Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan

100

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari indikator-indikator yang digunakan. Dari hasil temuan peneliti di lapangan, maka peneliti akan menyajikan analisis data yang sudah terkumpul. Penelitian memerlukan analisis adalah untuk mengatur, mengurutkan dan mengelompokkan data-data atau informasi yang telah didapatkan selama penelitian di lapangan sehingga diperoleh temuan, baik temuan formal maupun temuan substansif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Sehingga nantinya akan menghasilkan kesimpulan tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan.

4.1. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan kebijakan yang memiliki pola top downer karena pada hakekatnya Peraturan Daerah ini merupakan Kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik dan partisipasi yang ada berbentuk mobilisasi. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan ini dapat dilihat dari model implementasi Van Meter Dan Van Horn, yang dilihat melalui variabel-variabel di bawah ini : Universitas Sumatera Utara 101

4.1.1 Standar Dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan merupakan sesuatu yang harus diterapkan dalam setiap proses implementasi sebuah kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Standar dan sasaran kebijakan tersebut juga harus dipahami dengan baik oleh para pelaksana kebijakan implementors, sebab kejelasan standar dan sasaran kebijakan publik dapat pula memberikan kejelasan bagi agen pelaksana dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Untuk itu, perlu pemahaman yang baik tentang maksud umum atas ukuran dan tujuan kebijakan oleh para implementor kebijakan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang menimbulkan kegagalan. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kejelasan standar dan sasaran dari Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan sama dengan Peraturan Daerah lainnya yang berkenaan dengan Pajak Daerah. Dalam hal ini tujuan serta sasaran Pajak Daerah tersebut sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dinyatakan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pembangunan Kota dan meningkatkan kemandirian daerah. Dengan demikian, Pajak Parkir, sebagai salah satu bagian dari Pajak Daerah, juga memiliki tujuan dan sasaran membiayai pemerintahan daerah yang dalam hal ini adalah pemerintahan Kota Medan, dengan memenuhi Pendapatan Asli Daerahnya. Oleh karena itu, Peraturan Daerah Universitas Sumatera Utara 102 Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir ini juga bertujuan untuk memenuhi Anggaran Daerah melalui pemungutan pajak parkir di Kota Medan. Dalam hal ini, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mewujudkan sasaran tersebut dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Medan melalui peningkatan target penerimaan pajak parkir. Dinas Pendapatan Kota Medan berupaya meningkatkan pendaftaran oleh para pihak penyelenggara parkir, yang nantinya akan mempengaruhi tingkat pemasukan pajak parkir dengan sanksi tidak memberi izin mendirikan usaha melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT jika tidak mendaftar. Hal ini menyababkan wajib pajak sebagai pemilik usaha harus mendaftar terlebih dahulu jika ingin membuka usaha. Namun, dikarenakan sistem perhitungan pajak yang self assessment, kesadaran wajib pajak untuk membayar pajaknya, sangatlah mempengaruhi terjadinya peningkatan penerimaan pajak parkir ini. Pada target dan realisasi penerimaan pajak parkir dari tahun 2008 sampai 2014, target penerimaan pajak parkir selalu ditingkatkan di tiap tahunnya, namun pada realisasinya mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa, target atau sasaran dari kebijakan pajak parkir tersebut belum dapat diwujudkan, sebab tidak terjadi peningkatan penerimaan pajak parkir ditiap tahunnya dan masih banyak wajib pajak yang melakukan penunggakan pembayaran pajak parkir. Selain Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, informan juga menambahkan bahwa ada Peraturan Walikota Nomor 57 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Universitas Sumatera Utara 103 Pajak Parkir. Melalui Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tersebut, Dispenda yang dalam hal ini bagian Penagihan dan Perhitungan memiliki kejelasan dalam melaksanakan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tersebut.

4.1.2 Sumber Daya

Disamping standar dan sasaran implementasi peraturan daerah, yang perlu mendapat perhatian dalam proses implementasi adalah masalah sumber daya. Karena sumber daya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Tak terkecuali dengan dana yang dibutuhkan, peralatan yang akan digunakan selama proses implemetasi hingga sumber daya manusia yang tergolong mampu dan cakap dalam melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya. Ketersediaan sumber daya manusia dalam pengimplementasian Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir di Kota Medan merupakan hal yang sangat penting. Meskipun demikian perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia pegawai tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi suatu kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain kurangnya pegawai juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Melalui hasil wawancara, Kepala Pengembangan yang membawahi Bidang Penagihan, menyatakan bahwa jumlah pegawai yang mengurusi pajak Universitas Sumatera Utara 104 parkir sudah cukup memadai. Jika dilihat dari segi kualitas, juga sudah cukup memdai, sebab tidak terlihat kesulitan dalam menjalankan kebijakan tersebut. Namun, Dispenda masih berupaya meningkatkan kemampuan pegawai dengan melakukan pelatihan pemeriksaan pajak yang dipandu oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP, dan saat ini sedang mengajukan permohonan ke DPRD untuk melakukan pelatihan ke Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengimplementasian kebijakan pajak parkir ini, Bidang Penagihan tidak mengalami kesulitan baik dari segi jumlah maupun kualitas. Sama halnya dengan sumber daya manusianya, sumber daya non manusianya yaitu berupa sarana dan prasarananya juga sudah cukup memadai, terlihat dari fasilitas komputer yang sudah merata, kendaraan juga tersedia untuk melakukan penagihan tunggakan, pemeriksaan dan aktifitas lainnya yang membutuhkan perjalanan ke lapangan langsung. Hanya saja, sistem pajak parkir saat ini di Kota Medan masih manual, untuk itulah Dispenda mengajukan izin pelatihan ke Surabaya, untuk studi banding tentang sistemnya yang sudah online. Dan untuk sumber dana sendiri sudah jelas, sebab berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Dalam menjalankan Perda Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 ini, informan dari Dinas Pendapatan Daerah Dispenda Kota Medan menyatakan telah memiliki sumber daya yang cukup dan tepat. Menurut informan, jumlah pegawai sudah memadai dan cukup untuk menjalankan Perda ini, serta pegawai yang ditempatkan pada Bagian Penagihan sudah sesuai dengan keahlian dan pendidikannya. Selain itu, untuk meningkatkan kinerja dan pengetahuan pegawai, Universitas Sumatera Utara 105 Dispenda melaksanakan pelatihan pemeriksaan pajak yang dipandu oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP. Dari segi fasilitas, yaitu sarana dan prasana dalam menjalankan Perda ini, menurut informan juga sudah memadai sebab tidak menyulitkan para pegawai dalam pemungutan pajak parkir atau kegiatan lainnya, seperti salah satunya adalah kendaraan yang digunakan untuk melakukan penagihan tunggakan, pemerikasaan dan aktifitas lain ke lapangan. Selain itu, disediakan juga Tim Pemeriksaan dan Tunggakan serta Tim Terpadu untuk melakukan pemeriksaan langsung. Dan untuk sumber dana pelaksanaan Perda Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 ini, diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD, seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota N0. 57 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir.

4.1.3 Komunikasi

Van Meter dan Van Horn mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada setiap implementor dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Para implementor kebijakan harus memperoleh informasi melalui pengkomunikasian secara konsisten dan seragam. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman bagi para implementor tentang tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebelum sebuah kebijakan diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga mereka bekerja dengan memiliki Universitas Sumatera Utara 106 wewenang masing-masing. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh serta koordinasi yang telah dilakukan apakah koordinasi horizontal, vertikal. Melalui wawancara, penulis mendapati bahwa komunikasi dan koordinasi internal yang terjalin di Dinas Pendapatan Daerah Medan khususnya pada Bagian Penagihan sudah berjalan baik. Hal ini terlihat dari adanya pembagian tugas yaitu pembagian Tim yang jelas, seperti Tim Verifikasi dan Tim Tunggakan, sehingga setiap pegawai tentunya sudah mengetahui arah komunikasi dan koordinasi yang seharusnya untuk melaksanakan tugas dalam hal menjalankan Perda tersebut. Selanjutnya, untuk komunikasi pihak Dispenda, yang dalam hal ini Bagian Penagihan, dengan pihak eksternal atau instansi terkait lainnya berjalan seperti standar dan prosedur yang berlaku. Misalnya saja dengan pihak penyelenggara parkir, komunikasi terjadi ketika sosialisasi tentang Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 ini dengan memberikan pengarahan tentang perhitungan pajak parkir, memberikan majalah atau cendramata untuk kegiatan sosialisasinya. Bentuk lain komunikasi dengan pihak penyelenggara parkir atau wajib pajak adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan perhitungan pajak parkir oleh Tim yang tersedia. Hal ini dikarenakan perhitungan pajak parkir menggunakan sistem self assessment, yaitu wajib pajak sendirilah yang menghitung dan melaporkan pajaknya, untuk itu dilakukan pemeriksaan untuk melihat kesuaian perhitungan yang dilakukan wajib pajak dengan yang sebenarnya. Jika ditemukan ketidaksesuaian maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administratif. Adapun proses pemerikasaan itu adalah proses pemeriksaan yang terdiri dari Pemeriksaan Perhitungan Pajak untuk menyesuaikan perhitungan pajak wajib pajak dengan Universitas Sumatera Utara 107 kenyataannya, dan Pengawasan Menghitung Potensi yaitu potensi pajak parkir dilihat dari jenis usaha yang dilakukan oleh pihak penyelenggara parkir. Kemudian Tim yang tersedia adalah seperti Tim Verfikasi yang kadang kala melakukan kerjasama dengan BPKP, dan Tim Tunggakan Pajak Daerah yang diturunkan sekali dalam satu tahun. Salah satu komunikasi yang baik antara pelaksana dengan pihak yang terkait dengan pelaksanaan Perda ini adalah dengan sosialisasi yang baik pula mengenai Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 ini. Hal ini bertujuan agar pihak yang terkait, yaitu pihak penyelenggara jasa parkir mengetahui dan memahami peraturan tersebut, sehingga dapat dilaksanakan dilapangan sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam hal ini, Dinas Pendapatan Kota Medan juga melakukan sosialisasi tersebut dengan mengikutsertakan para penyelenggara parkir dalam rapat yang dilaksanakan pada Maret 2013 lalu di Sun Plaza, serta juga turut memberikan pengarahan tentang prosedur pemabayaran pajak parkir.

4.1.4 Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik Agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi proses perumusan suatu kebijakan. Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa selain kejelasan standar dan tujuan kebijakan, kesiapan sumber daya dan komunikasi yang baik antara para agen pelaksana kebijakan, karakteristik agen pelaksana juga menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan karakteristik yang baik dari Universitas Sumatera Utara 108 para agen pelaksana kebijakan tersebut. Karakteristik tersebut mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan SOP Standard Operating Procedures. Struktur organisasi Bidang Penagihan tidak dijelaskan secara rinci ketika wawancara berlangsung dengan Kepala Seksi Bidang Penagihan dan Perhitungan, sementara pembagian tugas dan wewenang, informan menyatakan bahwa sudah ditetapkan dalam Peraturan Walikota Nomor 57 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir. Selanjutnya, nilai-nilai yang diterapkan oleh pelaksana adalah dengan selalu mengikuti peraturan, pembagian tugas serta prosedur yang ada, tidak ada nilai-nilai khusus dalam melaksanakan tugas. Proses pelaksanaan pemungutan pajak sendiri tidak mengalami gangguan dari pihak internal, sebab Bidang Penagihan hanya menerima dari wajib pajak langsung untuk pembayaran pajak, hanya saja wajib pajak yang sering tidak taat dalam membayar pajak.

4.1.5 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi perumusan kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung perumusan kebijakan. Sama halnya dengan keberhasilan atau kegagalan implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir di Medan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 109 Melalui wawancara, peneliti mendapati bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat kota Medan cukup mempengaruhi proses implementasi kebijakan ini. Hal ini dikarena Kota Medan yang memiliki pusat-pusat perbelanjaan dan perhotelan sebagai tujuan pemberhentian masyarakat, sehingga masyarakat yang memiliki kendaraan akan menggunakan jasa parkir yang tersedia dan aktifitas parkir pun terjadi. Kondisi tersebut mempengaruhi jumlah pajak parkir yang akan disetor oleh penyelenggara parkir ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Selain itu, para penyelenggara parkir sebagai wajib pajak juga memiliki pengaruh pada implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 ini, yaitu kondisi usaha yang dijalankan oleh pihak penyelenggara parkir tersebut yang akan banyak mempengaruhi jumlah pajak parkir itu sendiri, sebab besarnya keuntungan wajib pajak dalam usahanya dapat mempengaruhi jumlah pajak parkir yang disetor. Hal ini selaras dengan penyataan informan, yang menyatakan bahwa salah satu restoran yang bangkrut dan tidak mampu membayarkan pajak parkirnya, yaitu Restoran Papa Ron’s yang mengalami kerugian hingga bangkrut. Keadaan perekonomian wajib pajak seperti ini tentu mempengaruhi penerimaan pajak parkir dan pencapaian sasaran atau target kebijakan pajak parkir. Kesadaran dan kemauan wajib pajak membayar pajak juga merupakan kondisi yang penting dalam melaksanakan Perda tersebut. Namun, berdasarkan wawancara, peneliti mendapati bahwa banyaknya wajib pajak yang tidak lagi menggunakan ketentuan tarif parkir yang berlaku dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011. Wajib pajak menentukan tarif parkir di lapangan dengan ketentuan mereka sendiri. Hal ini disebabkan banyaknya penolakan wajib pajak terhadap tarif parkir yang ditetapkan dalam Perda tersebut, yang dirasakan oleh Universitas Sumatera Utara 110 penyelenggara parkir terlalu kecil dan memberatkan wajib pajak untuk melakukan penyetoran. Penolakan tersebut ditanggapi oleh Dispenda dengan mengajukan peninjauan kembali terhadap tarif parkir kepada DPRD Kota Medan, agar ditingkatkan dan disesuaikan dengan yang sudah dijalankan di lapangan oleh penyelenggara parkir.

4.1.6 Disposisi Implementor

Disposisi merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan. Kecenderungan yang dimaksud disini adalah watak dan karakteristik implementor seperti kejujuran, keikhlasan, komitmen, tanggung jawab, netral atau tidak pilih kasih dan demokratis. Selain itu disposisi implementor juga meliputi pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap kebijakan yang mereka jalankan. Kecenderungan-kecenderungan implementor bisa menjadi penghambat, tetapi apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka ia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Kecakapan Dinas Pendapatan Daerah Dispenda ini saja tidak mencukupi, diperlukan kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan Peraturan Daerah tersebut. Respon dari para agen pelaksana terhadap Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Parkir cenderung positif dan menerima diterapkannya Perda tersebut, dengan alasan guna meningkatkan penerimaan pajak parkir. Sebagai pelaksana Perda ini, Bidang Penagihan sebagai pelaksana sudah memahami isi dari kebijakan tersebut. Hal ini diakui oleh Kepala Bidang Penagihan, dengan menjelaskan bahwa isi dari kebijakan pajak parkir tersebut Universitas Sumatera Utara 111 sudah tertuang dalam tugas yang diberikan terhadap bagiannya masing-masing, serta penjelasan tentang pajak parkir, wajib pajakpihak ketigapenyelenggara parkir, subjek pajak parkir, tarif parkir, tata cara pemungutan dan lainnya yang terkait dengan proses pembayaran pajak yang dijelaskan didalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tersebut sudah merupakan tugas sehari-hari yang dijalankan oleh pegawai di Bidang Penagihan, sehingga setiap pegawai sebagai pelaksana Perda sudah tentu memahami Perda tersebut, dan lebih lengkapnya lagi ditulisakan dalam Perwal Nomor 57 Tahun 2011 sebagai petunjuk teknisnya. Kemauan menjalankan kebijakan ini juga ditunjukkan pelaksana dengan upaya mencapai target penerimaan pajak parkir tiap tahunnya dengan meningkatkan pendaftaran wajib pajak. Hanya saja, dengan menilhat respon wajib pajak terhadap Peraturan Daerah ini terutama dari tarif parkirnya, Perda ini perlu ditinjau kembali oleh DPRD agar sesuai dengan tarif yang berlaku di lapangan. Sehingga sasaran atau tujuan dari pajak parkir ini sendiri dapat tercapai.

4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011