68
2. Pemilihan dan Pemakaian Leksikon Bahasa Jawa
Pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa dalam deskripsi cerita ditampilkan secara spontan oleh penulis. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor
sosial budaya penulis yang telah mengenyam kehidupan diluar Belitong. Sehingga dalam mendeskripsikan cerita terkadang ia menggunakan leksikon
bahasa Jawa di dalam kalimat bahasa Indonesia. Perhatikan data berikut. 9
Seluruh bangunan sekolah sudah doyong seolah akan roboh. LP: 1
10 Bukan perkara gampang bagi keluarga kami. LP: 3
11 Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat. LP: 5
Penggunaan kata bahasa Jawa pada data-data di atas, digunakan secara spontan oleh pengarang dalam mendeskripsikan cerita. Pada data 9-11 kata
doyong, gampang, dan melarat merupakan kata asli bahasa Jawa, namun di dalam penggunaannya masuk ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini berarti ada suatu
interferensi bahasa Indonesia dari bahasa Jawa. Kata doyong dalam bahasa Indonesianya miring, gampang dalam bahasa Indonesianya mudah, dan melarat
dalam bahasa Indonesianya miskin. Pemakaian leksikon bahasa Jawa juga dapat dilihat pada data-data berikut ini.
12 Mereka yang pertama menjelaskan secara gamblang. LP: 32
13 Jika ada yang lancang masuk maka koboi-koboi tengik itu
akan menyergap. LP: 42
14 Mereka disokong oleh negara. LP: 61
15 Kepiawaianya mulai kondang. LP: 124
69 16
Berani memberi komentar seenak udelnya. LP: 189 17
Diameternya kecil, dasarnya tak kelihatan saking dalamnya, seolah tersambung ke dunia lain. LP: 193
Pada data 12-18 kata gamblang, lancang, tengik, disokong, kondang, udelnya, saking, merupakan kata asli bahasa Jawa namun di dalam
penggunaannya masuk ke dalam bahasa Indonesia berarti ada suatu interferensi bahasa Indonesia dari bahasa Jawa. Kata gamblang dalam bahasa Indonesianya
jelas, lancang dalam bahasa Indonesianya berani, tengik dalam bahasa Indonesianya sesuatu yang tidak sedap dipakai sebagai julukan yang kasar ,
disokong dalam bahasa Indonesia dibantu, kondang dalam bahasa Indoneisa terkenal, udelnya dalam bahasa Indonesia berarti pusarnya, namun dalam konteks
kalimat pada data 16 merupakan sebuah kata yang memiliki arti kiasan yang berarti seenaknya sendiri. Selanjutnya kata saking dalam bahasa Indonesianya
terlalu. Jika kata bahasa Jawa tersebut diganti ke dalam bahasa Indonesia
tentunya pelukisan cerita akan terasa hampar. Pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa tersebut mencerminkan suasana akrab, dan penggambaran situasi
menjadi lebih jelas. Perhatikan data-data berikut yang juga menggunakan kata bahasa Jawa dalam kalimat.
18 Rupanya si kuku-kuku cantik sembrono sehingga ia
menjatuhkan kotak kapur. LP: 208
19 Aku tak mau mengganggu saat-saat gombalnya itu. LP: 208
70 Pada data 18-19 di atas terdapat kata bahasa Jawa sembrono,dan
gombalnya yang penggunaannya masuk ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Kata sembrono pada data 18 yang dalam bahasa Indonesianya berarti ceroboh
digunakan mendeskripsikan perbuatan yang dilakukan oleh si kuku-kuku cantik. Sedangkan pada data 19 kata gombalnya merupakan kata bahasa Jawa yang arti
lugasnya pakaian, tetapi dalam konteks kalimat pada data 19 merupakan sebuah arti kiasan yang berarti membual. Penggunaan leksikon bahasa Jawa dalam
kalimat bahasa Indonesia juga terdapat pada data-data berikut. 20
Batinku nelangsa berdarah-darah. LP: 305 21
Mahar memang sudah edan. LP: 308 22
Jika kurang ajar dengan beliau orang bisa kualat. LP: 313 23
Tindak-tanduknya demikian disamarkan. LP:386 Penggunaan kata bahasa Jawa pada data di atas, digunakan secara
spontan oleh pengarang dalam mendeskripsikan cerita. Pada data 20-23 kata nelangsa, edan, kualat, tindak-tanduknya merupakan kata asli bahasa Jawa
namun di dalam penggunaannya masuk ke dalam bahasa Indonesia berarti ada suatu interferensi bahasa Indonesia dari bahasa Jawa. Kata nelangsa dalam bahasa
Indonesianya tersiksa, kata edan dalam bahasa Indonesianya gila, kualat dalam bahasa Indonesianya sengsara hidupnya, sembrono dalam bahasa Indonesianya
ceroboh, tindak-tanduknya dalam bahasa Indonesia berarti perbuatannya. Pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa pada data-data di atas
jika diganti dengan leksikon bahasa Indonesia, maka deskripsi cerita menjadi
71 biasa dan tidak memiliki daya pikat bagi pembaca. Andrea Hirata adalah orang
Belitong asli, tetapi dalam deskripsi ceritanya ia juga menggunakan bahasa Jawa. Hal itu dikarenakan luasnya wawasan dan pengetahuan penulis tentang bahasa.
Selian itu Andrea Hirata juga telah mengenyam pendidikan di luar Belitong selama bertahun-tahun. Komunikasi yang ia jalin dengan berbagai orang dari
daerah Jawa membuat ia mengerti bahasa Jawa, dan ia terapkan dalam deskripsi cerita. Kepandaian Andrea Hirata menempatkan leksikon bahasa Jawa dalam
deskripsi cerita membuat pelukisan tokoh maupun cerita menjadi lebih indah dan memiliki makna yang lebih berbobot.
3. Pemilihan dan Pemakaian Leksikon Ilmu Pengetahuan