Pengertian Klasifikasi Perubahan Jaringan Rongga Mulut

Wijayanti 2008, ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain: 23 a. Primary aging Bahwa penuaan merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable tidak dapat dihindarkan. b. Secondary aging Proses penuaan merupakan hasil dari penyakit, kerusakan dan disuse pada tubuh yang sering kali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga kebugaran fisik dan lain-lain.

2.1.1 Pengertian

Lansia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. 23 Pengertian lanjut usia lansia ialah manusia yang berumur di atas 60 tahun dan masih hidup. 1,23 Menurut Hardywinoto dan Setiabudhi 1999 cit Wijayanti, kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Papalia 2001 cit Wijayanti, usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda . 23

2.1.2 Klasifikasi

World Health Organization WHO dikutip oleh Wijayanti menggolongkan lansia menjadi 4 golongan yaitu: 1,23 a. Usia pertengahan middle age 45-59 tahun b. Usia lanjut elderly 60-74 tahun c. Usia lanjut tua old 75-90 tahun d. Usia sangat tua very old diatas 90 tahun Menurut Depkes dikutip oleh Wjayanti bahwa lansia dibagi dalam tiga kelompok: 1,23 Universitas Sumatera Utara a. Kelompok lansia dini 55-64 tahun, merupakan kelompok yang baru memasuki lansia b. Kelompok lansia 65 tahun ke atas c. Kelompok lansia risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.1.3 Perubahan Jaringan Rongga Mulut

Perubahan pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempunyai peran klinis yang penting dalam perawatan gigi pasien lansia. Perubahan-perubahan ini membuatkan prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mengurangi prognosisnya. Hal ini terutama berlaku pada perawatan prostetik dan perawatan gigi restoratif. Akibat penuaan pada pasien lansia meliputi: 24 a. Perubahan tulang alveolar dan linggir alveolar Kepadatan tulang mencapai tahap maksimum pada usia pertengahan, dimana secara substansial laki-laki memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita. Kepadatan tulang setiap ras bervariasi, bahkan antar individu, kualitas tulang dari seluruh bagian skeletal termasuk kedua rahang yang bervariasi dan menurun seiring pertambahan usia. Penurunan ini terjadi pada lanjut usia karena osteoblas kurang efisien dan kadar estrogen menurun seiring dengan penurunan keseluruhan absorbsi kalsium dari usus. 25 Pada lanjut usia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang dipenuhi oleh pusat-pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang karena usia adalah ketidakseimbangan antara resorpsi dan pergantian tulang pada sistem Harversian. Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang dimana penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Selain itu, tulang biasanya lebih rapuh dengan meningkatnya jumlah fraktur mikro dari trabekula yang menipis dimana penyembuhannya yang lambat karena remodelling yang melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vaskular. 24 Universitas Sumatera Utara Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat dengan tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat dan menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari linggir alveolar sering kali merupakan akibat pemakaian gigi tiruan penuh dalam jangka waktu yang panjang. Diduga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari pemakaian gigi tiruan. Pemakaian gigi tiruan mempunyai potensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya. 24 Resorpsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibular menyebabkan puncak linggir alveolar mendekati foramen mental. Puncak linggir alveolar yang mengalami resorpsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorpsi berlebihan pada puncak linggir alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. 24 Pengaruh dari resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan tiga macam bentuk linggir alveolar, yaitu bentuk “U” bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaa n lingual atau palatal retensi dan stabilitas yang ideal, bentuk “V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau sulit untuk mendapatkan retensi dan stabilitas yang baik dan bentuk “bulbous” bila melebar pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong retensi dan stabilitas yang ideal seperti bentuk “U” namun adanya gerong menyulitkan pada saat GTP dipasang atau dilepaskan. House mengklasifikasikan bentuk lengkung menjadi tiga yaitu, bersegi square, tapering, dan ovoid . 26 b. Perubahan sendi temporomandibular Meskipun usia sendiri memiliki sedikit efek terhadap kemampuan pengunyahan namun pasien lansia biasanya lebih cenderung untuk mengunyah lebih perlahan dan dengan mengurangi pergerakan vertikal dari mandibular. Pergerakan mandibular dikawal oleh batang otak yang dipengaruhi oleh proprioseptor dalam otot, sendi dan mukosa. Usia lanjut dapat menunda pengolahan impuls saraf pusat, dan selanjutnya menghambat aktivitas serabut otot dan menghambat pergerakan. 25 Universitas Sumatera Utara Kerusakan pada sistem neuromuskular selama proses penuaan diperkirakan merupakan disfungsi neuron motoris yang progresif, yang termanisfestasi pertama kali berupa meningkatnya ketidakmampuan neuron motoris untuk mempertahankan serabut-serabut otot dalam kondisi yang baik. Setelah neuron motoris mengalami degenerasi, neuron bersebelahan mulai tumbuh dan mengambil alih pasokan pada beberapa serabut otot. 24 Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukkan perpanjangan fase kontraksi sejalan dengan usia, yang menunjukkan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibular berkaitan dengan pertambahan usia. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang ditemukan pada orang yang tidak bergigi dibandingkan yang masih bergigi. Ini membuktikan bahwa tingkat tekanan pengunyahan dan efisiensi pengunyahan berkurang dengan banyak pada pasien yang gigi aslinya sudah diganti dengan gigi tiruan. 23 Kekuatan otot dapat berkurang sehingga 50 pada usia pertengahan dan lanjut usia dimana hal ini mengakibatkan kemampuan mengunyah lebih pendek dan mengambil masa yang lebih lama. 24 Perubahan yang dapat terjadi pada sendi temporomandibula STM seiring bertambahnya usia adalah perubahan pada kondilus dan fosa agar sesuai satu sama lain, fosa menjadi lebih dangkal, pengurangan inklinasi dari dinding fosa bagian anterior dan kondilus, eminensia artikularis menjadi rata, penipisan pada diskus artikularis, perubahan pada jaringan tulang rawan sendi yaitu pengurangan ketebalan lapisan fibrokartilago pada permukaan kondilus sendi, konsistensi dari cairan sinovial menjadi kental dan jumlahnya berkurang sehingga akan mempengaruhi kelancaran pergerakan dari diskus artikularis. Adanya gangguan pada fungsi STM untuk mengunyah mengakibatkan berkurangnya asupan makanan sebagai sumber gizi. 27-29 c. Perubahan pada kelenjar saliva dan aliran saliva Universitas Sumatera Utara Kelenjar parotis merupakan salah satu kelenjar mayor yang menghasilkan saliva yang encer, namun apabila terjadinya atropi padal sel kelenjar ini dapat menyebabkan kualitas saliva berubah menjadi kental. 7 Selain itu, terjadi perubahan pada duktur kelenjar saliva juga dapat mempengaruhi kuantitas saliva sehingga jumlah saliva yang dihasilkan semakin berkurang. Telah diketahui bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan yang normal pada pasien lansia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering akibat aliran saliva yang kurang sering ditemukan pada orang tua dibandingkan pada orang muda disebabkan oleh perubahan usia pada kelenjar itu sendiri. 24 Fungsi utama dari saliva adalah sebagai pelumas, buffer dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut. 24,26 Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva non stimulasi istirahat secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua. Walaupun begitu, faktor penuaan tidak lagi menjadi faktor primer dalam pengurangan saliva karena hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan umum pasien, pemakaian obat-obatan, depresi, stress, atau insomnia. Pasien yang menerima terapi radiasi pada regio kelenjar saliva biasanya akan mengalami destruksi jaringan kelenjar, mengakibatkan aliran saliva tereduksi. 24,25 d. Perubahan mukosa mulut Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propria. 23,26 Berkurangnya ketebalan mukosa bervariasi, hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan mukosa dalam menerima tekanan. Secara umum mukosa memiliki kompresibilitas normal sebesar 2 mm. 25 Kondisi klinis mukosa mulut yang terlihat lebih pucat, tipis, kering dengan penyembuhan yang lambat menyebabkan mukosa lebih mudah mengalami iritasi mekanis, kemis dan bakteri. Atrofi umum dapat dikaitkan dengan menurunnya produksi estrogen karena menopause. 23 Universitas Sumatera Utara Warna mukosa melambangkan kesehatan mukosa itu sendiri. Mukosa yang sehat memiliki warna merah muda, namun adanya warna kemerahan yang mencolok pada mukosa menandakan terjadinya suatu inflamasi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh merokok, adanya infeksi atau penyakit sistemik dan bisa juga disebabkan oleh karena rasa sakit dari pemakaian gigi tiruan pada lansia. Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12, riboflavin dan zat besi pada diet pasien lanjut usia. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan luka, kerapuhan kapiler dan perdarahan serta pembengkakan pada gingiva. 25,30 e. Perubahan lidah dan pengecapan Lidah merupakan salah satu organ yang penting dan kompleks terutama dalam fungsi berbicara, pengecapan dan tidak dapat diganti untuk pengunyahan dan penelanan. Lidah yang kuat umumnya terkait dengan ukuran lidah yang besar. Lidah yang membesar akibat dari kehilangan gigi yang tidak diganti mungkin digunakan untuk proses pengunyahan. Kehilangan gigi mengakibatkan pasien menghancurkan makanan ke arah linggir alveolar dan palatum dengan menggunakan lidah. Seperti otot yang lain, peningkatan dari fungsi akan menyebabkan peningkatan tonisitas muskular sehingga terjadinya pembesaran lidah. 31 Posisi lidah menurut Wright dibagi menjadi tiga klas, yaitu: 32 1. Klas 1 Lidah mengisi dasar mulut dengan dorsal lidah ke depan dan sedikit ke bawah dari puncak insisal gigi anterior rahang bawah. 2. Klas 2 Dorsal lidah dalam posisi normal tetapi lidah melebar dan rata. 3. Klas 3 Lidah diretraksi dan menekan ke dasar mulut dengan dorsal lidah melekuk ke atas, ke bawah atau berasimilasi ke dalam tubuh lidah. Lidah menjadi halus dan mengkilat atau merah serta meradang karena adanya atrofi pada papila lidah. Bermacam-macam gejala dapat terjadi pada mukosa lidah dengan keluhan nyeri, rasa terbakar atau sensori pengecapan yang berkurang. Sensasi ini biasanya terjadi pada orang lanjut usia atau pada wanita pasca menopause. 24,25 Universitas Sumatera Utara

2.2 Kehilangan Gigi