Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Herbert Spencer yang dikutip oleh Dloyana bahwa musik siap melayani, terutama kebutuhan yang sifatnya non fisik. 3 Berangkat dari kebutuhan-kebutuhan itu, musik diberi makna yang beragam sesuai dengan konteksnya. Konteks disini maksudnya adalah musik dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang melihat atau menikmatinya, bilamana, dan dimana. Antara lain musik dibutuhkan manusia sebagai alat untuk mengekspresikan diri, peragaan, seperti yang diungkapkan oleh Stravinsky yang dikutip oleh Dloyana yaitu bahwa musik merupakan suatu bahasa atau alat komunikasi dari perasaan-perasaan. 4 Kita telah mengetahui bagaimana hebatnya perkembangan kebudayaan saat ini, terlebih dalam bidang musik. Masyarakat telah menganggap musik sebagai sebuah sarana yang dapat menyampaikan pesan secara universal. Setiap orang bebas mengkreasikan tiap idenya lewat musik. Dan dalam praktek kehidupan sehari-hari, musik telah menjadi bagian integral yang terus berkembang di tengah masyarakat serta memiliki peran serta dalam aktivitas masyarakat, seperti dalam bidang pekerjaan, pelatihan, perfilman, kesehatan bahkan digunakan dalam bidang syiar agama. 5 3 Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota Jakarta: CV. Eka Putra, 1995, h. 2. 4 Amir Pasaribu, Riwayat Musik dan Musisi Jakarta: PT. Gunung, 1986, h. 11. 5 Amirullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya Yogyakarta: PLP2M, t. Th, h. 12. Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan iring- iringan rebana alat perkusi sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, terkadang disertai pula dengan gerak tari. Pemain musik Hadrah berupa sebuah tim yang terdiri atas 2 kelompok. Kelompok penabuh Hadrah dan kelompok yang melantunkan syair barjanji. Pada umumnya, Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang berangkat haji, hari-hari besar Islam dan lain sebagainya. 6 Hadrah masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga di Jawa. Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar dalam acara-acara seperti M aulid Nabi, Isra’ Mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan. Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan musik- musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik yang dimainkan. Demikian pula musik Gambus, Qasidah dan Hadrah adalah termasuk jenis kesenian Islam yang sering menggunakan rebana. 6 Abdul Halim, Nahdatul Ulama “Festival Hadrah Al Banjari,” artikel diakses pada Jumat, 22 Oktober 2010 14:39 Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama yang diberikan para Ulama dan Habaib, Al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang dibawakan oleh tim Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam. Kita telah mengetahui bahwa terkadang masyarakat segan menghadiri majelis taklim karena telah mengklaim bahwa kegiatan yang ada di dalamnya cenderung membosankan. Bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat saat ini bahwa sebagian besar mereka lebih memilih menghadiri acara hiburan yang di sertai musik yang dianggap lebih menarik daripada menghadiri majelis taklim. Namun kehadiran majelis taklim Nurul Musthofa dengan memasukkan Hadrah Segaf didalamnya seperti telah menolak klaim masyarakat terhadap kegiatan majelis taklim yang membosankan. Di dalam majelis taklim Nurul Mustofa, Hadrah bisa menjadi terapi musik yang memberi rileksasi dan ketenangan jiwa bagi pendengarnya sehingga secara cepat dan tepat metode ini ternyata mampu menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul Musthofa. Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti karena, musik adalah bahasa universal. Lewat musik, siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan. Kelenturan bahasa dari musik itulah yang diaktualisasikan oleh tim Hadrah Segaf sebagai metode dalam menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul Musthofa.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa. Dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada setiap hari minggu pertama dan minggu ketiga pengajian. Secara menyeluruh peneliti akan berusaha menjawab dari rumusan masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab adalah : a. Bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Manfaat Penelitian : a. Secara akademis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengetahuan ilmiah dalam bidang ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti, praktisi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya agar lebih kreatif dan inovatif lagi mengembangkan bidang keilmuan mengenai kesenian Islam di Indonesia.

D. Metodologi Penelitian

1 Pendekatan dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur angket yang disusun berdasarkan pengukuran tiap variabel yang diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif. 7 Sedangkan desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistis, menurut Suharsimi Arikunto metode ini adalah : “Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak 7 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahuljannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, h. 184.