah agar tidak terulang kerugian negara karena terganggunya pendapatan negara dari sektor pajak.88

Pasal 39 angka 1 UUKUP menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pembukuan yang tidak dilakukan dengan benar dapat juga dikategorikan sebagai palsu. Pasal 28 dan Pasal 29 UUKUP mengatur mengenai wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan dengan benar sehingga menyebabkan utang ajak yang dimiliki oleh wajib pajak maka menurut Pasal 13 angka 1 UUKUP, DirJen

87

Ibid., hlm.103. 88


(37)

Pajak berhak menerbitkan SKP dengan perhitungan secara jabatan, yaitu perhitungan pajak yang didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh wajib pajak saja dan atas SKP yang diterbitkan ditambah dengan sanksi kenaikan sebesar 50% dari jumlah pajak penghasilan yang kurang atau tidak dibayar.

2. Akibat hukum penerbitan faktur pajak fiktif

Penerbitan faktur pajak fiktif dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat 1 UUKUP yaitu ancaman pidana penjara maksimal 6 tahun dan denda maksimal 4 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 29/PJ.53/2003 tentang Langkah-Langkah Penanganan atas Penerbitan dan Penggunaan Faktur Pajak Tidak Sah (Fiktif), yang dimaksud dengan Faktur Pajak fiktif antara lain adalah:

a. Faktur pajak yang diterbitkan oleh pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP.

b. Faktur pajak yang diterbitkan oleh pengusaha dengan menggunakan nama, NPWP dan nomor pengukuhan PKP orang pribadi atau badan lain.

c. Faktur pajak yang digunakan oleh PKP yang tidak diterbitkan oleh PKP penerbit.

d. Faktur pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Pasal 13 angka 5 UUPPN, tetapi tidak memenuhi secara material yaitu tidak ada penyerahan


(38)

barang dan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli sebagaimana tertera pada faktur pajak.

e. Faktur pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Akibat hukum dari penerbitan faktur pajak fiktif dapat menyebabkan kerugian bagi negara. Para pelaku usaha berpura-pura membeli barang dan seolah-olah sudah membayarkan pajak pertambahan nilai (selanjutnya disebut dengan PPN) agar pelaku usaha tersebut mendapatkan faktur pajak masukan. Pajak masukan dapat dijadikan kredit pajak oleh pengusaha kena pajak untuk memperhitungkan sisa pajak yang terutang.

3. Akibat hukum penyampaian laporan pajak palsu

Penyampaian laporan pajak palsu juga termasuk ke dalam manipulasi data yang sering dilakukan oleh para wajib pajak. Akibat hukum yang dilakukan oleh tindakan tersebut diatur dalam Pasal 13 huruf A yang menyatakan bahwa wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak dan wajib pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.


(39)

Menurut Pasal 8 angka 1 UUKUP, kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh wajib pajak masih dapat dilakukan pembetulan atas kemauan sendiri dengan syarat DirJen Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Tindakan pemeriksaan yang dimaksud adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan. Penyampaian SPT yang terlambat juga dapat menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan Pasal 7 angka 1 UUKUP dinyatakan bahwa apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 angka 3 UUKUP atau batas waktu perpanjangan maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan wajib pajak badan serta Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi.

Laporan pajak palsu yang dilakukan oleh wajib pajak apabila dengan kemauan sendiri dilakukan pengungkapan kebenaran SPT Tahunan dan SPT Masa maka wajib pajak hanya dikenakan sanksi administrasi. Hal ini diatur dalam Pasal 8 UUKUP yang menyatakan jika wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan dan SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar maka wajib pajak hanya dikenal sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran.


(40)

C.Akibat Hukum Bagi Organ Perseroan Terbatas yang Memanipulasi Data demi Penghindaran Pajak

Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yang tergolong sebagai wajib pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sama dengan wajib pajak orang pribadi. Tindakan hukum yang dilakukan oleh PT maupun organ-organ PT dapat menyebabkan timbulnya akibat hukum. Akibat hukum tersebut dapat berupa sanksi yang terbagi atas sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi akan dikenakan kepada PT sedangkan, sanksi pidana akan dikenakan bagi organ-organ PT yang dengan sengaja melakukan pelanggaran.

Banyak pelaku usaha yang masih memilih untuk tidak membayar pajak maka salah satu cara yang dilakukan adalah menghindari pajak akan tetapi, setiap tindakan kejahatan memiliki akibat berupa sanksi yang akan dikenakan bagi siapa saja yang melakukan kejahatan. Pertanggungjawaban mengenai tindak pidana perpajakan bagi organ-organ PT, antara lain :

1. Direksi

Direksi merupakan organ perseroan yang melaksanakan kegiatan dan yang mengurusi perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar.89

Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan

89

Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm.113.


(41)

tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beriktikad baik. Pembuatan laporan tahunan yang berisi laporan keuangan serta pembuatan laporan guna untuk memenuhi tugas perpajakan seperti pengisian SPT merupakan tugas dari direksi maka, apabila terdapat kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu terutama negara, direksi bertanggung jawaab penuh terhadap tindakan kejahatan tersebut. Pasal 97 ayat 3 UUPT dikatakan bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjelaskan atas tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT.

Tindakan kejahatan yang dilakukan direksi termasuk ke dalam kejahatan yang dinyatakan dalam Pasal 39 UUKUP angka 1 bagian f yaitu “ Setiap orang atau wajib pajak yang dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.” maka wajib pajak dapat dikenakan sanksi administratif berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan sanksi pidana berupa pidana penjara minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 6 (enam) tahun.

Apabila dalam pembuatan laporan baik laporan keuangan maupun laporan perpajakan, direksi mewakilkan pembuatan tersebut kepada seorang akuntan publik yang telah ditunjuk maka apabila terjadi kecurangan direksi maupun akuntan publik harus mempertanggungjawabkan tindakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 30 angka 1 bagian j dalam


(42)

Undang Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (yang selanjutnya disebut dengan UUAkuntan Publik) memberikan larangan bahwa akuntan publik dilarang untuk melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Apabila akuntan publik melakukan pelanggaran terhadap manipulasi data seperti yang diatur dalam Pasal 30 angka 1 bagian j UUAkuntan Publik maka akuntan publik tersebut dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif berupa denda sebesar Rp300.000.000,00 (Tiga ratus juta rupiah) dan sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun. Hal ini diatur dalam Pasal 55 UUAkuntan Publik.

2. Komisaris

Komisaris atau dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan jalannya pengurusan pada umumnya. Baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Pengertian “untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.90

90

Jamin Ginting, Op.cit., hlm.130.


(43)

a. tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga; b. tanggung jawab ke dalam terhadap perseroan.

Tanggung jawab keluar komisaris tidak sebesar tanggung jawab direksi karena komisaris bertindak keluar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam keadaan-keadaan tertentu saja, yaitu dalam hal direksi membutuhkan komisaris sebagai saksi atau pemberi ijin yang menurut anggaran dasar direksi harus mendapat ijin terlebih dahulu dari komisaris dalam perbuatan seperti penjualan atau penggadaian. Tanggung jawab ke dalam komisaris sama dengan direksi yaitu pertanggungjawaban secara pribadi untuk seluruhnya. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 angka 1 UUPT. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 angka 1 UUPT untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.91

Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 108 angka 1 UUPT. Tanggung jawab dewan komisaris bersikap tanggung renteng akan tetapi, dewan komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kerugian apabila dapat membuktikan bahwa dewan komisaris :92

91

Ibid., hlm.133. 92


(44)

a. telah melakukan pengawasan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; b. tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan kerugian; c. telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul atau

berlanjutnya kerugian tersebut.

Komisaris dalam hal pembuatan laporan ganda yang mengakibatkan kerugian bagi negara tidak dapat diminta pertanggungjawabannya karena yang membuat laporan tersebut merupakan tugas dari direksi akan tetapi, apabila direksi melarikan diri sehingga mengakibatkan tidak ada yang bertanggung jawab terhadap kerugian perseroan maka komisaris yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang dialami perseroan.

3. Pemegang Saham

Saham merupakan modal perseroan yang memiliki nilai nominal yang dimana setiap pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.93

a. persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; Pasal 3 angka 1 UUPT mengatakan bahwa pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi saham yang dimiliki akan tetapi, lain halnya diatur dalam pasal 3 angka 2 UUPT bahwa pemegang saham dapat dimintai pertanggungjawaban apabila :

93


(45)

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.

Sanksi administrasi yang telah dikenakan kepada wajib pajak dapat ditagih. Penagihan pajak berdasarkan dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (yang selanjutnya disebut dengan UUPenagihan Pajak) adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Dasar penagihan pajak terdapat dalam pasal 18 angka 1 UUKUP bahwa surat ketetapan maupun surat keputusan yang menjadi dasar penagihan pajak antara lain :

a. Surat Tagihan Pajak;

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan; d. Surat Keputusan Pembetulan;


(46)

e. Surat Keputusan Keberatan; f. Putusan Banding;

g. Putusan Peninjauan Kembali.

Jika wajib pajak tidak juga melakukan kewajiban perpajakan dengan membayar pajak terutang, maka negara dapat memerintahkan kepada juru sita pajak negara untuk melakukan penagihan pajak. Tugas dari juru sita pajak negara diatur dalam Pasal 5 angka 1 UUPenagihan Pajak, yaitu :

a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus; b. memberitahukan Surat Paksa;

c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan


(47)

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Data-data dalam PT terdiri atas akta pendirian, anggaran dasar, modal dan

saham PT, dan laporan keuangan. Pembuatan data perusahaan seperti laporan keuangan harus bersifat transparan sesuai dengan SAK dan prinsip GCG untuk mempermudah para pihak yang bersangkutan dalam pengambilan keputusan serta menghindarkan para pihak yang hendak menggunakan data dalam PT tersebut dari kekeliruan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Transparansi dalam pembuatan data perusahaan dapat menghindarkan para pihak yang berkepentingan dari kekeliruan.

2. Legal audit diperlukan dalam perusahaan untuk menemukan kandungan hukum dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang diaudit serta sebagai sarana untuk menyediakan kebenaran dan keutuhan informasi hukum suatu perusahaan. Legal audit dan legal opinion merupakan satu kesatuan yang dimana legal opinion merupakan pendapat atau opini hukum dari legal auditor terhadap perusahaan yang diaudit. Tahap-tahap pelaksanaan legal audit melalui proses penandatanganan perjanjian untuk menjaga kerahasiaan perusahaan, pembentukan tim audit, persiapan hal-hal yang diperlukan untuk pelaksanaan legal audit dan juga pemeriksaan dokumen, sedangkan, tahap-tahap

pelaksanaan legal opinion terdiri atas identifikasi hukum, identifikasi masalah hukum, inventarisasi hukum, analisis hukum, kesimpulan dan rekomendasi.


(48)

Perusahaan memiliki legal officer yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan perusahaan akan tetapi, peraturan mengenai legal officer secara mendalam belum ada. Perusahaan yang memiliki legal auditor menjadi pendukung bagi legal officer untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan.

3. Setiap perbuatan hukum perpajakan memiliki akibat hukum yang harus ditanggung oleh orang-orang yang melakukannya yang di dalamnya termasuk juga PT sebagai subjek hukum yang juga termasuk wajib pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan. Akibat hukum terhadap manipulasi data untuk menghindari pajak dalam Perseroan Terbatas dapat menimbulkan sanksi hukum yang berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi maupun sanksi pidana yang dikenakan tergantung dari perbuatan hukum yang dilakukan.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran antara lain :

1. Setiap pembuatan data dalam PT seperti laporan keuangan dianjurkan untuk mengikuti standar yang telah ditentukan dan juga salah satu prinsip GCG. Saat ini, masih banyak perusahaan yang membuat data perusahaan tidak mengikuti prinsip keterbukaan sehingga menyebabkan para pihak yang berkepentingan maupun masyarakat kekurangan informasi yang menyebabkan kekeliruan maupun kesalahpahaman oleh karena itu sangat dianjurkan agar segala hal yang berhubungan dengan perbuatan hukum untuk dibuat lebih transparan sehingga terhindar dari kesan ditutup-tutupi.


(49)

2. Setiap perusahaan diharapkan untuk melakukan legal audit setiap tahunnya untuk mendeteksi ataupun menghindarkan perusahaan dari kejahatan yang mungkin terjadi. Perusahaan juga diharapkan untuk menunjuk seorang legal officer dan juga legal auditor untuk saling bekerja sama demi menghindarkan

perusahaan dari tindak kejahatan yang dapat merugikan perusahaan.

3. Manipulasi data dalam upaya penghindaran pajak merupakan tindakan kejahatan yang telah lama terjadi dan masih sangat sulit untuk mendapatkan solusi untuk mengakhiri hal ini. Sebaiknya peraturan mengenai pemberian sanksi terhadap hal tersebut dapat diuji kembali agar tidak ada celah yang dapat digunakan para pelaku usaha sebagai alasan untuk melakukan tindakan kejahatan tersebut. Masyarakat dianjurkan untuk mendukung program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara dari pajak dengan mematuhi

peraturan yang ada seperti

atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak pada tanggal 30 April 2015 yang diundangkan sejak tanggal 4 Mei 2015.


(50)

BAB II

PEMBUATAN LAPORAN PADA PERSEROAN TERBATAS

A. Data dalam Perseroan Terbatas 1. Akta pendirian Perseroan Terbatas

Menurut Kitab Undang Undang Hukum Dagang, pendirian PT dilakukan dengan akta otentik. Akta pendirian yang otentik tersebut kemudian disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Kehakiman untuk mendapatkan pengesahan. Pengesahan dari Menteri Kehakiman baru akan diberikan apabila syarat-syarat dalam anggaran dasar perseroan tidak bertentangan dengan kepentingan umum maupun kesusilaan. Setelah akta pendirian perseroan disahkan, maka tugas para pendiri adalah mendaftarkannya pada kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, dan baru kemudian diumumkan dalam Berita Negara. Pengesahan dari Menteri, pendaftaran dan pengumuman dalam Berita Negara juga diberlakukan bagi tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat pendirian atau dalam hal waktu perseroan diperpanjang.22

Ketentuan Pasal 7 angka 1 UUPT menegaskan bahwa akta notaris merupakan syarat mutlak untuk adanya PT. Tanpa adanya akta otentik ini akan

22


(51)

meniadakan eksistensi PT, sebab akta pendirian yang nantinya yang harus disahkan oleh Menteri Kehakiman.23

a. Adanya dua orang atau lebih untuk mendirikan perseroan.

Pasal 7 angka 1 dan 2 UUPT menyatakan bahwa PT didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Berdasarkan pasal di atas, dapat dikatakan bahwa untuk mendirikan suatu PT haruslah dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

b. Ada pernyataan kehendak dari pendiri untuk persetujuan mendirikan perseroan dengan mewajibkan setiap pendiri mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.

c. Perjanjian pendirian perseroan tersebut dinyatakan di hadapan notaris (notariel) dalam bentuk akta pendirian berbahasa Indonesia yang sekaligus memuat anggaran dasar perseroan.24

Undang Undang Perseroan Terbatas menetapkan bahwa pendirian PT berdasarkan perjanjian yaitu paling sedikit harus ada 2 (dua) orang yang melakukan perjanjian tersebut. Hal ini terdapat dalam Pasal 7 angka 5 dan 6 UUPT. Apabila setelah perseroan disahkan dan pemegang saham kurang dari 2 (dua) orang, maka dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau mengeluarkan saham yang baru. Apabila sudah melampaui 6 (enam) bulan dan

23

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (Edisi kedua) (Bogor: Ghalia, 2009), hlm. 33.

24


(52)

pemegang saham masih kurang dari 2 (dua) orang, maka pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan PT.25

Sebelum pengesahan badan hukum PT diperoleh, anggaran dasar hanya berlaku atau mengikat para pendiri dan para pihak yang mengambil bagian dalam Perseroan. Pihak ketiga baru dianggap terikat sejak keluarnya surat keputusan Menteri (Menteri Hukum dan HAM) mengenai pengesahan badan hukum Perseroan tersebut. Secara hirarkis, anggaran dasar tidak boleh bertentangan dengan ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 sampai dengan 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan juga tidak boleh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi yang mengaturnya yaitu UUPT. Hal ini ditemukan dalam ketentuan peralihan Pasal 157 angka 1 UUPT.

2. Anggaran dasar

Akta pendirian yang terdiri dari anggaran dasar dan berbagai keterangan lainnya mengatur segala hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya. Akta pendirian disebut juga sebagai undang-undang yang mengikat para pihak yang membuatnya.

26

Ketentuan Pasal 15 angka 1 UUPT menyatakan bahwa anggaran dasar PT harus memuat, yaitu :

25

Loc.cit., hlm.37. 26


(53)

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya perseroan;

d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk

tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan dewan komisaris; g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen; dan

i. ketentuan-ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

3. Modal dan saham Perseroan Terbatas

Menurut neraca perseroan, harta kekayaan perseroan adalah modal sendiri. Modal sendiri mencerminkan modal yang terdapat pada perseroan untuk tiap tahun buku berjalan yang terdapat dalam laporan tahunan perseroan. Ilmu hukum membedakan modal PT ke dalam :27

a. modal dasar (authorized capital);

b. modal ditempatkan atau dikeluarkan (issued capital); c. modal disetor (paid-up capital).

Undang Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa modal dasar terdiri atas seluruh nilai nominal saham dalam perseroan. Saat didirikan, saham

27

Ahmad Yahi dan Gunawan Widjaja,Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2000), hlm.42.


(54)

perseroan sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar PT harus telah ditempatkan atau dikeluarkan. Penempatan saham tersebut, sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh persen) dari nilai nominal setiap saham yang telah ditempatkan wajib untuk disetor. Saat suatu PT pertama kali didirikan, modal perseroan adalah modal yang disetor oleh seluruh pendiri perseroan yang menurut UUPT sekurang-kurangnya harus berjumlah 50% (lima puluh persen) dari nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan dan diambil bagian oleh para pendiri PT. Menurut UUPT, modal dasar perseroan sendiri ditetapkan sekurang-kurangnya Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) untuk PT (tertutup) pada umumnya, dengan pengecualian untuk PT yang bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu (seperti usaha pembiayaan, perseroan yang didirikan dalam rangka penanaman modal,dan lain-lain), maupun PT terbuka.28

4. Laporan keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari pembuatan laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak dalam maupun pihak luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.29

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Laporan keuangan termasuk ke dalam bagian laporan tahunan. Laporan tahunan disampaikan oleh direksi kepada para

28

Ibid., hlm.43.

29

Kasmir,Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008), hlm.7 dan 10.


(55)

pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (yang selanjutnya disebut dengan RUPS) sebagai gambaran kinerja perseroan dan perkembangannya selama satu tahun. UUPT dalam Pasal 66 angka 1 menyatakan bahwa direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir. Laporan tahunan perusahaan harus memuat sekurang-kurangnya :

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan PT termasuk laporan tentang hasil atau kinerja perusahaan;

c. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dari lingkungan;

d. rincian masalah yang timbul selama satu tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha PT;

e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan komisaris selama satu tahun buku yang baru lampau;

f. nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris;

g. gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris PT untuk tahun yang baru lampu.


(56)

Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.30

B.Pembuatan Laporan dalam Perseroan Terbatas

Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Praktiknya pembuatan laporan keuangan harus bersifat historis dan menyeluruh.

Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan harus dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang sedangkan, bersifat menyeluruh yang artinya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin yang disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Data masa lalu perusahaan yang ditampilkan dalam laporan keuangan merupakan kombinasi dari :31

1. Fakta yang telah dicatat;

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi; 3. Pendapat pribadi.

30

Op.Cit. ,hlm.7. 31


(57)

Hal-hal dan jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam neraca pada praktiknya belum tentu menunjukkan nilai yang realisasi (likuidasi). Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari pendapat pribadi baik oleh manajemen maupun akuntan. Laporan keuangan bukan merupakan laporan final dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Bagi suatu perusahaan, penyajian laporan keuangan secara khusus merupakan salah satu tanggung jawab manajer keuangan. Hal ini sesuai dengan fungsi manajer keuangan, yaitu :32

1. merencanakan; 2. mencari;

3. memanfaatkan dana-dana perusahaan; dan 4. memaksimalkan nilai perusahaan.

Laporan keuangan yang telah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perlu dilakukan pemeriksaan yang bertujuan agar laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan wajib dilaporkan secara benar sehingga pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang laporan keuangan perusahaan dapat membaca dan menganalisis dari laporan keuangan yang telah diperiksa.

Pemeriksaan laporan keuangan dapat dilakukan oleh 2 (dua) pihak, yaitu pihak dalam (intern) perusahaan dan pihak luar (ekstern) perusahaan. Pemeriksaan laporan keuangan yang diterima oleh intern perusahaan, artinya oleh pemeriksaan yang memang sudah disiapkan pihak perusahaan sehingga dalam hal ini mereka

32


(58)

dapat memperoleh data secara bebas sesuai dengan data aslinya. Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya sedangkan, pemeriksaan oleh pihak luar perusahaan dilakukan oleh akuntan publik yang sudah memperoleh izin.33

1. neraca;

Akuntan memiliki kewajiban untuk menganalisis laporan keuangan tersebut sudah atau belum memenuhi standar akuntansi yang telah ditetapkan sehingga, apabila sudah memenuhi standar tersebut maka laporan tersebut dapat digunakan oleh para pihak untuk kepentingan PT tersebut. Pasal 68 angka 3 UUPT menyatakan bahwa laporan atas hasil audit akuntan publik harus disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui direksi.

Laporan keuangan terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

2. laporan laba rugi;

3. laporan perubahan modal; 4. laporan arus kas;

5. laporan catatan atas laporan keuangan.

Menurut James C. Van Horne, neraca adalah ringkasan posisi keuangan perushaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.34

33

Ibid., hlm.18. 34

Ibid., hlm.30.

Neraca memiliki peranan penting dalam perusahaan karena neraca menunjukkan kodisi keuangan perusahaan dengan menampilkan hak,kewajiban dan harta yang dimiliki perusahaan. Contohnya adalah aktiva lancar, aktiva tetap, piutang, modal, utang, dan lain-lain.


(59)

Neraca dibuat dalam satu periode tertentu yakni dalam 1 (satu) tahun tetapi dapat juga dibuat sebelum 1 (satu) tahun tergantung dengan ketentuan yang terdapat dalam perusahaan tersebut.

Laporan laba rugi adalah laporan yang dibuat untuk menunjukkan keuntungan dan kerugian yang didapat oleh perusahaan terhadap kegiatan dalam perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi menampilkan asal dari pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan beserta jumlahnya dan juga menampilkan jumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi memberikan laporan yang menunjukkan apakah suatu perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian. Apabila pendapatan yang diterima lebih besar dibandingkan pengeluarannya maka perusahaan untung dan berlaku sebaliknya, apabila pengeluaran lebih besar daripada pendapatan maka perusahaan rugi.

Laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan jumlah modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Laporan ini hanya dibuat apabila terdapat perubahan modal yang terjadi baik karena penambahan atau pengurangan modal.

Laporan arus kas adalah laporan yang menujukkan segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan kas baik itu kas masuk maupun kas keluar. Kas masuk berupa pendapatan ataupun hasil dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan sedangkan kas keluar berupa pengeluaran terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “AKIBAT HUKUM MANIPULASI DATA DALAM PENGHINDARAN PAJAK PADA PERSEROAN TERBATAS.” Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I ,Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak atas segala bantuan, kritikan, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih


(2)

sebesar-besarnya kepada Ibu yang sudah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini serta waktu bimbingan yang diberikan agar skripsi ini diselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dr. T. Keizeirina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu atas segala bantuan, kritikan, bimbingan, dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik

penulis.

8. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada kedua orang tua penulis, Saleh Andigo dan Anastasia Adrian, S.E. yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis dan juga adik penulis, Felix serta anggota keluarga penulis yang lain yang telah menjadi semangat dan faktor pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini.

10.Deswita Natalia, Lasta Sitompul, dan Yolanda Octaviana Tarigan, sebagai teman dekat penulis dari SMA yang memberikan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Felicia dan Furianti, sahabat terbaik serta teman senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan penulis selama masa perkuliahan di FH USU yang selalu


(3)

bersama penulis dalam suka maupun duka pada saat menjalani masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan kepada penulis..

12.Diana Elvita dan Kak Melisa ,sebagai teman dekat penulis yang selalu memberikan canda tawa dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

13.Keluarga Mahasiswa Buddhis terutama LEAF, sebagai teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi terutama Melinda Salim, Freddy, Clarissa, Khusuma Halim, Freddy Kirana.

14.Sahabat-sahabat seperjuangan dari Grup D Fakultas Hukum USU stambuk 2012 yang lain.

15.Teman-Teman diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan,25 April 2016

LESLEY 120200187


(4)

DAFTAR ISI

HalamanPengesahan ... i

Surat Pernyataan Bebas Plagiat ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D.Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 17

G.Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PEMBUATAN LAPORAN PADA PERSEROAN TERBATAS ... 21

A.Data dalam Perseroan Terbatas ... 21

1. Akta Pendirian PerseroanTerbatas ... 21

2. Anggaran Dasar ... 23

3. Modal dan Saham PerseroanTerbatas ... 24

4. Laporan Keuangan ... 25

B.Pembuatan Laporan dalam Perseroan Terbatas ... 27


(5)

BAB III PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DAN LEGAL OPINION UNTUK

MENEMUKAN KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN... 38

A. Pengertian Legal Audit dan Legal Opinion ... 38

1. Legal Audit ... 38

2. Legal Opinion ... 41

B. Fungsi dan Kewajiban Legal Officer dalam Perseroan Terbatas ... 43

C. Jenis-jenis Kecurangan dalam Audit LaporanKeuangan ... 48

D. Tahap-tahap Pelaksanaan Legal Audit dan Legal Opinion dalam Perseroan Terbatas ... 54

1. Tahap-tahap Pelaksanaan Legal Audit ... 54

2. Tahap-tahap Penyusunan Legal Opinion ... 58

BAB IV AKIBAT HUKUM MANIPULASI DATA UNTUK MENGHINDARI PAJAK DALAM PERSEROAN TERBATAS ... 61

A. Bentuk Manipulasi Data dalam PerseroanTerbatas ... 61

1. Pemalsuan Pembukuan, Pencatatan, atau Dokumen Lain ... 61

2. Penerbitan Faktur Pajak Fiktif ... 62

3. Penyampaian Laporan Pajak Palsu ... 65

B. Akibat Hukum Manipulasi Data dalam Penghindaran Pajak pada Perseroan Terbatas ... 67

1. Akibat Hukum Pemalsuan Pembukuan Pencatatan, atau Dokumen Lain ... 67

2. Akibat Hukum Penerbitan Faktur Pajak Fiktif ... 69

3. Akibat Hukum Penyampaian Laporan Pajak Palsu ... 71

C. Akibat Hukum Bagi Organ Perseroan Terbatas yang Memanipulasi Data demi Penghindaran Pajak ... 72


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81