18
Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang
memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.
5. Produk
Bidang ini meliputi keamanan, pengurangan polusi demi menjaga lingkungan dan kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah.
Standar pelaporan pengungkapan sosial masih belum memiliki standar yang baku, sehingga jumlah dan cara pengungkapan informasi sosial bergantung
kepada kebijakan dari pihak manajemen perusahaan. Hal ini mengakibatkan timbulnya variasi luas pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan
masing-masing perusahaan.
2.1.3 Karakteristik yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sosial perusahaan dalam laporan tahunan. Karakteristik perusahaan merupakan prediktor
kualitas pengungkapan sosial perusahaan Lang and Lundhom, 1993. Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan sosial
perusahaan diproksikan kedalam
ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan umur perusahaan.
a. Ukuran perusahaan size
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, pengalaman yang dimiliki perusahaan, kemampuan perusahaan dan kebutuhan perusahaan.
Ukuran perusahaan dibagi tiga 3 kelompok, yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar. Berdasarkan Undang Undang No. 9 tahun 1995,
ukuran perusahaan dikelompokkan atas:
Universitas Sumatera Utara
19
1. perusahaan kecil, aset kurang dari Rp 200.000.000 diluar tanah dan bangunan,
2. perusahaan menengah, aset lebih besar dari Rp. 200.000.000 dan lebih kecil dari Rp 5.000.000.000 diluar tanah dan bangunan,
3. perusahaan besar, aset lebih dari Rp. 5.000.000.000 diluar tanah dan bangunan. Faliando, 2010
Perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan informasi sosialnya lebih luas dibandingkan perusahaan kecil. Dikaitkan dengan teori agensi seperti
yang dinyatakan Sembiring 2005, bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti,
pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Pandangan di atas didukung oleh
Cowen et. al., 1987 yang menyatakan “the larger companies tend to receive more attention from the general public and, therefore, to be under greater public
pressure to exhibit social responsibility.” Hal ini berarti perusahaan besar cenderung mendapat sorotan dari publik, sehingga lebih dituntut untuk
bertanggung jawab dalam kepentingan sosialnya, terkhusus di sekitar lingkungan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Buzby
1975
,” smaller firms may not acquire the required for congregation and persenting the wide array of information. Smaller firms may
feel that their intangible assets disclosure activities could endanger their
Universitas Sumatera Utara
20
competitive oppositions with respect to other larger firms in their industry, i.e. reluctance of small firm to inform their competitors.” Dalam hal ini, Buzby
menduga bahwa perusahaan kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar dikarenakan ketiadaan sumber daya dan dana yang
cukup besar dalam Laporan Tahunan. Dalam hal ini, manajemen khawatir dengan mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap
kompetitor lain. b.
Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi
yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak, seperti mempunyai wewenang untuk merekrut, memecat, dan memberikan kompensasi
terhadap keputusan dari pihak manajer, dan berwenang untuk meratifikasi serta mengontrol keputusan-keputusan penting. Hal ini diungkapkan oleh Fama dan
Jesen, 1983, yang menyatakan bahwa: “The common apex of the decision control sys-tems of organizations, large
and small, in which decision agents do not bear a major share of the wealth effects of their decisions is some form of board of directors. Such
boards always have the power to hire, fire, and compensate the top-level decision managers and to ratify and monitor important decisions. Exercise
of these top-level decision control rights by a group the board helps to ensure separation of decision management and control that is, the
absence of an entrepreneurial decision maker even at the top of the organization.
”
Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside directur yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membatu dewan
komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
21
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan Mulyadi, 2002.
Coller dan Gregory 1999 menyatakan bahwa,” the greater the number of commissioners,the easier to control Chief Executive Officer CEO and the
supervision will be more effective.” Artinya semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan
memonitoring, sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan
semakin besar untuk mengungkapkannya. c.
Rasio Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan dilikuidasi. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki
risiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para debtholders. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung ingin melaporkan laba
lebih tinggi agar dapat mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar
Universitas Sumatera Utara
22
perjanjian utang. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio leverage antara lain:
1. Debt to Asset Ratio DAR, yaitu rasio utang yang mengukur
perbandingan total utang dengan total aktiva. 2.
Debt to Equity Ratio DER, rasio utang yang mengukur perbandingan total utang dengan total ekuitas.
3. Long Term Debt to Equity Ratio LTDtER, rasio utang yang mengukur
perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri. 4.
Times Interest Earned, rasio utang yang mengukur perbandingan laba sebelum bunga dan pajak dengan biaya bunga yang dikeluarkan.
Belkaoui dan Karpik 1989 menyatakan bahwa, “firms with a high leverage must adhere to strict debt convenants. This reduces their ability to spend
resources on CSR and disclose information about CSR.” Hal ini berarti semakin tinggi tingkat leverage maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan
melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Dikaitkan dengan teori
agensi, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki biaya keagenan tinggi sehingga perusahaan akan mengurangi biaya berkaitan dengan Corporate
Social Responsibility Disclosure. d.
Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
Universitas Sumatera Utara
23
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan adalah: 1.
Profit Margin on Sales, yaitu rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
2. Return on Investment ROI, rasio yang membandingkan laba bersih
setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang digunakan perusahaan. 3.
Return on Equity ROE, rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
4. Return on Assets ROA, rasio yang membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan jumlah ativa. 5.
Earning per Share of Common Stock, yaitu rasio yang membandingkan laba saham biasa dengan saham biasa yang beredar.
Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan paling baik diekspresikan dengan profitabilitas dikarenakan pandangan bahwa
tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Selain itu tingkat
profitabilitas dapat menunjukkan seberapa baik pengelolaan manajemen perusahaan, oleh sebab itu semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka
cenderung semakin luas Corporate Social Responsibility Disclosure. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dinyatakan Belkaoui dan Karpik 1989, yaitu,”
management that has the knowledge to make a company profitable also has the
Universitas Sumatera Utara
24
knowledge and understanding of social responsibility, which leads to more social and environmental disclosures.”
Dikaitkan dengan teori agensi, perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Itu
dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosialnya. Pendapat di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Preston 1978 dan Bowman Haire 1976, yang
menemukan adanya hubungan positif antara profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial: “there is a positive relationship between profitability and
social responsibility disclosures. Their arguments based on the premise that corporate social disclosures induce an adaptive management approach in
companies and help them develop ability to operate in a dynamic multidimensional environtment. Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hackston Milne 1996. e.
Kepemilikan Manajemen Mehran 1992 dalam Rosmasita 2007 mengartikan kepemilikan
manajemen sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Manajemen yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menselaraskan
kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham. Sementara manajer yang tidak memiliki saham perusahaan, ada kemungkinan hanya
mementingkan kepentingannya sendiri. Kepemilikan manjamen yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara
25
dalam penelitian ini adalah saham yang dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direktur.
Semakin besar kepemilikan manajemen didalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan.
Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka meningkatkan image perusahaan, meskipun perusahaan harus mengorbankan
sumber daya untuk aktifitas tersebut Gray, et. al., 1998. f.
Umur Perusahaan Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas
pengungkapan sosial perusahaan. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak
dalam mempublikasikan laporan keuangan perusahaan.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu