Selain dari aspek teknis dalam pembuatan GTP, Celebic dkk 2003 menyatakan bahwa faktor anatomi dan fisiologi dari rongga mulut pasien juga
memainkan peran yang penting dalam kepuasan pasien memakai GTP, di antaranya adalah derajat resorpsi linggir alveolar, kualitas saliva, pembesaran lidah dan status
mukosa oral.
9
Dalam penelitian Maller, Karthik, dan Maller 2010 berpendapat bahwa suatu keberhasilan dari perawatan GTP tidak hanya meliputi kesehatan rongga
mulut pasien bahkan kesehatan umum dan psikologi pasien turut memainkan peran. Penelitian mereka menekankan pada urutan pemeriksaan dari pasien yang didiagnosa
dan kepentingannya dalam merencanakan rencana perawatan seperti kuesioner data pribadi, klasifikasi pasien philosophical, indifferent, exacting, and hysterical,
riwayat kesehatan umum, dan evaluasi klinikal yang terdiri dari pemeriksaan intral oral dan ekstra oral.
42
2.4 Kepuasan Pasien 2.4.1 Pengertian
Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat menyeluruh
atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan. Dengan kata lain, kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan
konsumen dalam hal ini adalah pasien.
47
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan pasien pemakai GTP dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi dan kondisi klinis rongga mulut pasien. Faktor sosiodemografi terdiri dari faktor-faktor:
1. Umur
Penelitian Marchini 2014 menunjukkan bahwa dokter gigi biasanya akan menilai umur pasien dengan kemampuan mereka untuk mengadaptasi gigi tiruan
yang baru dan penilaian ini berdasarkan atas asumsi biasa bahwa pasien yang lebih tua mengambil waktu yang lebih lama untuk mengadaptasi gigi tiruan, namun tidak
ada artikel yang mengevaluasi penilaian ini. Beberapa jumlah studi menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa tidak ada hubungan antara gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan, umur pasien dan kepuasan pasien.
48
Uji statistik dalam penelitian Brunello dan Mandikos 1998 gagal mengidentifikasi hubungan antara umur pasien dan jenis
keluhan mengenai gigi tiruan penuh mereka.
26
Sebaliknya, hal ini berlawanan dengan penelitian Celebic dkk 2003, yang menunjukkan bahwa umur memiliki pengaruh
terhadap kepuasan yaitu pasien muda lebih mudah puas terhadap retensi GTP rahang atas daripada pasien tua, tetapi pasien tua lebih mudah puas terhadap retensi GTP
rahang bawah daripada pasien muda.
9
2. Jenis kelamin
Celebic dkk 2003, melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kepuasan antara laki-laki dan wanita. Berdasarkan uji Korelasi Spearman
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara jenis kelamin, atau kebiasaan merokok dan tingkat kepuasan pasien dengan gigi tiruan penuh menurut
penelitian Golebiewska dkk 1998.
9
Dalam penelitian Brunello dan Mandikos 1998 gagal membuktikan hubungan antara jenis kelamin pasien dan jumlah atau jenis
keluhan mengenai gigi tiruan penuh.
26
Sebaliknya, Awad dan Feine 1998 menyatakan kepuasan pasien terhadap gigi tiruan penuh sangat tergantung pada jenis
kelamin.
9
3. Tingkat pendidikan
Penelitian Adam 2006 menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan memakai gigi tiruan.
7
Hal ini bertentangan dengan pendapat Celebic dkk 2003, yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien secara umum, kepuasan terhadap penampilan, berbicara, dan kenyamanan dalam pemakaian
GTP rahang atas. Pasien dengan tingkat pendidikan rendah lebih puas secara umum, penampilan, fungsi bicara, dan kenyamanan dalam pemakaian GTP rahang atas.
9
4. Status ekonomi
Penelitian Celebic dkk 2003, menunjukkan pasien pemakai GTP dengan tingkat pendapatan rendah lebih mudah puas terhadap pemakaian GTP.
9
Dalam penelitian Marchini 2014 menyatakan terdapat dua studi yang telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan status sosioekonomi sebagai faktor yang memungkinkan dalam mempengaruhi kepuasan gigi tiruan. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ada korelasi antara status sosioekonomi dengan tingkat kepuasan gigi tiruan: semakin rendah status sosioekonomi, semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap gigi tiruan.
45
5. Pengalaman memakai GTP
Van Waas 1990 menjumpai tidak ada korelasi antara pengalaman memakai gigi tiruan sebelum dengan tingkat kepuasan namun ia mengakui bahwa ini akan
menjadi alat yang penting untuk studi pada masa akan datang. Sebaliknya, penelitian Weinstein dkk 1988, menyatakan bahwa pasien yang tidak mempunyai pengalaman
memakai gigi tiruan mengekspresikan derajat kepuasan lebih rendah secara signifikan berbanding pasien yang lain.
7
Hal ini dikarenakan pasien yang mempunyai pengalaman, mampu mempelajari gerakan neuromuskular untuk mendapatkan
stabilitas gigi tiruan dengan lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak mempunyai pengalaman memakai gigi tiruan. Selain itu, pasien dengan pengalaman memakai gigi
tiruan juga mempunyai harapan yang realistis terhadap estetik dan psikososial.
7
Hal ini didukung oleh pernyataan Celebic dkk 2003 yang menyatakan bahwa jumlah
GTP yang pernah dipakai pasien sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. GTP lama memiliki skor lebih rendah dari segi estetik namun dari segi pengunyahan,
kepuasan umum, retensi, dan kenyaman memakai gigi tiruan skor GTP lama lebih tinggi.
9
6. Faktor psikologikal
Hubungan antara kedokteran gigi dan psikologi telah lama diakui dan beberapa upaya telah dilakukan untuk menggambarkan faktor psikologis yang
memerlukan pertimbangan dalam perawatan gigi tiruan penuh menurut Van Waas, 1990; Reeve dkk 1984 dan Bolender dkk 1969. Uji psikologi telah dilakukan
untuk mengeksplorasi hubungan antara kepuasan terhadap gigi tiruan dan kepribadian pasien. Bolender dkk 1969 menggunakan Index Cornell Medical dan menunjukkan
bahwa pasien dengan kemungkinan masalah emosional yang tinggi tidak puas dengan gigi tiruan mereka dibandingkan dengan pasien yang kemungkinan masalah
emosional yang rendah. Reeve dkk 1984, menyimpulkan bahwa pasien yang tidak
Universitas Sumatera Utara
puas adalah mereka yang kurang cemerlang, kurang stabil, lebih teliti, dan lebih egosentris dari pasien yang puas.
7
Hal ini bertentangan dengan pendapat Smith 1976 yang telah menggunakan Minnesota Multiphasic Personality Inventory dan tidak dijumpai korelasi antara sifat
personal seperti hipokondriasis, histeri, depresi dengan kepuasan pasien. Van Waas 1990 melakukan studi menggunakan Health Locus Control Scale yang merupakan
kemampuan seseorang itu, dalam berbagai situasi kesehatan, percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan apa yang terjadi pada diri mereka. Ia
tidak menemukan hubungan antara ketidakpuasan dengan personal pasien. Hasil yang sama ditemukan dengan penelitian Manned dan Mehra 1983.
7,45
Menurut Celebic dkk 2003 menyatakan bahwa kepuasan pasien memakai GTP berdasarkan kondisi klinis rongga mulut, yaitu:
9
1. Linggir alveolar
Jaringan pendukung pada linggir alveolar gigi tiruan penuh terbatas dalam kemampuannya untuk beradaptasi dan menyerupai peranan jaringan periodonsium.
Kekurangan ini disebabkan oleh pergerakan gigi tiruan dalam hubungannya terhadap dasar tulang sewaktu berfungsi. Hal ini terkait dengan ketahanan yang mendukung
mukosa dan ketidakstabilan pergerakan gigi tiruan sewaktu fungsional dan parafungsional. Oleh karena terjadinya pergerakan yang berkelanjutan dan daya yang
dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan linggir alveolar, maka hampir semua prinsip konstruksi gigi tiruan penuh telah diformulasikan seminimal mungkin.
Meskipun belum terbukti, dapat dianggap bahwa pergerakan fungsional yang berulang dari gigi tiruan penuh mungkin menjadi salah satu faktor penyumbang
terjadinya resorpsi linggir alveolar. Bentuk linggir alveolar ada tiga macam, yaitu bentuk “U” bila permukaan
labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal retensi dan stabilitas yang ideal, bentuk “V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau sulit untuk
mendapatkan retensi dan stabilitas yang baik dan bentuk “bulbous” bila melebar
pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong retensi dan stabilitas
Universitas Sumatera Utara
yang ideal seperti bentuk “U” namun adanya gerong menyulitkan pada saat GTP dipasang atau dilepaskan.
2. Saliva
Saliva yang cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan anatomis gigi tiruan sehingga mempertinggi daya permukaan saat saliva yang kental
dan banyak mudah untuk melepaskan gigi tiruan dan menyulitkan pada saat mencetak rahang bawah.
49
Menurut Nallasamy 2003, kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi keberhasilan pemakaian GTP seperti saliva yang encer dapat
memberikan ikatan adhesi antara basis GTP dengan jaringan mukosa, namun jumlah saliva yang sedikit dapat mengurangi ikatan adhesi tersebut.
26
Walaupun faktor ini tidak memungkinkan untuk dimodifikasi bagi tujuan prostodontik, penjelasan
mengenai efek tersebut dapat membantu pasien untuk lebih memahami masalah tersebut, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kemauan pasien untuk
menerima keterbatasan untuk keberhasilan perawatan tersebut.
25
Pengurangan saliva ini juga akan mengganggu retensi gigi tiruan karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara basis gigi tiruan dengan jaringan mukosa
dibawahnya dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga kepekaan pasien terhadap gesekan-gesekan
dari gigi tiruan bertambah.
26,30
Kelenjar saliva itu sendiri bisa sakit atau saluran tertutup karena kelenjar palatal sering mengalami kerusakan akibat dari tekanan gigi
tiruan yang berkepanjangan.
25
3. Mukosa
Perubahan mukosa pada penggunaan gigi tiruan digambarkan sebagai batas patologis. Penyebab dari perubahan mukosa ini harus diketahui terlebih dahulu
apakah merupakan tanda inflamasi atau trauma dari gigi tiruan sebelumnya. Mukokompresibilitas mukosa untuk menahan beban pengunyahan yang normal
adalah sebesar 2 mm. Umumnya pasien yang memiliki mukosa yang tipis sering terganggu akibat tidak dapat menahan beban pengunyahan yang berlebihan. Wanita
pemakai gigi tiruan mempunyai mukosa yang lebih tipis daripada pria pemakai gigi
Universitas Sumatera Utara
tiruan dan menunjukkan predisposisi yang lebih besar terhadap kerusakan mukosa.
24,25
4. Lidah
Lidah memainkan peran yang penting dalam menentukan suatu keberhasilan gigi tiruan penuh dimana ukuran dan aktivitas lidah menjadi perhatian. Penggunaan
GTP yang baru bisa menyebabkan lidah cenderung untuk melepaskan gigi tiruan, sedangkan lidah yang kecil tidak dapat menahan GTP pada tempatnya dengan baik.
49
Pasien edentulus yang belum pernah memakai gigi tiruan rahang bawah sering menggunakan lidah sebagai antagonis untuk rahang atas selama pengunyahan. Dalam
hal ini, lidah dapat membesar dan juga sangat kuat sehingga perawatan gigi tiruan dan penggunaan gigi tiruan berikutnya menjadi tantangan bagi dokter gigi dan pasien
masing-masing.
25
Kavitas oral sangat berkontrubusi terhadap health-related quality of life pada tingkat biologi seperti mengunyah dan menelan tetapi juga berpengaruh terhadap
aspek sosial dan psikologi seperti komunikasi, rupa dan percaya diri. Kehilangan gigi penuh dapat menyebabkan lansia mengalami malnutrisi akibat dari pemilihan
makanan yang menyebabkan lansia tidak mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga berpengaruh terhadap kesehatan umum lansia. Berdasarkan asumsi bahwa
penggunaan gigi tiruan dapat meningkatkan kualitas hidup untuk menggantikan gigi yang hilang, namun lansia menganggap bahwa gigi tiruan dapat mengganti fungsi
gigi asli sehingga mereka mempunyai harapan yang tinggi terhadap kualitas gigi tiruan yang dipakai. Harapan ini mempengaruhi kepuasan pasien lansia untuk
memakai gigi tiruan dan sering mengeluh ketidakpuasan memakainya walaupun gigi tiruan telah memenuhi kriteria klinis. Menurut Bilhan 2013, oral health-related
quality of life OHRQoL dipengaruhi kualitas perawatan gigi tiruan.
9,10,36
Kualitas hidup merupakan respons individu dalam kehidupannya sehari-hari terhadap fungsi fisik, psikologi, sosial dan finansial.
6
Menurut WHO, kualitas hidup adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan
tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya.
21
Ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, kualitas hidup
Universitas Sumatera Utara
mempunyai pengertian dan tujuan yang berbeda. Dari segi filsafat, penilaian kualitas hidup dilakukan melalui kesadaran manusia terhadap makna dan tujuan hidup. Dari
sudut pandang ekonomi, kualitas hidup manusia ditentukan oleh sikap kewiraswastaan, sikap menggunakan kesempatan ekonomi yang terbuka bagi dirinya.
Dari segi psikologi, kualitas hidup tercermin dari tingkat kepuasan hidupnya, dengan semakin meningkatnya golongan umur maka resiko menderita penyakit dan stres
semakin besar. Hal ini dapat mempengaruhi berkurangnya kualitas hidup seseorang.
36
Universitas Sumatera Utara
2.5 Landasan Teori