Akibat Hukum Manipulasi Data dalam Penghindaran Pajak pada Perseroan Terbatas

dan Bapepam agar perusahaan tersebut dapat diijinkan menjadi perusahaan go public.

B. Akibat Hukum Manipulasi Data dalam Penghindaran Pajak pada Perseroan Terbatas

1. Akibat hukum pemalsuan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain Sanksi berdasarakan UUKUP terdiri atas sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi berupa denda ataupun bunga akibat wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Sanksi administrasi dapat ditemukan sedangkan, sanksi pidana berupa penjara atau kurungan yang diberikan atas kejahatan yang dilakukan. Wajib pajak yang terbukti melakukan kejahatan di bidang perpajakan sebagaimana diatur dalam UUKUP dikenakan hukuman berdasarkan jenis kejahatan yang dilakukannya. Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41C UUKUP mengatur mengenai hukuman berupa sanksi pidana dan sanksi administratif yang dikenakan akan tetapi, hukuman yang dikenakan untuk wajib pajak tidak dapat disamaratakan karena tingkat ketidaksamaan akibat hukum yang ditimbulkan walaupun yang menjadi korban dari kejahatan tersebut adalah negara. 86 86 Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Op.Cit., hlm.102. Kejahatan yang dilakukan oleh wajib pajak berdasarkan Pasal 38 UUKUP untuk pertama kali dikenakan sanksi pidana kecuali, setelah itu harus dikenakan hukuman berupa denda paling sedikit satu kali jumlah pajak terutang Universitas Sumatera Utara yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun. 87 Selain sanksi pidana, ada juga pemberatan sanksi pidana. Pemberatan sanksi pidana tidak hanya diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana melainkan juga terdapat dalam hukum pajak. Ketentuan yang terkait dengan pemberatan sanksi pidana terhadap kejahatan di bidang perpajakan diatur pada Pasal 39 angka 2 UUKUP. Ketentuan ini meletakkan batasan untuk pemberatan sanksi pidana hanya kejahatan di bidang perpajakan yang terjadi dan masuk ke dalam ruang lingkup Pasal 39 angka 1 UUKUP. Tujuan pemberatan sanksi pidana terhadap kejahatan tersebut adalah agar tidak terulang kerugian negara karena terganggunya pendapatan negara dari sektor pajak. 88 Pasal 39 angka 1 UUKUP menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pembukuan yang tidak dilakukan dengan benar dapat juga dikategorikan sebagai palsu. Pasal 28 dan Pasal 29 UUKUP mengatur mengenai wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan dengan benar sehingga menyebabkan utang ajak yang dimiliki oleh wajib pajak maka menurut Pasal 13 angka 1 UUKUP, DirJen 87 Ibid., hlm.103. 88 Ibid., hlm.107. Universitas Sumatera Utara Pajak berhak menerbitkan SKP dengan perhitungan secara jabatan, yaitu perhitungan pajak yang didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh wajib pajak saja dan atas SKP yang diterbitkan ditambah dengan sanksi kenaikan sebesar 50 dari jumlah pajak penghasilan yang kurang atau tidak dibayar. 2. Akibat hukum penerbitan faktur pajak fiktif Penerbitan faktur pajak fiktif dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat 1 UUKUP yaitu ancaman pidana penjara maksimal 6 tahun dan denda maksimal 4 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 29PJ.532003 tentang Langkah-Langkah Penanganan atas Penerbitan dan Penggunaan Faktur Pajak Tidak Sah Fiktif, yang dimaksud dengan Faktur Pajak fiktif antara lain adalah: a. Faktur pajak yang diterbitkan oleh pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP. b. Faktur pajak yang diterbitkan oleh pengusaha dengan menggunakan nama, NPWP dan nomor pengukuhan PKP orang pribadi atau badan lain. c. Faktur pajak yang digunakan oleh PKP yang tidak diterbitkan oleh PKP penerbit. d. Faktur pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Pasal 13 angka 5 UUPPN, tetapi tidak memenuhi secara material yaitu tidak ada penyerahan Universitas Sumatera Utara barang dan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli sebagaimana tertera pada faktur pajak. e. Faktur pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Akibat hukum dari penerbitan faktur pajak fiktif dapat menyebabkan kerugian bagi negara. Para pelaku usaha berpura-pura membeli barang dan seolah- olah sudah membayarkan pajak pertambahan nilai selanjutnya disebut dengan PPN agar pelaku usaha tersebut mendapatkan faktur pajak masukan. Pajak masukan dapat dijadikan kredit pajak oleh pengusaha kena pajak untuk memperhitungkan sisa pajak yang terutang. 3. Akibat hukum penyampaian laporan pajak palsu Penyampaian laporan pajak palsu juga termasuk ke dalam manipulasi data yang sering dilakukan oleh para wajib pajak. Akibat hukum yang dilakukan oleh tindakan tersebut diatur dalam Pasal 13 huruf A yang menyatakan bahwa wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak dan wajib pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200 dua ratus persen dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 8 angka 1 UUKUP, kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh wajib pajak masih dapat dilakukan pembetulan atas kemauan sendiri dengan syarat DirJen Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Tindakan pemeriksaan yang dimaksud adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan. Penyampaian SPT yang terlambat juga dapat menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan Pasal 7 angka 1 UUKUP dinyatakan bahwa apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 angka 3 UUKUP atau batas waktu perpanjangan maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 lima ratus ribu rupiah untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00 seratus ribu rupiah untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 satu juta rupiah untuk SPT Tahunan wajib pajak badan serta Rp100.000,00 seratus ribu rupiah untuk SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi. Laporan pajak palsu yang dilakukan oleh wajib pajak apabila dengan kemauan sendiri dilakukan pengungkapan kebenaran SPT Tahunan dan SPT Masa maka wajib pajak hanya dikenakan sanksi administrasi. Hal ini diatur dalam Pasal 8 UUKUP yang menyatakan jika wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan dan SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar maka wajib pajak hanya dikenal sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran. Universitas Sumatera Utara

C. Akibat Hukum Bagi Organ Perseroan Terbatas yang Memanipulasi Data demi Penghindaran Pajak