Latar Belakang Masalah Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi dewasa ini membawa konsekuensi logis bahwa masyarakat semakin mudah untuk memperoleh informasi yang terkait dengan apa yang baik bagi masyarakat dan juga apa yang tidak. Konsekuensi dari kenyataan ini, perkembangan dunia bisnis akan dihadapkan dengan masyarakat yang semakin peka terhadap lingkungannya sekaligus segala bentuk aktivitas yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Tumbuhnya kesadaran publik akan peran perusahaan di tengah masyarakat melahirkan kritik karena menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Tekanan dari berbagai pihak memaksa perusahaan untuk menerima tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat. Perusahaan dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap pihak yang lebih luas dari pada kelompok pemegang saham dan kreditur saja. Gray et. al.,1995 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan untuk memaksimalkan laba tidak secara universal lagi diterima. Universitas Sumatera Utara 2 Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadararan baru bagi perusahaan berkembang atau perusahaan besar agar memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan Corporate Social Responsibility Disclosure yang dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan tidak hanya sebagai entitas yang mementingkan dirinya sendiri untuk memperoleh keuntungan, namun perusahaan merupakan entitas yang wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah. Guthrie dan Mathews, 1985. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Oleh karena itu dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting SRA atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Universitas Sumatera Utara 3 Konsep tanggung jawab sosial perusahaan muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Hal ini diperkuat dengan pesatnya persaingan sektor dunia usaha yang menjadikan perusahaan terlalu mendominasi dalam mengeksploitasi sumber–sumber alam serta masyarakat sosial yang tanpa batas untuk kemajuan perusahaan, yang berdampak pada kerusakan lingkungan, misalnya polusi air, udara, tanah, serta limbah industri yang menjadikan masyarakat sebagai imbas atas segala kerusakan yang disebabkan oleh perusahaan Faliando, 2010. CSR menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan lagi sekadar kegiatan ekonomi menciptakan profit demi kelangsuangan usaha, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan Elvina, 2013. Di berbagai tempat, kenyataan berkali-kali memperlihatkan perusahaan-perusahaan yang hanya mau mengeruk keuntungan finansial serta mengabaikan tanggung jawab sosial dan lingkungan, bukan saja mendapat tentangan dari masyarakat sekitar, tapi juga mendapatkan tekanan dahsyat dari LSM-LSM yang sepak terjangnya tak mengenal batas wilayah negara. Setidaknya, hal ini tergambar dalam kasus PT Lapindo Brantas, yang tak hanya dihadang kerugian finansial, tapi juga dihadang berbagai tuntutan dari masyarakat dan LSM, akibat kejahatan lingkungan hidup yang menyebabkan terjadinya bencana lumpur panas di Porong, Jawa Timur. Contoh kasus lainnya terjadi di antara masyarakat kota Balige, Sumatera Utara, yaitu kasus pencemaran yang dilakukan oleh PT. Toba Pulp Lestari PT. TPLeks. Universitas Sumatera Utara 4 PT. Inti Indorayon Utama pada tahun 2007 yang lalu. Limbah perusahaan itu tidak hanya mencemari udara yang menyebabkan penyakit Ispa, tetapi juga berpengaruh pada menurunnya hasil panen penduduk. Perusahaan ini juga mendatangkan banyak masalah sosial, seperti konflik dan intimidasi aparat terhadap masyarakat yang menolak Indorayon. Rendahnya penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang digambarkan pada kasus di atas menjadi salah satu alasan perlunya kesadaran terhadap CSR Corporate Social Responsibility demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat sekitar . Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholder perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan erat dengan konsep sustainability development pembangunan yang berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau dividen melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan Brundtland Report dari PBB 1987. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat bahwa tanggung jawab utama perusahaan adalah semata-mata terhadap pemiliknya, atau para Universitas Sumatera Utara 5 pemegang saham. Adanya konsep CSR mewajibkan perusahaan untuk memiliki pandangan yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen, komunitas setempat, masyarakat secara luas, pemerintah, dan kelompok- kelompok lainnya. Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial saja atau single bottom line, kini dikenal konsep triple bottom line TBL, yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3 tiga dasar, yaitu finansial, sosial dan lingkungan atau yang juga dikenal dengan 3P profit, people, planet. Konsep ini diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1988 Global Compact Initiative , 2002. Dalam konsep TBL, selain mengejar keuntungan profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet. Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan daripada kepentingan shareholder pemegang saham, Nugroho, 2007. Konsep triple bottom line 3P kemudian berkembang dengan adanya ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility. Menurut ISO 26000, CSR sangat berkaitan dengan tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak- dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang Universitas Sumatera Utara 6 sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh Solihin, 2010:187. Perkembangan CSR di Indonesia sendiri dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan discretionary business practice praktik bisnis secara sukarelabersifat voluntary. Artinya pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh undang-undang bersifat mandatorydiwajibkan undang-undang. Sebagai contoh, Badan Usaha Milik Negara BUMN memiliki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial seperti pemberian modal bergulir untuk Usaha Kecil dan Menengah UKM, Solihin, 2010:189. Penerapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan dapat diwujudkan dengan pengungkapan CSR Corporate Social Responsibility Disclosure yang disosialisasikan ke publik dalam laporan tahunan annual report perusahaan. Undang-undang telah mengatur pelaksanaan CSR dengan menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yang menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara 7 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah . Faliando,2010. Peraturan Undang-Undang diatas mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya, karena jika tidak, maka perusahaan yang bersangkutan akan dikenai sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Peraturan ini menunjukkan bentuk kepedulian pemerintah akan masalah- masalah sosial yang merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Dengan adanya Undang-Undang R.I. No. 40 tahun 2007 pasal 74 tersebut, diharapkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan akan semakin bertambah. Kewajiban melaksanakan CSR juga diatur IAI dalam PSAK No. 1 revisi 1998 paragraf 09 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial : “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Pernyataan di atas secara jelas menyebutkan bahwa perusahaan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya terutama perusahaan industri yang meninggalkan limbah, Universitas Sumatera Utara 8 apabila limbah tidak diolah terlebih dahulu akan mencemari lingkungan sekitarnya. Karena itu dengan adanya PSAK No. 1 tersebut diharapkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan bertambah. Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure, namun belum menunjukkan hasil yang konsisten. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sulastini 2007 yang menguji pengaruh size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile pada perusahaan manufaktur yang telah go public. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan social, tetapi secara parsial hanya variabel profitabilitas yang tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Penelitian lain dilakukan oleh Sitepu 2008 yang menguji ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya variabel dewan komisaris dan profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara simultan memiliki kemampuan mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Sandra 2011 menguji ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen, dan tingkat leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan Universitas Sumatera Utara 9 bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen, leverage secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial hanya variabel dewan komisaris yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Hayati 2011 menguji tingkat leverage , ukuran perusahaan, profitabilitas dan usia perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas, terdapat keanekaragaman hasil-hasil dari penelitian tersebut. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan pengujian kembali atas karakteristik perusahaan apakah berpengaruh terhadap pengungkapan sosial dengan mereplikasi penelitian dari Hayati 2011 dan menambahkan variabel ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajemen dalam penelitian karena dianggap memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 sebagai unit analisis penelitian karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi terbesar dalam menimbulkan masalah-masalah sosial seperti polusi, keamanan produk dan tenaga kerja. Atas dasar penjelasan tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh karakteristik perusahaan memiliki hubungan pada pengungkapan sosial perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul: Universitas Sumatera Utara 10 “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21