Pemakaian Kalimat Majemuk Aspek Sintaksis

94 mengunjungi pucuk filicium. ... kupu-kupu kuning berbintik metalik yang disebut pure clouded yellow. LP: 157 97 Mahar telah melakukan entry dengan sukses. Semua seniman panggung mengerti jika entry telah sukses biasanya seluruh pertunjukkan akan selamat. ... Kesuksesan entry pemain tabla mengangkat kepercayaan diri kami sampai level tertinggi. LP: 239 Pada data 91 terdapat pengulangan kata crinum, pada data 92 sampai 96 terdapat pengulangan kata filicium dan pada data 97 terdapat pengulangan kata entry. Pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegasan deskripsi cerita agar makna yang ingin disampaikan penulis dapat ditangkap lebih jelas oleh pembaca. Selain itu pengulangan kata tersebut berfungsi untuk menekankan kata tersebut dalam konteks tuturan. Pemilihan dan pemakaian repetisi dalam novel Laskar Pelangi cukup mendominasi pada deskripsi cerita. Andrea Hirata membuat penekanan-penekanan pada kata yang diulang- ulang dengan maksud memperindah deskripsi cerita dan menonjolkan makna yang ingin disampaikan pada pembaca.

2.2. Pemakaian Kalimat Majemuk

Aspek sintaksis dalam novel Laskar Pelangi selain dari segi wacana juga dapat dilihat dari penggunaan kalimat. Kalimat merupakan kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sebagai satu satuan. Andrea Hirata dalam mendeskripsikan cerita sering menggunakan kalimat yang panjang. Kalimat tersebut dapat digolongkan menjadi kalimat majemuk. Kalimat majemuk 95 dapat juga dikatakan sebagai kalimat yang merupakan penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat yang digunakan untuk mendeskripsikan cerita sering menggunakan klausa utama dan klausa bawahan sehingga kalimatnya sangat panjang. Ciri khas Andrea Hirata dalam mendeskripsikan cerita yaitu dengan menggunakan kalimat yang panjang-panjang memakai kata penghubung bahwa sebagai penanda adanya aspek klausa bawahan. Adapun data-data yang menggunakan penanda bahwa diantaranya sebagai berikut. 98 Aku tahu beliau sedang gugup dan aku maklum bahwa tak mudah bagi seorang pria berusia empat puluh tujuh tahun, seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil, untuk menyerahkan anak laki-lakinya ke sekolah. LP: 2 99 Para orang tua ini sama sekali tak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai SMP. LP: 3 100 Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. LP: 4 101 Aku mengerti bahwa pria yang tak tahu tanggal dan bulan kelahirannya itu gamang membanyangkan kehancuran hati anaknya jika sampai drop out saat kelas dua atau tiga SMP nanti karena alasan klasik: biaya atau tuntutan nafkah. LP: 13 Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui Andrea Hirata dalam mendeskripsikan sesuatu hal dalam ceritanya agar lebih jelas pengungkapan dan maknanya maka sering menggunakan kalimat majemuk dengan penanda 96 bahwa. Penggunaan kalimat majemuk dengan penanda bahwa diketahu terdapat 64 data. Masing-masing data yang menggunakan penanda bahwa dimaksudkan untuk memperjelas tuturan dan memberikan pengertian kepada pembaca agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca. Ini menjadi ciri khas Andrea Hirata sebagai gaya kepenulisannya.

2.3. Pemakaian Kalimat Inversi