27 membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran serta menarik pembaca. Ada
hubungan yang erat antara diksi, pencitraan kata, dan kata-kata konkret.
3. Stilistika
3.1. Pengertian Stilistika
Style dapat diartikan sebagai cara khas yang dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri atau gaya pribadi.
Pengertian style sangat luas, bisa meliputi style sekelompok pengarang, style suatu bangsa, style perseorangan, dapat juga merupakan style pada periode
tertentu atau gaya penulisan tertentu Soediro Satoto, 1995: 36. Stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan
saja, tetapi juga studi gaya dalam bahasa pada umumnya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan paling
kompleks. Slametmuljana dalam Rachmad Djoko Pradopo, 1993: 2
mengemukakan bahwa stilistika itu pengetahuan tentang kata berjiwa. Kata berjiwa itu adalah kata yang dipergunakan dalam cipta sastra yang mengandung
perasaan pengarangnya. Stilistika berguna untuk membeberkan kesan pemakaian susun kata dalam kalimat yang menyebabkan gaya kalimat, di
samping ketepatan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam ciptaan sastra.
Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Stilistika merupakan sebuah proses dalam menganalisis
karya sastra dengan melihat bagaimana unsur-unsur bahasa sebagai medium
28 karya sastra digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan
sasstrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya. Oleh sebab itu, semua proses yang berhubungan dengan analisis bahasa karya sastra
dimaksudkan untuk mengungkapkan aspek kebahasaan dalam karya tersebut, seperti diksi, penggunaan bahasa kias, bahasa piguratif, struktur kalimat,
bentuk-bentuk wacana, dan sarana retorika lainnya.
3.2. Stilistika sebagai Ilmu
Stilistika dapat juga dimasukkan sebagai bidang linguistik terapan. Secara pengertian luas, stilistika adalah cara untuk mengungkapkan teori dan
metodologi penganalisisan formal sebuah teks sastra. Stilistika ini juga dapat disebut sebagai tempat pertemuan antara makroanalisis bahasa dan
makroanalisis sastra. Soediro Satoto,1995: 36.
Turner dalam Rahmad Djoko Pradopo, 1993: 2 mengemukakan bahwa
stilistika adalah bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan bahasa. Stilistika berarti studi gaya, yang menyarankan bentuk
suatu ilmu pengetahuan atau paling sedikit berupa studi yang metodis. Umar Yunus 1989: xvii mengemukakan bahwa hakikat stilistika itu pemakaian atau
penggunaan bahasa dalam karya sastra, tetapi kesadaran tentangnya muncul dalam linguistik.
Stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang menghubungkan antara bentuk linguistik dengan fungsi sastra, seperti yang dikemukakan oleh Geoffrey
Leech dan Michael H. Short 1981: 4 bahwa, “Stylistics,...the study of relation
29 between linguistics form and literary function”. Stilistika mengkaji wacana
sastra dari orientasi linguistik dan merupakan pertalian antara linguistik pada satu pihak dan kritik sastra di pihak lain. Secara morfologis, dapat dikatakan
bahwa komponen style berhubungan dengan kritik sastra sedangkan komponen istics berhubungan dengan linguistik Widdowson, 1979: 3. Kridalaksana
1983: 15 mengemukakan bahwa stilistika adalah 1 ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara
linguistik dan kesusastraan; 2 penerangan linguistik pada penelitian gaya bahasa.
Selanjutnya, linguistik memiliki keabsahan akademis untuk ikut mengkaji penggunaan bahasa suatu karya sastra dalam rangka ikut memberi
sumbangan bagi kritik sastra, karena karya sastra dipandang sebagai wacana sastra dengan memanfaaatkan potensi-potensi yang ada pada bahasa untuk
keperluan pengungkapan sastra. Dengan demikian telaah linguistik pada sebuah karya sastra akan memberi bantuan terhadap studi susastra. Edi Subroro, dkk
1997: 24 menyatakan bahwa analisis stilistika dengan telaah linguistik tidak berpretensi atau berkeinginan untuk menggantikan fungsi dan tugas kritik sastra,
akan tetapi boleh dikatakan hanya sekadar pioner pembuka jalan bagi kegiatan kritik sastra yang lebih efektif. Menelaah suatu karya sastra tidak mungkin
hanya mengandalkan studi atau kajian linguistik saja, namun demikian telaah linguistik telah dapat memberi sumbangan yang cukup berharga dalam
mengungkapkan aspek-aspek kebahasaan dalam karya sastra.
30 Suatu bukti nyata bahwa telaah linguistik dapat diterapkan untuk
mengkaji suatu karya sastra adalah penelitian yang pernah dilakukan Edi Subroto, dkk 1997 dengan judul Telaah Linguistik Atas Novel Tirai Menurun
karya N.H.Dini. Penelitian tersebut diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta sekarang Pusat Bahasa. Penelitian tersebut
telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan studi stilistika di Indonesia. Penelitian tersebut dianggap berhasil antara lain 1 penelitian ini
mampu mendudukkan stilistika sebagai linguistik terapan applied linguistic untuk menganalisis karya sastra Indonesia. Hal ini karena banyak orang yang
menganggap bahwa stilistika bukan bagian dari linguistik tetapi lebih condong ke bidang sastra, 2 memberikan contoh model telaah linguistik terapan terhadap
karya sastra, dan 3 memberikan wujud model analisis pemakaian bahasa dalam karya sastra. Penelitian ini menunjukkan bahwa linguistik memiliki keabsahan
akademis untuk ikut mengkaji pemakaian bahasa dalam karya sastra dan dalam rangka ikut memberi sumbangan bagi kritik sastra.
Panuti Sudjiman 1993: 7 mengungkapkan bahwa medium yang digunakan oleh pengarang dalam karya sastra adalah bahasa, maka pengamatan
bahasa ini pasti akan mengungkapkan hal-hal yang membantu kita menafsirkan makna suatu karya sastra atau bagian-bagiannya. Kajian ini disebut kajian
stilistika. Selain membantu seseorang untuk menafsirkan makna suatu karya sastra, kajian ini juga membantu bagaimana pengarang memanfaatkan potensi
bahasa untuk mencapai efek-efek tertentu dalam pengungkapannya.
31 Selanjutnya menurut Edi Subroto, dkk 1997: 26 pemilihan
penggunaan bahasa dalam karya sastra dilakukan dengan penuh kesadaran, dengan demikian dalam karya sastra yang bersangkutan ditemukan atau terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari kaedah kebahasaan yang berlaku secara umum, sehingga hal yang demikian ini tentu sangat disadari oleh para
pengarang. Lebih lanjut Edi Subroto menyatakan bahwa untuk memahami ihwal pemakaian bahasa dalam wacana sastra perlu pula di pahami ihwal variasi
bahasa berdasarkan faktor fungsi pemakaian bahasa dan situasinya. Oleh karena itu, sampai pada batas-batas tertentu pengkajian bahasa di dalam karya sastra ini
perlu memanfaatkan teori-teori yang dikembangkan di dalam sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan wujud pemakaian bahasa yang ditentukan
oleh beberapa variabel, di antaranya faktor sosial penutur yang terlibat seperti kelas sosial penutur dan lawan tutur, umur, jenis kelamin, pendidikan, akrab
atau belum akrab; faktor situasi yang berkaitan dengan tingkat keresmian
bahasa, dan faktor situasional yang meliputi, hadirnya pihak lain dalam pembicaraan yang terjadi, pokok pembicaraan, konteks pembicaraan, saluran
tutur, dan tempat terjadinya pembicaraan. Pengkajian terhadap karya sastra misalnya novel, faktor-faktor sosial
dan situasional itu berpengaruh terhadap pemilihan bentuk tutur yang melibatkan para tokoh yang berinteraksi. Oleh karena itu, hadirnya teori
sosiolinguistik diperlukan untuk mengkaji keunikan pemakaian bahasa dalam karya sastra tersebut Edi Subroto, dkk., 1997: 12.
32
3.3. Bidang Kajian Stilistika