Fungsi Prosedur Diagnostik Perawatan

2.3 Gigi Tiruan Penuh

Gigi tiruan penuh GTP merupakan gigi tiruan yang menggantikan kehilangan gigi pada rahang atas maupun bawah dan berfungsi untuk memperbaiki fungsi pengucapan, pengunyahan, estetis, dan menjaga kesehatan jaringan rongga mulut. 8 Pada keadaan lansia yang edentulus, GTP menjadi suatu kebutuhan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan fungsi mastikasi, estetik, sosial dan psikologis. 6,7,33 Selain itu, GTP didefinisikan sebagai pengganti gigi asli dalam lengkungan dan bagian yang terkait dengan substitusi buatan. GTP merupakan seni dan ilmu dalam merestorasi edentulus. Dengan kata lain, GTP adalah sebuah gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi dan struktur yang terkait pada rahang atas maupun rahang bawah. 26

2.3.1 Fungsi

Fungsi GTP adalah mengembalikan fungsi estetik, mastikasi dan fonetik. 25,40,41 a. Estetik GTP harus dapat mengembalikan kontur wajah yang hilang, memperbaiki dimensi vertikal, serta memberi dukungan pada pipi dan wajah. b. Mastikasi Gigi tiruan penuh harus memiliki oklusi yang seimbang untuk meningkatkan stabilitas gigi tiruan dan memperoleh stabilitas yang optimal pada saat menerima beban pengunyahan. c. Fonetik Gigi tiruan penuh dapat mengembalikan pengucapan huruf-huruf yang dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir, lidah seperti bilabial b, p, m didukung oleh bibir atas dan bawah, labiodental f, v didukung oleh gigi insisivus atas dan bibir bawah, linguopalatal d, j, l, n, s, t, z didukung oleh lidah dan bagian anterior palatum dan linguodental th, ch, sh didukung oleh lidah diantara gigi anterior atas dan bawah. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Prosedur Diagnostik Perawatan

Diagnosis dan perencanaan perawatan merupakan parameter yang paling penting dalam menentukan keberhasilan perawatan pasien. Diagnosis dan rencana perawatan yang tidak memadai menjadi alasan utama dibalik kegagalan perawatan GTP. Faktor-faktor berikut harus dievaluasi untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang adekuat: 26,43 1. Evaluasi pasien : nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, ras, agama, sikap mental. 2. Riwayat klinis: riwayat dental dan riwayat medis 3. Pemeriksaan klinis pasien a. Pemeriksaan ekstraoral : fasial, otot pada region bibir dan pipi, bibir, STM, evaluasi neuromuskular b. Pemeriksaan intraoral : sisa gigi geligi jika masih ada, mukosa, saliva, linggir alveolar, defek linggir, palatum keras dan lunak, bentuk palatal throat, undercut tulang, torus, perlekatan otot dan frenulum, dan lidah 4. Pemeriksaan radiografi: jenis radiografi yang digunakan adalah radiografi panoramik yang memperlihat imej seluruh rahang atas dan rahang bawah seperti sisa akar, gigi yang tidak erupsi, kista, tumor, gangguan STM dan juga kualitas dan kuantitas tulang rahang resorpsi tulang. 5. Pemeriksaan GTP yang ada: memeriksa GTP yang sedang dipakai pasien untuk dievaluasi penyebab mengapa GTP perlu diganti. Namun, menurut Celebic dkk 2003, pemeriksaan intraoral meliputi mukosa, saliva, linggir alveolar, dan lidah. 9 Untuk melakukan pemeriksaan mukosa dilihat dari segi ketebalan. Pemeriksaan ketebalan mukosa dilakukan dengan cara menekan mukosa diatas linggir alveolar region posterior dengan burnisher lalu diukur ketebalannya Gambar 1. 44 Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Pemeriksaan ketebalan mukosa dengan menggunakan burnisher 44 Dari pemeriksaan saliva pula dilihat kualitas dan kuantitas saliva yaitu kental atau encer dan sedikit atau banyak. Pemeriksaan kualitas saliva dilakukan dengan cara meletakkan kaca mulut pada permukaan saliva yang berkumpul dibawah lidah lalu menarik kaca mulut. Saliva kental bila terdapat garis tipis berserabut pada kaca mulut. Kemudian, kaca mulut diletakkan pada permukaan mukosa untuk melihat kuantitas saliva. Kaca mulut akan lengket ke permukaan mukosa akibat kurangnya lubrikasi dari saliva. 45 Pemeriksaan linggir alveolar dilakukan secara visual dengan melihat bentuk tulang alveolar rahang atas dan rahang bawah pada regio posterior. 44 Pada pemeriksaan ukuran lidah, harus berada dalam posisi istirahat sepenuhnya. Ketinggian normal dorsum lidah harus sama dengan bidang oklusal gigi mandibular; bagian lateral lidah pula harus berkontak dengan, namun tidak tumpang tindih, tonjol lingual gigi mandibular. Lidah yang melebihi dari dimensi tersebut dikatakan mengalami pembesaran Gambar 2. 46 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Pembesaran lidah akibat edentulus yang menutupi linggir alveolar 31 Untuk pemeriksaan intra oral, faktor anatomi dan fisiologi yang ditekankan oleh Celebic dkk 2003, Maller, Karthik dan Maller 2003 telah menggunakan pengklasifikasian untuk pemeriksaan ini, seperti: 43 1. Pemeriksaan ukuran linggir menurut House: Klas 1: besar retensi dan stabilitas terbaik Klas 2: medium retensi dan stabilitas baik namun tidak ideal Klas 3: kecil sulit untuk mendapatkan retensi dan stabilitas yang baik 2. Pemeriksaan bentuk linggir menurut House: Gambar 3 Klas I: persegi bentuk terbaik untuk mencegah pergerakan rotasi Klas II: tapering memberikan resistensi terhadap pergerakan Klas III: ovoid memberikan sedikit atau tidak ada resistensi terhadap pergerakan rotasi Gambar 3. Bentuk linggir alveolar. Kanan: bentuk “U”, tengah: bentuk “V”, kiri: bentuk “bulbous” 26 Universitas Sumatera Utara 3. Pemeriksaan kondisi mukosa menurut House: Klas 1: sehat Klas 2: iritasi Klas 3: patologik 4. Pemeriksaan ukuran lidah menurut House: Klas 1: normal dalam ukuran, perkembangan dan fungsi Klas 2: kehilangan gigi yang cukup lama untuk memungkinkan perubahan bentuk dan fungsi lidah Klas 3: pembesaran lidah secara berlebihan akibat kehilangan gigi untuk jangka waktu yang lama sehingga terjadinya pembesaran yang abnormal 5. Pemeriksaan saliva: Klas I: normal dalam kuantitas dan konsistensi Klas II: jumlah saliva yang tipis, encer atau kental, berurat yang berlebihan Klas III: kekurangan jumlah saliva

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan