Pemakaian Kalimat Inversi Aspek Sintaksis

96 bahwa. Penggunaan kalimat majemuk dengan penanda bahwa diketahu terdapat 64 data. Masing-masing data yang menggunakan penanda bahwa dimaksudkan untuk memperjelas tuturan dan memberikan pengertian kepada pembaca agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca. Ini menjadi ciri khas Andrea Hirata sebagai gaya kepenulisannya.

2.3. Pemakaian Kalimat Inversi

Selanjutnya dalam deskripsi cerita juga ditemukan pola kalimat inversi. Inversi adalah perubahan urutan bagian-bagian kalimat. Penggunaan pola tersebut dalam deskripsi cerita dilakukan secara spontan sehingga tidak mempengaruhi makna yang ingin disampaikan. Perhatikan data berikut. 102 Duduk di pojok sana adalah Taprani. LP: 74 102.a Taprani duduk di pojok sana. Pada data 102 terdapat perubahan urutan bagian-bagian kalimat. Posisi Subjek yang biasanya terletak di awal kalimat menjadi di akhir kalimat. Pola kalimat pada data 102 duduk sebagai predikat terletak di awal kalimat, di pojok sana merupakan keterangan tempat dan Taprani menduduki posisi subjek. Susunan yang lazim kalimat 102 menjadi pada data 102.a. Perhatikan data di bawah ini. 103 Memprediksi perilaku hewan yang telah bertahan hidup jutaan tahun adalah tindakan bodoh nan sombong. LP: 90 Data 103 terdapat pola urutan kalimat yang tidak lazim. Predikat terletak di awal kalimat. Memprediksi berfungsi sebagai subjek, perilaku 97 hewan sebagai objek, yang telah bertahan hidup jutaan tahun sebagai keterangan waktu dan adalah tindakan bodoh nan sombong juga sebagai keterangan. Perhatikan data berikut ini. 104 Dituntunnya sepeda itu puluhan kilometer. LP: 94 104.a Sepeda itu dituntun oleh Dia sejauh puluhan kilometer. Pasif 104.b Ia menuntun sepeda itu puluhan kilometer.Aktif Data 104 merupakan kalimat yang pola urutannya terbalik. Predikat terletak di awal kalimat. Dituntunnya dituntun sebagai predikat dan nya sebagai subjek merupakan kalimat pasif yang inversi. Pada data 104 sepeda itu merupakan objek, puluhan kilometer merupakan keterangan. Jika diurutkan polanya maka menjadi data 104.a untuk pola kalimat pasif dan menjadi data 104.b untuk pola kalimat aktif. Penggunaan kalimat inversi pada deskripsi cerita oleh pengarang dimaksudkan untuk mempermudah pemaparan cerita. Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa Andrea Hirata memiliki kekhasan struktur morfosintaksis dalam novelnya. Pencitraan novel Laskar Pelangi pada dasarnya menggunakan untaian bahasa yang cermat, runtut dan indah sesuai dengan keadaan yang diperikan serta banyak aspek morfosintaksis yang mendukung kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut tampak pada pola kontruksi bahasa yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa yaitu afiksasi pada leksikon bahasa Jawa dan reduplikasi dalam bahasa 98 Jawa. Meskipun Andrea Hirata sebagai penulis merupakan orang Belitong asli, namun ia telah mengenyam pendidikan di luar Belitong selama bertahun- tahun sehingga tidak heran bila ia menguasai banyak leksikon bahasa Jawa. Ia kolaborasikan pemakaian leksikon bahasa Jawa dalam deskripsi ceritanya sehingga demikian memikat dan dapat mencerminkan nuansa kejawaan.

C. Pemakaian Gaya Bahasa Figuratif Khususnya Idiom, Arti Kiasan, Konotasi,