25 kehidupan yang diidealkan karena menampilkan kehidupan manusia secara
mendalam dan kejadiannya pun luar biasa, serta disajikan secara halus.
2.2. Bahasa Novel
Wujud cipta sastra yang pertama-tama terlihat dari sisi bahannya adalah bahasa. Bahasa adalah alat utama pengarang untuk menciptakan karya seni yang
imajinatif dengan unsur estetikanya yang dipandang dominan yang kemudian disebut dengan nama sastra. Bahasa merupakan sarana pengarang agar leluasa
dalam mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya. Penelitian stilistika menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk
mengetahui bagaimana kiat pengarang memanfaatkan kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan makna dan efek estetik dari
bahasa. Bunyi bahasa yang dituturkan pengarang mungkin selalu berubah, kadang-kadang secara teratur dan kadang tidak dengan faktor-faktor pendorong
yang bermacam-macam pula. Perubahan mencakup segala wujudnya yang diatur oleh asas-asas tertentu, baik yang berasaskan penggantian, penambahan, dan
pelenyapan maupun yang berasaskan peloncatan, penyusutan, dan kombinasi di antara sesamanya Sudaryanto, 1989: 18
Semua bentuk ekspresi kejiwaan dalam karya sastra khususnya novel, disalurkan melalui bahasa yang lebih ruwet, membahasakan ekspresi pengarang
yang ditujukan kepada pembacanya misalnya menyakinkan, menyindir, mengkritik, menghibur, dan sebagainya. Seorang sastrawan, memerlukan
kalimat yang sanggup menggugah perasaan yang halus dari manusia dan
26 kemanusiaan, dan mampu membahasakan ekspresi kejiwaannya Abdul Razak,
1990: 2-3. Bahasa di dalam novel akan mencerminkan style seorang pengarang,
karena di sana akan tampak originalitas pengarang dalam memilih dan menggunkan kata-kata, maupun gaya bahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan
ataupun imajinasinya dalam cerita. Bahasa di dalam novel umumnya penuh makna dan menimbulkan efek estetik. Dalam kreasi penulisan novel efek
tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, penggambaran obyek dan peristiwa secara imajinatif maupun pemberian efek emotif bagi pembacanya.
Selanjutnya bahasa di dalam novel juga memperhatikan diksi. Diksi berasal dari bahasa Latin dicere, dictum yang berarti to say
„mengatakan‟. Diksi berarti pemilihan dan penyusunan kata-kata dalam tuturan atau penulisan Scoot,
1980: 170. Pemilihan kata dalam novel sangat penting, sebab kata dalam novel mempunyai dua arti yaitu denotasi dan konotasi. Kata denotasi adalah bahasa
yang menunjuk korespondensi satu satu. Sementara itu, kata konotasi mempunyai arti asosiatif.
Penulis karangan kadang sadar atau tidak sadar berhadapan dengan masalah pemilihan kata. Untuk mengongkretkan dan menghidupkan novel kita
menggunakan majas. Pencitraan kata merupakan penggambaran angan-angan dalam novel. Penulis sebagai pencipta kata-kata mendeskripsikan sesuatu
sehingga pembaca dapat melihat, merasakan, dan mendengarkan Scoot, 1980: 139. Penggambaran angan-angan tersebut menimbulkan suasana khusus,
27 membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran serta menarik pembaca. Ada
hubungan yang erat antara diksi, pencitraan kata, dan kata-kata konkret.
3. Stilistika