Lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang
relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia
dengan seseorang dan antara manusia dengan lingkungan, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
31
Dengan berpedoman beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis taklim adalah sebuah lembaga yang dijadikan sebagai wadah pendidikan
Islam non formal yang dapt berdiri sendiri dan memiliki tujuan untuk merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial masyarakat dan mempunyai
program pengajaran tersendiri, dalam rangka membina dan mengembangkan kualitas kehidupan seorang muslim dengan berpedoman pada ajaran Islam demi
terciptanya kehidupan yang baik terarah dan bahagia dunia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya.
2. Fungsi Majelis Taklim
Karakteristik dari majelis taklim: a.
Badan yang mengurusi kegiatan pendidikan secara berkesinambungan. b.
Seorang atau lebih guruustadz kiyai yang memberikan pelajaran secara rutin dan berkesinambungan
c. Peserta atau jamaah dalam relatif banyak yang secara terus menerus
mengikuti pelajaran.
31
Nurul Huda, Pedoman Majlis Taklim, Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990, Cet. Ke-2, h. 5
d. Kurikulum baik dalam bentuk buku atau kitab, pedoman atau rencana
pelajaran yang terarah. e.
Kegiatan pendidikan secara teratur dan berkala. f. Tempat tertentu yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan: baik secara
tradisional atau sederhana maupun secara modern, maka lembaga tersebut dapat disebut majelis taklim.
32
3. Karakteristik Majelis Taklim
Adapun fungsi majelis taklim itu sendiri sebagai lembaga pendidikan non formal adalah :
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. b.
Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya yang santai. c.
Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi massal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah.
d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan ummat.
e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat dan bangsa pada umumnya.
33
32
Ismet Firdaus, Lisma Dyawati Fuaida, Nurkhayati, Ahmad Zaky, Pengalaman Al- Qur’an
Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, Jakarta: Dakwah Press: Universitas Syarif Hidayatullah, h. 83-84
33
Koordinasi Dakwah Islam KODI, Pedoman Majlis Taklim Jakarta, DKI: 1981, H. 8