Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan Sosiodemografi dan Kondisi Klinis Rongga Mulut

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat Siang,

Nama saya Khalilah Binti Mazlan/110600177, mahasiswi di Program Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat

Kepuasan Pasien Lansia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan

Sosiodemografi dan Kondisi Klinis Rongga Mulut”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan saya melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pasien pemakai gigi tiruan penuh yang dibuat mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU berdasarkan faktor sosiodemografi dan kondisi klinis rongga mulut. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada Bapak/Ibu tentang pemakaian gigi tiruan penuh yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan dapat dijadikan referensi bagi klinisi mengenai masalah-masalah yang mungkin muncul, berkaitan dengan kepuasan pasien sehingga dapat diatasi untuk kedepannya.

Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2015. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Jenis kelamin : Alamat : No. HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dengan sadar atau tanpa paksaan dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Tingkat Kepuasan Pasien Lansia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan

Sosiodemografi dan Kondisi Klinis Rongga Mulut”

Maka dengan surat ini, saya nyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan,... Yang menyetujui, Subjek penelitian


(3)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN PROSTODONSIA

No. Responden : Tanggal :

Nama pasien :

Alamat :

Umur : tahun Jenis kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Pendidikan : 1. Tidak sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi

Pengalaman memakai : 1. Iya GTP sebelumnya 2. Tidak

TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH BERDASARKAN SOSIODEMOGRAFI DAN KONDISI KLINIS RONGGA


(4)

Lembar 1

Pertanyaan Kepuasan Pasien Terhadap Gigi Tiruan Penuh

1. Sehubungan dengan estetika, seberapa puas Anda dengan gigi tiruan penuh Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 2. Sehubungan dengan retensi, seberapa puas

Anda dengan gigi tiruan penuh rahang atas Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 3. Sehubungan dengan retensi, seberapa puas

Anda dengan gigi tiruan penuh rahang bawah Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 4. Sehubungan dengan berbicara, seberapa puas

Anda dengan gigi tiruan penuh Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 5. Sehubungan dengan pengunyahan, seberapa

puas Anda dengan gigi tiruan penuh Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 6. Sehubungan dengan kenyamanan, seberapa

puas Anda dengan gigi tiruan penuh rahang atas Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas


(5)

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas 7. Sehubungan dengan kenyamanan, seberapa

puas Anda dengan gigi tiruan penuh rahang bawah Anda?

1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas

3 – sedang 4 – puas

5 – sangat puas

Total skor

Kepuasan pasien : Puas Sedang Tidak puas


(6)

LEMBAR PEMERIKSAAN (BERDASARKAN JURNAL MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN PROSTODONSIA

Kondisi klinis rongga mulut

1. Mukosa linggir alveolaris rahang atas: a. Normal

b. Lunak c. Keras

2. Mukosa linggir alveolaris rahang bawah: a. Normal

b. Lunak c. Keras

3. Linggir alveolaris rahang atas: a. Bentuk U

b. Bentuk V c. Bentuk bulbous

4. Linggir alveolaris rahang bawah: a. Bentuk U

b. Bentuk V c. Bentuk bulbous 5. Lidah:

a. Besar b. Sedang c. Kecil 6. Saliva:

a. Kental c. Banyak b. Encer d. Sedikit


(7)

Lampiran 4


(8)

Lampiran 5


(9)

Lampiran 6

Lembar Pengolahan Data

Frequencies

Statistics

Usia Jenis_kelamin

Tingkat_pendidika n

Pengalaman_me makai_GTP_sebel

umnya

N Valid 33 33 33 33

Missing 0 0 0 0

Mean 1.45 1.58 2.82 1.64

Median 1.00 2.00 3.00 2.00

Mode 1 2 1 2

Minimum 1 1 1 1

Maximum 3 2 5 2

Sum 48 52 93 54

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 55-64 tahun 21 63.6 63.6 63.6

65-69 tahun 9 27.3 27.3 90.9

>70 tahun 3 9.1 9.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 14 42.4 42.4 42.4


(10)

Tingkat_pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tamat SD 9 27.3 27.3 27.3

Tamat SD 7 21.2 21.2 48.5

Tamat SMP 5 15.2 15.2 63.6

Tamat SMA 5 15.2 15.2 78.8

Tamat PT 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pengalaman_memakai_GTP_sebelumnya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Iya 12 36.4 36.4 36.4

Tidak 21 63.6 63.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Bentuk_linggir Mukosa Kualitas_saliva Kuantitas_saliva Lidah

N Valid 33 33 33 33 33

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.36 1.42 1.76 1.73 1.67

Median 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00

Mode 1 1 2 2 2

Sum 45 47 58 57 55

Frequency Table

Bentuk_linggir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid U 25 75.8 75.8 75.8


(11)

Bulbous 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Mukosa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 24 72.7 72.7 72.7

Lunak 4 12.1 12.1 84.8

Keras 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kualitas_saliva

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kental 8 24.2 24.2 24.2

Encer 25 75.8 75.8 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kuantitas_saliva

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Banyak 9 27.3 27.3 27.3

Sedikit 24 72.7 72.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

Lidah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Besar 11 33.3 33.3 33.3

Sedang 22 66.7 66.7 100.0


(12)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Kepuasan 33 76.7% 10 23.3% 43 100.0%

Usia * Kepuasan Crosstabulation Kepuasan

Total Puas Sedang

Usia 55-64 tahun Count 18 4 22

% within Usia 81.8% 18.2% 100.0% % within Kepuasan 78.3% 40.0% 66.7%

65-69 tahun Count 3 2 5

% within Usia 60.0% 40.0% 100.0% % within Kepuasan 13.0% 20.0% 15.2%

>70 tahun Count 2 4 6

% within Usia 33.3% 66.7% 100.0% % within Kepuasan 8.7% 40.0% 18.2%

Total Count 23 10 33

% within Usia 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.510a 2 .064 .060

Likelihood Ratio 5.255 2 .072 .138

Fisher's Exact Test 5.309 .048

Linear-by-Linear Association 5.332b 1 .021 .029 .022

N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.52. b. The standardized statistic is 2.309.


(13)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis_kelamin * Kepuasan 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Jenis_kelamin * Kepuasan Crosstabulation

Kepuasan

Total Puas Sedang

Jenis_kelamin laki-laki Count 11 3 14

% within Jenis_kelamin 78.6% 21.4% 100.0% % within Kepuasan 47.8% 30.0% 42.4%

perempuan Count 12 7 19

% within Jenis_kelamin 63.2% 36.8% 100.0% % within Kepuasan 52.2% 70.0% 57.6%

Total Count 23 10 33

% within Jenis_kelamin 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .907a 1 .341 .455 .287

Continuity Correctionb .324 1 .569

Likelihood Ratio .929 1 .335 .455 .287

Fisher's Exact Test .455 .287

Linear-by-Linear Association .879c 1 .348 .455 .287


(14)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .907a 1 .341 .455 .287

Continuity Correctionb .324 1 .569

Likelihood Ratio .929 1 .335 .455 .287

Fisher's Exact Test .455 .287

Linear-by-Linear Association .879c 1 .348 .455 .287

N of Valid Cases 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.24. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is .938.

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat_pendidikan * Kepuasan 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Tingkat_pendidikan * Kepuasan Crosstabulation

Kepuasan

Total Puas Sedang

Tingkat_pendidikan Tidak tamat SD Count 9 3 12

% within Tingkat_pendidikan 75.0% 25.0% 100.0%

% within Kepuasan 39.1% 30.0% 36.4%

Tamat SD Count 4 3 7

% within Tingkat_pendidikan 57.1% 42.9% 100.0%


(15)

Tamat SMP Count 1 0 1 % within Tingkat_pendidikan 100.0% .0% 100.0%

% within Kepuasan 4.3% .0% 3.0%

Tamat SMA Count 7 4 11

% within Tingkat_pendidikan 63.6% 36.4% 100.0%

% within Kepuasan 30.4% 40.0% 33.3%

Tamat PT Count 2 0 2

% within Tingkat_pendidikan 100.0% .0% 100.0%

% within Kepuasan 8.7% .0% 6.1%

Total Count 23 10 33

% within Tingkat_pendidikan 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.178a 4 .703 .760

Likelihood Ratio 3.008 4 .557 .687

Fisher's Exact Test 2.034 .832

Linear-by-Linear Association .002b 1 .968 1.000 .540

N of Valid Cases 33

a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30. b. The standardized statistic is -.040.

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengalaman_memakai_GTP_s ebelumnya * Kepuasan

33 100.0% 0 .0% 33 100.0%


(16)

Puas Sedang Pengalaman_memakai_GTP_s

ebelumnya

Iya Count 4 7 11

% within

Pengalaman_memakai_GTP_s ebelumnya

36.4% 63.6% 100.0%

% within Kepuasan 17.4% 70.0% 33.3%

Tidak Count 19 3 22

% within

Pengalaman_memakai_GTP_s ebelumnya

86.4% 13.6% 100.0%

% within Kepuasan 82.6% 30.0% 66.7%

Total Count 23 10 33

% within

Pengalaman_memakai_GTP_s ebelumnya

69.7% 30.3% 100.0%

% within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.680a 1 .003 .006 .006

Continuity Correctionb 6.474 1 .011

Likelihood Ratio 8.539 1 .003 .013 .006

Fisher's Exact Test .006 .006

Linear-by-Linear Association 8.417c 1 .004 .006 .006

N of Valid Cases 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2.901.

Crosstabs

Case Processing Summary Cases


(17)

N Percent N Percent N Percent

Bentuk_linggir * Kepuasan 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Bentuk_linggir * Kepuasan Crosstabulation Kepuasan

Total Puas Sedang

Bentuk_linggir U Count 20 5 25

% within Bentuk_linggir 80.0% 20.0% 100.0% % within Kepuasan 87.0% 50.0% 75.8%

V Count 2 2 4

% within Bentuk_linggir 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kepuasan 8.7% 20.0% 12.1%

Bulbous Count 1 3 4

% within Bentuk_linggir 25.0% 75.0% 100.0%

% within Kepuasan 4.3% 30.0% 12.1%

Total Count 23 10 33

% within Bentuk_linggir 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.775a 2 .056 .040

Likelihood Ratio 5.421 2 .067 .117

Fisher's Exact Test 5.509 .040

Linear-by-Linear Association 5.591b 1 .018 .022 .022

N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.21. b. The standardized statistic is 2.365.

Crosstabs


(18)

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Mukosa * Kepuasan 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Mukosa * Kepuasan Crosstabulation Kepuasan

Total Puas Sedang

Mukosa Normal Count 18 6 24

% within Mukosa 75.0% 25.0% 100.0% % within Kepuasan 78.3% 60.0% 72.7%

Lunak Count 3 1 4

% within Mukosa 75.0% 25.0% 100.0% % within Kepuasan 13.0% 10.0% 12.1%

Keras Count 2 3 5

% within Mukosa 40.0% 60.0% 100.0% % within Kepuasan 8.7% 30.0% 15.2%

Total Count 23 10 33

% within Mukosa 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.461a 2 .292 .413

Likelihood Ratio 2.264 2 .322 .492

Fisher's Exact Test 2.446 .342

Linear-by-Linear Association 1.933b 1 .164 .209 .131


(19)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.461a 2 .292 .413

Likelihood Ratio 2.264 2 .322 .492

Fisher's Exact Test 2.446 .342

Linear-by-Linear Association 1.933b 1 .164 .209 .131

N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.21. b. The standardized statistic is 1.390.

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kepuasan * Kualitas_saliva 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Kepuasan * Kuantitas_saliva 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Kepuasan * Kualitas_saliva

Crosstab

Kualitas_saliva

Total Kental Encer

Kepuasan Puas Count 8 15 23

% within Kepuasan 34.8% 65.2% 100.0% % within Kualitas_saliva 100.0% 60.0% 69.7%

% of Total 24.2% 45.5% 69.7%

Sedang Count 0 10 10

% within Kepuasan .0% 100.0% 100.0% % within Kualitas_saliva .0% 40.0% 30.3%

% of Total .0% 30.3% 30.3%

Total Count 8 25 33

% within Kepuasan 24.2% 75.8% 100.0% % within Kualitas_saliva 100.0% 100.0% 100.0%


(20)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.591a 1 .032 .071 .035

Continuity Correctionb 2.893 1 .089

Likelihood Ratio 6.834 1 .009 .039 .035

Fisher's Exact Test .071 .035

Linear-by-Linear Association 4.452c 1 .035 .071 .035

N of Valid Cases 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.42. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2.110.

Kepuasan * Kuantitas_saliva

Crosstab

Kuantitas_saliva

Total Banyak Sedikit

Kepuasan Puas Count 8 15 23

% within Kepuasan 34.8% 65.2% 100.0% % within Kuantitas_saliva 88.9% 62.5% 69.7%

% of Total 24.2% 45.5% 69.7%

Sedang Count 1 9 10

% within Kepuasan 10.0% 90.0% 100.0% % within Kuantitas_saliva 11.1% 37.5% 30.3%

% of Total 3.0% 27.3% 30.3%

Total Count 9 24 33

% within Kepuasan 27.3% 72.7% 100.0% % within Kuantitas_saliva 100.0% 100.0% 100.0%


(21)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.158a 1 .142 .217 .148

Continuity Correctionb 1.090 1 .297

Likelihood Ratio 2.451 1 .117 .217 .148

Fisher's Exact Test .217 .148

Linear-by-Linear Association 2.093c 1 .148 .217 .148

N of Valid Cases 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.73. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 1.447.

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lidah * Kepuasan 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Lidah * Kepuasan Crosstabulation Kepuasan

Total Puas Sedang

Lidah Besar Count 5 6 11

% within Lidah 45.5% 54.5% 100.0% % within Kepuasan 21.7% 60.0% 33.3%

Sedang Count 18 4 22

% within Lidah 81.8% 18.2% 100.0% % within Kepuasan 78.3% 40.0% 66.7%

Total Count 23 10 33

% within Lidah 69.7% 30.3% 100.0% % within Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%


(22)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.591a 1 .032 .049 .042

Continuity Correctionb 3.031 1 .082

Likelihood Ratio 4.465 1 .035 .049 .042

Fisher's Exact Test .049 .042

Linear-by-Linear Association 4.452c 1 .035 .049 .042

N of Valid Cases 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33. b. Computed only for a 2x2 table


(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998. http://www.bpkp.go.id/uu/file download/2/45/438.bpkp. (Desember 12.2014).

2. Petersen PE, Yamamoto T. Improving the oral health of older people: the approach of the WHO global oral health programme. Comm Dent Oral Epidemiol; 2005:81.

3. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf. (Desember 12.2014).

4. Emini. Gigi tiruan dan perilaku ibadah. Jurnal Health Quality; 2013: 4: 28,30-1.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.depkes.go.id/download /riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. (Desember 12.2014).

6. Davis DM, Fiske J, Scott B, Radford DR. The emotional effect of tooth loss: a preliminary quantitative study. 2000; 188: 503-5.

7. Adam RZ. Do complete dentures improve the quality of life of patients?. Tesis. Western Cape: University of Western Cape, 2006: 36-42.

8. Wisatya MR, Hadnyanawati H, Suhartini. Analisis perbandingan tingkat kepuasan pasien dalam pemakaian protesa gigi tiruan lepasan yang dibuat tukang gigi dan dokter gigi di Kabupaten Jember. http://repository. unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/22859/Meirina%20Rosa%20Wisatya %20-%20101610101001_1.pdf?sequence=1 (Desember 14.2014)

9. Celebic A et al. Factors related to patient satisfaction with complete denture therapy. Geron J 2003; 58A: 948-52.


(24)

10.Hana M, A comparison of patients satisfaction and dentist evaluation of removable partial dentures therapy among Saudi female patients. JPDA 2011; 20: 239,242.

11.Gosavi SS, Ghanchi M, Malik SA, Sanyal P. A survey of complete denture patients experiencing difficulties with their prostheses. Cont Dent Prac J 2013; 14: 524-6.

12.Bhat VS, Krishna PD, Malli P. A survey to assess patient satisfaction after receiving complete denture prostheses in AB Shetty Memorial Institute of Dental Sciences. NUJHS 2014; 4: 81-4.

13.Laurina L, Soboleva U. Conctruction faults associated with complete denture

wearers’ complaints. Stomatologija, Baltic Dent and Maxillofacial J 2006; 8:

61-3.

14.Pocztaruk RdL et al. Satisfaction level and masticatory capacity in edentulous patients with conventional dentures and implant-retained overdentures. Braz J Oral Sci 2006; 5: 1233.

15.Pocztaruk RdL et al. Satisfaction level and masticatory performance of patient rehabilitated with implant-supported overdentures. Braz J Oral Sci 2009; 24: 110-14.

16.Mardan NA, Preoteasa CT, Imre M, Tancu AM, Preoteasa E. Self-reported dentures satisfaction in completely edentulous patients. Rom J of Oral Rehab 2013; 5: 88-90,94.

17.Anonymous. Facts about aging. http://www.who.int/ageing/about/facts/en/ (Desember 14.2014).

18.Huard C, Bessadet M, Nicolas E, Veyrune JL. Geriatric slim implants for complete denture wearers: clinical aspects and perspectives. Clinical, Cosmetics and Investigational Dentistry 2013; 5: 63.

19.Sihombing I. Manfaat penggunaan gigi tiruan pada lansia. http://microsite.metrotvnews.com/metronews/read/2013/05/29/3/157388/Man faat-Penggunaan-Gigi-Tiruan-pada-Lansia (Desember 14.2014).


(25)

20.Salim OC, Sudharma NI, Kusumaratna RK, Hidayat A. Validitas and reliabilitas World Health Organization Quality of Life – BREF untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia. Uni Med 2007; 26: 27-38.

21.Wangsarahardja K, Dharmawan OV, Kasim E. Hubungan antara status kesehatan mulut dan kualitas hidup pada lanjut usia. Uni Med 2007; 26: 186-94.

22.Dora Mie. Lansia. https://www.academia.edu/5829106/Lansia (Maret 26 2015).

23.Wijayanti. Hubungan kondisi fisik RTT lansia terhadap kondisi sosial lansia di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman 2008; 7: 38-41.

24.Damayanti L. Respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien usia lanjut. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/respon_ jaringan_terhadap_gigi_tiruan_lengkap.pdf (Desember 15.2014).

25.Zarb G et al. Prosthodontic treatment for edentulous patients: complete dentures and implant-supported protheses. Edisi 13. New Delhi: Elsevier, 2013: 8-9,31,36,61-8.

26.Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee, 2003: 4,14,18,60-6.

27.Baum BJ. Oral cavity. In: Rowe JW, Beidine RW. Geriatric Medicine. USA: Utile, Brown & Company, 2004: 157 - 165.

28.Zach L, Trieger N. The oral cavity. In: Biello LA. Clinical Geriatrics. Philadelphia: J.B Lippinicott Company, 2004: 657 – 671.

29.Winkler S, Massler M. Oral aspects of aging. In: Calkins E, Davis PJ, Ford AB. The Practice of Geriatrics. Philadelphia: WB Saunders Company, 2005: 477 – 481.

30.Damayanti L. Perawatan pasien lansia dengan flat ridge/flabby tissue. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/perawatan_pasien_lans iadengan_flat_ridge-flabby_tissue.pdf (Desember 15 2014).


(26)

31.Desjardins RP. The tongue as it relates to complete dentures. JADA 1974; 88: 814-6.

32.Bhupinder K et al. Tongue: The most disturbing element in mandibular denture – How to handle it?. ADR 2012; 2: 45-6.

33.Hutton B, Feine J, Morais J. Is there an association between edentulism and nutritional state?. J Can Assoc 2002; 68: 182-7.

34.Sowmya MK, Bhat V, Krishna PD. Psychological impact of edentulousness. JIADS 2011; 2: 34-6.

35.Ratmini NK, Arifin. Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup lansia. Jurnal Ilmu Gizi 2011; 2: 139-147.

36.Abbas I, Reddy PP, Anjum S, Monica M, Rao Y. Denture status, demographic factors and oral health related quality of life among 40-70 year indivuduals residing in urban and rural areas of Rangga Reddy District – a cross sectional study. IJOCR 2013; 1: 1-6.

37.Bilhan H, Geckili O, Ergin S, Erdogan O, Ates G. Evaluation of satisfaction and complications in patients with existing complete dentures. J of Oral Sci 2013; 55: 29-37.

38.Bekiroglu N, Ciftci A, Bayraktar K, Yavuz A, Kargul B. Oral complaints of denture-wearing elderly people living in two nursing homes in Istanbul, Turkey. OHDM 2012; 11: 108.

39.Pradono J, Hapsari D, Sari P. Kualitas hidup penduduk Indonesia menurut International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Buletin Penelitian Kesehatan 2009; 1: 1-10.

40.Johnson T, Wood DJ. Techniques in complete denture technology. West Sussex: Wiley-Blackwell, 2012: 4-5.

41.Al Kheraif AAA, Ramakrishnaiah R. Phonetics related to prosthodontics. Middle-East J of Sci Research 2012; 12: 31-35.

42.Basker RM, Davenport JC, Thomason JM. Prosthetic treatment of the edentulous patients. 5th Ed. West Sussex: Wiley-Blackwell, 2011: 20,24-8.


(27)

43.Maller SV, Karthik KS, Maller US. A review on diagnosis and treatment planning for completely edentulous patients. JIADS 2010; 1: 16-9.

44.Sarin S. Diagnosis & treatment planning of completely edentulous patient. http://www.authorstream.com/Presentation/rahul.ahirrao-1757342-diagnosis-treatment-planning-completely-edentulous-patients/ (3 April 2015).

45.Felix DH, Luker J, Scully C. Oral Medicine: 4. Dry mouth and disorders of salivation. http://www.exodontia.info/files/Dental_Update_2012._Oral_ Medicine_4._Dry_Mouth_Disorders_of_Salivation.pdf (3 April 2015).

46.Langais RP, Miller CS. Color atlas of common oral diseases. 2nd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1998: 56.

47.Anjaryani WD. Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Promosi Kesehatan Kajian Sumberdaya Manusia Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2009: 16.

48.Marchini L. Patients’ satisfaction with complete dentures: an update. Braz Dent Sci 2014; 17: 5-13.


(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional melalui metode pengambilan data sekunder dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien yang telah menerima perawatan gigi tiruan penuh oleh mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Medan.

3.3 Sampel

3.3.1 Besar Sampel

Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel non probabilitas secara purposive sampling, yaitu dengan mengadakan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan kemudian menetapkan sampel.

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Sesuai angka minimum yang ditetapkan Bailey dan Gay untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, sampel minimum yang digunakan adalah 30. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 33 orang.

3.3.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah:

1. Lansia berusia 55 tahun ke atas (menurut Depkes).

2. Lansia yang telah memakai GTP yang dibuat oleh mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Medan selama 1-6 bulan.


(29)

4. Lansia yang bersedia untuk diwawancarai dan menandatangani informed consent.

3.3.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah: 1. Subjek yang berusia < 55 tahun.

2. Subjek yang tidak memakai GTP. 3. Lansia yang memiliki penyakit sistemik.

4. Lansia yang menolak untuk diwawancarai dan menanda tangani Informed Consent.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas

a. Faktor sosiodemografi pasien, yang terdiri dari: 1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan

4. Pengalaman memakai GTP

b. Kondisi klinis rongga mulut pasien, yang terdiri dari: 1. Linggir alveolar

2. Mukosa 3. Lidah 4. Saliva

3.4.2 Variabel Terikat

Kepuasan pasien setelah memakai GTP

3.4.3 Variabel Terkendali


(30)

2. Gigi tiruan penuh yang dipakai dibuat oleh mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

3. Lama pemakaian GTP

3.4.4 Variabel Tak Terkendali

Kejujuran pasien dalam menjawab pertanyaan

3.5 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Pengukuran 1. Faktor

sosiodemografi 1.1 Usia 1.2 Jenis kelamin 1.3 Tingkat pendidikan 1.4 Pengalaman memakai GTP

- Lansia dini (55-64 tahun)

- Lansia (65-69 tahun) - Lansia risiko tinggi (70 tahun ke atas) Laki-laki atau perempuan - Tidak tamat SD - Tamat SD - Tamat SMP - Tamat SMA - Tamat PT

Pasien pernah memakai GTP sebelumnya atau tidak

Kuesioner -

2. Kondisi klinis rongga mulut 2.1 Bentuk linggir alveolar 2.2 Mukosa mulut 2.3 Saliva

2.4 Lidah

Bentuk dari linggir alveolar yang terdiri dari bentuk “V”, “U” dan “bulbous” Kompresibilitas mukosa yang terdiri dari normal, lunak atau keras

Keadaan saliva yang kental, encer, banyak atau sedikit

Ukuran lidah yang besar, sedang atau kecil

Data sekunder


(31)

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat No. Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Pengukuran 1. Kepuasan

pasien

Aspek kepuasan pasien pemakai GTP terhadap 7 kriteria kepuasan yaitu retensi (rahang atas dan bawah), pengunyahan, estetika, berbicara, dan kenyamanan (rahang atas dan bawah) menurut Celebic (2003).

Kuesioner 1 – sangat tidak puas 2 – tidak puas 3 – sedang 4 – puas 5 – sangat puas

Kategorik

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali No. Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil pengukuran

Skala pengukuran 1. Kesehatan

sistemik

Keadaan mengenai kesehatan pasien

- - -

2. Gigi tiruan penuh

GTP yang dibuat mahasiswa

kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

- - -

3. Lama pemakaian GTP

GTP sudah dipakai selama 1-6 bulan

- - -

Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali No. Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil pengukuran

Skala Pengukuran 1. Kejujuran

responden dalam menjawab pertanyaan Jawaban yang diberikan responden dalam menjawab kuesioner harus sesuai dengan keadaan yang dialami responden


(32)

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian 3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah subjek penelitian sesuai alamat yang tertera pada jurnal mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU.

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dijalankan pada bulan Juni-Agustus 2015.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis

2. Alat pengolahan data yaitu komputer

3.7.1.2Bahan Penelitian

1. Lembar kuesioner

2. Jurnal mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

3.7.2 Prosedur Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan surat penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan.

2. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti mengambil data sekunder subjek penelitian dari Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU. Data subjek penelitian diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Lembar kondisi klinis rongga mulut pasien diisi dengan memperoleh data dari jurnal mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU (Gambar 4).


(33)

Gambar 4. Data responden diperoleh dari jurnal mahasiswa kepaniteraan klinik

4. Peneliti memulai penelitian dengan mengunjungi rumah responden berdasarkan alamat pada rekam medik untuk mewawancara responden menggunakan kuesioner. Sebelum wawancara, peneliti memberikan penjelaskan kepada responden dan memberikan lembar Informed Consent yaitu surat persetujuan untuk ditanda tangani.

5. Peneliti mewawancarai langsung responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan untuk memperoleh data kepuasan pasien terhadap GTP dan melengkapi data sosiodemografi responden (Gambar 5).


(34)

6. Total skor kepuasan pasien pemakai GTP yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU yang diperoleh kemudian dikategorikan atas: skor 0-11 tidak puas, 12-23 sedang dan skor 24-35 puas.

7. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dengan menggunakan kartu koding (coding card) kemudian data dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik. Data yang telah dianalisa disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat kepuasan pasien lansia pemakai GTP yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU berdasarkan faktor sosiodemografi dan kondisi klinis rongga mulut pasien.

3.8 Analisis Data

Data kepuasan pasien pemakai GTP yang diperoleh dari kuesioner disajikan dengan menghitung persentasi distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan Fisher Exact. Berdasarkan hasil uji Fisher Exact dapat ditentukan variabel yang menunjukkan hubungan signifikan (p < 0,05).


(35)

3.9 Kerangka Operasional

Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Pengambilan data di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Penjelasan kuesioner pada responden dan pemberian lembar Informed Consent

Pengisian lembar kondisi klinis rongga mulut pasien dari jurnal mahasiswa kepaniteraan klinik

Analisis data

Kesimpulan

Wawancara dan pengisian kuesioner kepuasan pasien pemakai GTP

Tabulasi data


(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan Faktor Sosiodemografi

Pada penelitian ini, lansia pemakai gigi tiruan penuh (GTP) dikelompokkan menjadi empat karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman memakai GTP sebelumnya. Berdasarkan usia, pasien lansia pemakai GTP terdiri atas 21 orang pasien lansia yang berusia antara 55-64 tahun (63,6%), 6 orang pasien lansia yang berusia antara 65-69 tahun (18,2%) dan 6 orang pasien lansia yang berusia di atas 70 tahun (18,2%). Berdasarkan jenis kelamin, pasien lansia laki-laki berjumlah 14 orang (42,4%) dan pasien lansia perempuan berjumlah 19 orang (57,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan, pasien lansia dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu tidak tamat sekolah dasar sebanyak 12 orang (36,4%), tamat sekolah dasar sebanyak 7 orang (21,2%), tamat sekolah menengah pertama hanya 1 orang (3,0%), tamat sekolah menengah atas sebanyak 11 orang (33,3%) dan tamat perguruan tinggi sebanyak 2 orang (6,1%). Berdasarkan pengalaman memakai GTP sebelumnya, sebanyak 11 orang pasien lansia pernah memakai GTP sebelumnya (33,3%) dan sebanyak 22 orang pasien lansia yang tidak pernah memakai GTP sebelumnya (66,7%) (Tabel 5).

Tabel 5. Karakteristik pasien lanjut usia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan faktor sosiodemografi.

No. Variabel n %

1. Usia (tahun)

55-64 21 63,6

65-69 6 18,2

>70 6 18,2


(37)

No. Variabel n % 2. Jenis kelamin

Laki-laki 14 42,4

Perempuan 19 57,6

Jumlah 33 100

3. Tingkat pendidikan

Tidak tamat SD 12 36,4

Tamat SD 7 21,2

Tamat SMP 1 3,0

Tamat SMA 11 33,3

Tamat PT 2 6,1

Jumlah 33 100

4. Pengalaman memakai gigi tiruan penuh sebelumnya

Iya 11 33,3

Tidak 22 66,7

Jumlah 33 100

4.2 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan Kondisi Klinis Rongga Mulut

Berdasarkan kondisi klinis rongga mulut, pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dikelompokkan menjadi empat karakteristik yaitu bentuk linggir, mukosa, saliva dan ukuran lidah. Berdasarkan bentuk linggir, sebanyak 25 orang pasien lansia pemakai GTP memiliki linggir berbentuk “U” (75,8%), sebanyak 4 orang pasien lansia pemakai GTP memiliki linggir berbentuk “V” (12,1%) dan sebanyak 4 orang pasien lansia pemakai GTP memiliki linggir berbentuk bulbous (12,1%). Berdasarkan mukosa, pasien lansia pemakai GTP yang memiliki mukosa normal adalah sebanyak 24 orang (72,7%), pasien lansia pemakai GTP yang memiliki mukosa lunak adalah sebanyak 4 orang (12,1%) dan pasien lansia pemakai GTP yang memiliki mukosa keras adalah sebanyak 5 orang (15,2%). Saliva dikelompokkan kepada kualitas saliva yaitu kental atau encer, dan kuantitas saliva yaitu banyak atau sedikit. Berdasarkan saliva, pasien lansia pemakai GTP dibagi menjadi kelompok saliva kental sebanyak 8 orang (24,2%), saliva encer sebanyak 24 orang (75,8%), saliva banyak sebanyak 9


(38)

besar, sedang dan kecil. Berdasarkan lidah, pasien lansia pemakai GTP yang memiliki ukuran lidah yang besar adalah sebanyak 11 orang (33,3%), pasien lansia pemakai GTP yang memiliki ukuran lidah yang sedang adalah sebanyak 22 orang (66,7%) dan pasien lansia pemakai GTP yang memiliki ukuran lidah kecil adalah 0 (0%). (Tabel 6)

Tabel 6. Karakteristik pasien lanjut usia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan kondisi klinis rongga mulut.

No. Variabel n %

1. Bentuk linggir

Bentuk U 25 75,8

Bentuk V 4 12,1

Bentuk bulbous 4 12,1

Jumlah 33 100

2. Mukosa

Normal 24 72,7

Lunak 4 12,1

Keras 5 15,2

Jumlah 33 100

3. Kualitas Saliva

Kental 8 24,2

Encer 25 75,8

Jumlah 33 100

4. Kuantitas Saliva

Banyak 9 27,3

Sedikit 24 72,7

Jumlah 33 100

5. Lidah

Besar 11 33,3

Sedang 22 66,7

Kecil 0 0


(39)

4.3 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh dengan Faktor Sosiodemografi

Pada tabel 7 menunjukkan persentase distribusi tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP berdasarkan faktor sosiodemografi. Berdasarkan usia, pasien lansia berusia 55-64 tahun yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 18 orang (54,5%), pasien lansia yang berusia 65-69 tahun yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 3 orang (9,1%) sedangkan pasien lansia berusia di atas 70 tahun yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 2 orang (6,1%). Berdasarkan jenis kelamin, pasien lansia laki-laki yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 11 orang (33,3%) sedangkan pasien lansia perempuan yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 12 orang (36,4%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 9 orang pasien lansia yang tidak tamat sekolah dasar merasa puas memakai GTP (27,3%), pasien lansia dengan tingkat pendidikan sekolah dasar yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 4 orang (12,1%), pasien lansia dengan tingkat pendidikan sekolah menengah pertama yang merasa puas dengan memakai GTP adalah sebanyak satu orang (3,0%), pasien lansia dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas yang merasa puas memakai GTP adalah sebanyak 7 orang (21,2%) sedangkan pasien lansia dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yang merasa puas dengan memakai GTP adalah sebanyak 2 orang (6,1%). Berdasarkan pengalaman memakai GTP sebelumnya, sebanyak 4 orang pasien lansia yang pernah memakai GTP merasa puas memakai GTP (12,1%) sedangkan pasien lansia yang tidak mempunyai pengalaman memakai GTP sebelumnya yang merasa puas GTP adalah sebanyak 19 orang (57,6%).


(40)

Tabel 7. Persentase distribusi tingkat kepuasan pasien lanjut usia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan faktor sosiodemografi.

No. Faktor Sosiodemografi

Kepuasan Pasien Lansia Memakai Gigi Tiruan Penuh

Jumlah Puas Sedang Tidak Puas

n % n % n %

1. Usia (tahun)

55-64 18 54,4 4 12,1 0 0 22

65-69 3 13,0 2 6,1 0 0 5

>70 2 6,1 4 12,1 0 0 6

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

2. Jenis kelamin

Laki-laki 11 33,3 3 9,1 0 0 14

Perempuan 12 36,4 7 21,2 0 0 19

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

3. Tingkat pendidikan

Tidak tamat SD 9 27,3 3 9,1 0 0 12

Tamat SD 4 12,1 3 9,1 0 0 7

Tamat SMP 1 3,0 0 0 0 0 1

Tamat SMA 7 21,2 4 12,1 0 0 11

Tamat PT 2 6,1 0 0 0 0 2

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

4. Pengalaman memakai gigi tiruan penuh sebelumnya

Iya 4 12,1 7 21,1 0 0 11

Tidak 19 57,6 3 9,1 0 0 22

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

Pada tabel 8, uji Fisher Exact pada kelompok usia menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) dengan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP. Uji Fisher Exact menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara tingkat kepuasan dengan kelompok pengalaman memakai GTP sebelumnya, namun tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara tingkat kepuasan dengan kelompok jenis kelamin dan kelompok tingkat pendidikan. Tingkat kepuasan “tidak puas” tidak dianalisis dalam uji Fisher Exact karena tidak mempunyai nilai.


(41)

Tabel 8. Hubungan antara tingkat kepuasan pasien lanjut usia pemakai gigi tiruan penuh dengan faktor sosiodemografi.

Tingkat Kepuasan Faktor Sosiodemografi p

Kepuasan

Usia (tahun) 0,048*

Jenis kelamin 0,455

Tingkat pendidikan 0,832

Pengalaman memakai gigi tiruan penuh sebelumnya

0,006*

*hubungan signifikan (p<0,05)

4.4 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lansia Pemakai Gigi Tiruan Penuh dengan Kondisi Klinis Rongga Mulut

Pada tabel 9, menunjukkan distribusi tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP berdasarkan kondisi klinis rongga mulut. Berdasarkan bentuk linggir alveolar, pasien lansia dengan bentuk linggir “U” paling banyak merasakan puas memakai GTP yaitu 20 orang (60,6%), pasien lansia dengan bentuk linggir “V” merasakan puas memakai GTP sebanyak 2 orang (6,1%) dan pasien lansia dengan bentuk linggir bulbous sebanyak 1 orang (3,0%). Berdasarkan mukosa, pasien lansia dengan mukosa normal paling banyak merasakan puas memakai GTP yaitu sebanyak 18 orang (54,5%), pasien lansia dengan mukosa lunak yang merasakan puas sebanyak 3 orang (9,1%) dan pasien lansia dengan mukosa keras sebanyak 2 orang (6,1%). Berdasarkan kualitas saliva, pasien lansia yang memiliki saliva encer paling banyak merasakan puas memakai GTP yaitu 15 orang (45,5%), dan pasien lansia dengan saliva kental merasakan puas memakai GTP sebanyak 8 orang (24,2%). Berdasarkan kuantitas saliva, pasien dengan jumlah saliva sedikit yang merasa puas memakai GTP memiliki


(42)

merasa puas memakai GTP berjumlah 8 orang (24,2%). Berdasarkan ukuran lidah, pasien lansia dengan ukuran lidah yang sedang paling banyak merasakan puas memakai GTP yaitu 18 orang (78,3%), pasien lansia dengan ukuran lidah yang besar merasa puas memakai GTP sebanyak 5 orang (21,7%) dan tidak ada pasien lansia yang memiliki ukuran lidah yang kecil.

Tabel 9. Persentase distribusi tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan kondisi klinis rongga mulut

No. Kondisi Klinis Rongga Mulut

Kepuasan Pasien Lansia Memakai Gigi Tiruan Penuh

Jumlah Puas Sedang Tidak Puas

n % n % n %

1. Bentuk linggir

Bentuk U 20 60,6 5 15,1 0 0 25

Bentuk V 2 6,1 3 9,1 0 0 4

Bentuk bulbous 1 3,0 2 6,1 0 0 4

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

2. Mukosa

Normal 18 54,5 6 18,1 0 0 24

Lunak 3 9,1 1 3,0 0 0 4

Keras 2 6,1 3 9,1 0 0 5

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

3. Kualitas Saliva

Kental 8 24,2 0 0 0 0 8

Encer 15 45,5 10 0 0 0 25

Jumlah 23 67,9 10 30,3 33

4. Kuantitas Saliva

Banyak 8 24,2 1 3,0 0 0 9

Sedikit 15 45,5 9 27,3 0 0 24

Jumlah 23 67,9 10 30,3 0 0 33

5. Lidah

Besar 5 15,1 6 18,2 0 0 11

Sedang 18 54,5 4 12,1 0 0 22

Kecil 0 0 0 0 0 0 0


(43)

Pada tabel 10 menunjukkan hubungan antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP dengan kondisi klinis rongga mulut. Uji Fisher Exact menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP dengan bentuk linggir dan ukuran lidah, namun tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP dengan mukosa dan kualitas serta kuantitas saliva. Tingkat kepuasan “tidak puas” tidak dianalisis dalam uji Fisher Exact karena tidak mempunyai nilai.

Tabel 10. Hubungan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dengan kondisi klinis rongga mulut

Tingkat Kepuasan Kondisi Klinis Rongga Mulut p

Kepuasan

Bentuk linggir 0,040*

Mukosa 0,342

Kualitas saliva 0,071

Kuantitas saliva 0,217

Lidah 0,049*


(44)

BAB 5 PEMBAHASAN

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menggunakan kuesioner tingkat kepuasan memakai gigi tiruan penuh sebagai pengumpulan data. Penelitian ini disebut penelitian survei analitik karena penelitian diarah untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi dan mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini juga dikatakan sebagai pendekatan cross sectional karena observasi dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu saat yang diartikan setiap objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan diberikan kuesioner terkait tingkat kepuasan memakai gigi tiruan penuh untuk dilihat hubungannya dengan faktor sosiodemografi dan kondisi klinis rongga mulut.

5.1 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan Faktor Sosiodemografi

Berdasarkan usia, ditemukan kelompok lansia yang paling banyak menerima perawatan GTP terdapat pada kelompok pasien lansia yang berusia 55-64 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Celebic dkk (2003) yang menyatakan bahwa pasien yang semakin menua lebih sukar untuk mengadaptasi gigi tiruan penuh sehingga mereka merasa sulit untuk menggunakan GTP tersebut.9 Hal ini juga sama dengan penelitian Adam (2006) yang menyatakan bahwa semakin meningkat usia lansia semakin mereka merasakan tidak ada kepentingan untuk memakai GTP.7 Dari hasil penelitian, sampel pada kelompok pasien lansia usia 55-64 tahun lebih banyak karena merasakan perlu menggunakan GTP untuk aktivitas fungsional dan estetika.

Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan kelompok lansia berjenis kelamin perempuan lebih banyak menggunakan GTP. Hal ini kemungkinan disebabkan perempuan lebih cenderung edentulus berbanding laki-laki.7 Apabila perempuan


(45)

menopause, produksi estrogen menjadi semakin berkurang dan ini dapat berpengaruh terhadap pergantian dan resorpsi tulang.23 Hal ini sama juga dengan penelitian Shah (2012) yang mengatakan bahwa perempuan lebih banyak yang menerima perawatan GTP untuk memperbaiki penampilan dan estetis.50

Berdasarkan tingkat pendidikan, ditemukan kelompok pasien lansia dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar lebih banyak. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya kesadaran akan kesehatan dan hanya mendapatkan perawatan setelah diberikan motivasi dari orang lain, bukan keinginan diri sendiri.50 Hal ini dapat terlihat pada penelitian Celebic dkk (2003) yang mengatakan bahwa pasien lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah tidak menanggapi edentulus sebagai suatu masalah yang serius.9

Berdasarkan pengalaman memakai GTP, ditemukan kelompok pasien lansia yang tidak mempunyai pengalaman memakai GTP sebelumnya paling banyak. Hal ini kemungkinan disebabkan tantangan dari faktor ekonomi dan edukasi yang kurang mengenai kebaikan dan kelebihan menggunakan GTP. Kebanyakan lansia yang edentulus tidak mampu untuk mendapatkan perawatan GTP di rumah sakit gigi dan mulut dan merasakan bahwa tidak kepentingan untuk memakai GTP.50

5.2 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh Berdasarkan Kondisi Klinis Rongga Mulut

Berdasarkan bentuk linggir, ditemukan kelompok pasien lansia dengan bentuk linggir U paling banyak (75,8%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU hanya mengerjakan kasus GTP sederhana yaitu pasien dengan bentuk linggir alveolar “U”. Bentuk linggir dipengaruhi oleh resorpsi tulang akibat dari lama edentulus.24 Pada penelitian ini, sampel didominasi oleh lansia dini yaitu berusia 55-64 tahun, dimana masa kehilangan gigi tidak terlalu lama sehingga resorpsi yang parah belum terjadi.51

Berdasarkan mukosa, ditemukan kelompok pasien lansia dengan mukosa yang normal paling banyak (72,7%). Hal ini kemungkinan karena pasien lansia yang


(46)

belum terjadi degenerasi sel keratinisasi sehingga tidak terjadi penipisan mukosa. Mukokompresibilitas mukosa yang normal adalah sebesar 2 mm. Kompresibilitas mukosa yang adekuat dapat menanggung beban pengunyahan saat memakai gigi tiruan.24 Pasien yang menjadi sampel penelitian ini kebanyakan tidak pernah memakai GTP dan lama pemakaian GTP yang dibuat mahasiswa kepaniteraan juga masih belum lama untuk mengakibatkan iritasi sehingga terjadi penebalan mukosa.

Berdasarkan kualitas saliva, ditemukan kelompok pasien lansia dengan saliva yang encer merupakan paling banyak (75,8%). Kelenjar parotis merupakan salah satu kelenjar mayor yang menghasilkan saliva encer. Kebanyakan sampel penelitian berusia lansia dini yaitu sekitar 55-64 tahun masih belum mengalami atropi sel kelenjar parotis sehingga tidak terjadi perubahan komposisi saliva.7,46 Saliva yang encer adekuat untuk adhesi dan retensi sewaktu pemakaian gigi tiruan.49 Berdasarkan kuantitas saliva, ditemukan kelompok pasien lansia dengan jumlah saliva yang sedikit juga merupakan paling banyak (72,7%). Hal ini kemungkinan karena jumlah saliva yang sedikit disebabkan oleh proses degenerasi dari duktus kelenjar saliva akibat dari proses penuaan.24,42 Selain itu, jumlah aliran saliva juga dipengaruhi oleh rangsangan simpatis, seperti stres atau depresi. Lansia sering mengalami depresi akibat dari status kesehatan tubuh yang semakin menurun sehingga jumlah aliran saliva menjadi berkurang.34

Berdasarkan ukuran lidah, ditemukan kelompok pasien lansia pemakai GTP ukuran lidah sedang merupakan yang paling banyak (66,7%). Hal ini kemungkinan karena pasien lansia yang menjadi sampel penelitian ini kebanyakan terdiri dari lansia dini (55-64 tahun) yaitu 75,8%. Pasien lansia dini ini mengalami edentulus dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi pelebaran lidah yang besar. Akibat dari kehilangan gigi yang berpanjangan, lidah kehilangan dukungan untuk menetap pada tempatnya sehingga lidah melebar melebihi dari dimensinya yaitu ketinggian normal dorsum lidah harus sama dengan bidang oklusal gigi mandibula dan bagian lateral harus berkontak dengan tonjol lingual gigi mandibula. Akibat dari pelebaran lidah dari dimensi tersebut dikatakan lidah mengalami pembesaran.24,43


(47)

5.3 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh dengan Faktor Sosiodemografi

Berdasarkan usia, uji Fisher Exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara usia dengan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP, dimana pasien lansia pemakai GTP berusia 55-64 tahun paling banyak merasakan puas memakai GTP (54,5%). Hasil penelitian ini sejalan penelitian Celebic dkk (2003) mengatakan bahwa lansia dini lebih mudah untuk beradaptasi dengan pemakaian GTP dibandingkan lansia resiko tinggi.9 Hal ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Marchini (2014) mengatakan bahwa pasien yang semakin menua semakin sulit untuk beradaptasi dengan pemakaian GTP.48 Sebaliknya, dalam penelitian Marchini (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa artikel yang menyatakan tidak ada asosiasi antara GTP, gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL), usia pasien dengan tingkat kepuasan.48

Berdasarkan jenis kelamin, uji Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara jenis kelamin dengan tingkat kepuasan pasien terhadap GTP, dimana pasien lansia pemakai GTP berjenis kelamin perempuan merasakan lebih puas memakai GTP (36,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic dkk (2003) yang melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Menurut Golebiewska (1998), juga mendukung hasil penelitian ini, dimana berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara jenis kelamin dengan tingkat kepuasan pasien memakai GTP. Begitu pula dengan penelitian Brunello dan Mandikos juga (1998) tidak dapat membuktikan hubungan antara jenis kelamin pasien dengan jumlah atau jenis keluhan mengenai GTP.9 Sebaliknya, dalam penelitian Awad dan Feine (1998) mengatakan bahwa kepuasan pasien terhadap GTP sangat tergantung pada jenis kelamin.26 Hal ini karena pemakaian GTP dapat memperbaiki penampilan dan estetika dan pasien lansia perempuan lebih cenderung mementingkan penampilan dan estetika.51


(48)

kepuasan pasien lansia terhadap pemakaian GTP. Meskipun hasil uji menunjukkan tidak ada hubungan, tetapi pasien lansia pemakai GTP dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar paling banyak merasakan puas memakai GTP (27,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Shah (2014) melaporkan bahwa lansia dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan rendah yang mendapatkan perawatan di rumah sakit universitasnya merasakan puas memakai GTP disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit umum atau praktek dokter gigi dan tidak mempunyai pengetahuan mengenai GTP.50 Celebic dkk (2003) juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap GTP. Pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah merasakan lebih puas terhadap GTP secara umum, penampilan, fungsi bicara, dan kenyamanan dalam pemakaian GTP.9 Namun, hasil ini sesuai pada penelitian Adam (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pemakaian GTP.26

Berdasarkan pengalaman memakai GTP, uji Fisher Exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p <0,05) antara pengalaman memakai GTP sebelumnya dengan tingkat kepuasan terhadap pemakaian GTP, dimana pasien lansia yang tidak mempunyai pengalaman memakai GTP sebelumnya paling banyak merasakan puas terhadap GTP yang baru (57,6%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Celebic (2003) yang mengatakan bahwa pasien lansia yang kurang pengalaman memakai GTP sebelumnya memiliki skor kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh pasien ini tidak mempunyai harapan yang tinggi terhadap estetis dan psikososial berbanding pasien lansia yang pernah memakai GTP sebelumnya.7,9,50 Sebaliknya, Van Waas mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman memakai GTP sebelumnya dengan tingkat kepuasan terhadap pemakaian GTP namun ia mengakui bahwa ini akan menjadi alat yang penting untuk studi pada masa akan datang.7


(49)

5.4 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh dengan Kondisi Klinis Rongga Mulut

Berdasarkan bentuk linggir, uji Fisher Exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara bentuk linggir dengan tingkat kepuasan pasien pemakai GTP. Pada penelitian ini, pasien lansia pemakai GTP yang mempunyai bentuk linggir U kebanyakan merasa puas memakai GTP (60,6%). Hasil ini sesuai dengan penyataan dari penelitian Nallaswamy (2003) yang menyatakan bahwa bentuk linggir U memberikan retensi dan stabilitas yang ideal untuk pembuatan GTP.26 Celebic dkk (2003) menyatakan bahwa bentuk linggir mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat kepuasan pasien pemakai GTP.9 Fenlon, Sherriff dan Walter (2003) menjumpai hubungan yang kuat antara anatomi bentuk linggir dengan tingkat kepuasan terhadap pemakaian GTP.7 Sebaliknya, Van Waas (1990) menyatakan bentuk linggir tidak mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap pemakaian GTP.7

Berdasarkan mukosa, uji Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara mukosa mulut dengan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP. Pada penelitian ini, kelompok pasien lansia pemakai GTP dengan mukosa yang normal paling banyak yang merasakan puas terhadap pemakaian GTP (54,5%). Van Waas (1990) menyatakan mukosa tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP.7 Sebaliknya, Celebic dkk (2003) menyatakan bahwa mukosa yang bertindak sebagai area bantalan gigi tiruan mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan terhadap pemakaian GTP.9 Andi (2003) dalam penelitiannya juga menyatakan adanya mukosa yang tipis sering menyebabkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman pada pemakai GTP.34 Kompresibilitas mukosa untuk menahan beban pengunyahan yang normal adalah sebesar 2mm. Umumnya pasien yang memiliki mukosa yang tipis sering merasa terganggu saat pemakaian GTP akibat tidak mampu untuk menahan beban pengunyahan yang berlebihan.24,25

Berdasarkan kualitas dan kuantitas saliva, uji Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara kualitas dan kuantitias saliva dengan


(50)

pemakai GTP dengan kualitas saliva yang encer (45,5%) dan kuantitas saliva yang sedikit (45,5%) memiliki rasa puas yang paling banyak. Meskipun hasil uji Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan namun, menurut Nallasamy (2003), saliva yang encer dapat memberikan ikatan adhesi antara basis GTP dengan jaringan mukosa.26 Walaupun begitu, jumlah saliva yang sedikit dapat mengurangi ikatan adhesi tersebut.30 Hal ini mungkin kelenjar saliva itu sendiri bisa merasa sakit atau saluran kelenjar saliva tertutup akibat mengalami kerusakan dari tekanan GTP yang berkepanjangan.25 Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang memiliki saliva yang encer tetapi sedikit paling banyak yang merasakan puas terhadap pemakaian GTP. Itjingningsih (2012) menyatakan saliva yang encer dapat memberikan retensi dan ikatan adhesi antara basis GTP dengan mukosa.49 Hasil ini sejalan dengan penelitian Van Waas (1990) menyatakan tidak ada hubungan antara komposisi dan jumlah saliva dengan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai GTP.7

Berdasarkan ukuran lidah, uji Fisher Exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara ukuran lidah dengan tingkat kepuasan pasien pemakai GTP, dimana kelompok pasien lansia pemakai GTP dengan ukuran lidah yang sedang paling banyak merasakan puas memakai GTP (54,5%). Dalam penelitian ini, ukuran lidah sedang paling banyak karena faktor usia pasien lansia yang paling banyak adalah lansia dini (55-64 tahun) sehingga belum terjadinya pelebaran lidah secara drastis dan dapat mengganggu keberhasilan pemakaian GTP. Lidah menentukan peran yang penting dalam menentukan suatu keberhasilan GTP dimana ukuran dan aktivitas lidah menjadi perhatian. Ukuran lidah yang besar cenderung untuk melepaskan GTP, sedangkan ukuran lidah yang kecil tidak dapat menahan GTP pada tempatnya dengan baik.49 Zarb (2013) menyatakan bahwa lidah yang digunakan untuk fungsi pengunyahan dapat menyebabkan lidah semakin membesar dan kuat sehingga perawatan GTP menjadi tantangan bagi dokter gigi dalam pembuatan GTP yang adekuat untuk pasien dan bagi pasien pula sulit untuk mengadaptasi GTP.25 Sebaliknya, Carlsson dkk (1967) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara lidah dengan tingkat kepuasan pemakaian GTP. Van Waas (1990)


(51)

juga mengatakan hal yang sama bahwa ukuran dan posisi lidah tidak ada hubungan dengan tingkat kepuasan pemakaian GTP.7

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya jumlah sampel yang minimal karena tidak lengkapnya data rekam medik yang diperoleh dari RSGM FKG USU sehingga terjadi distribusi yang tidak merata untuk setiap variabel yang diteliti. Hal ini berpengaruh terhadap analisis data, yaitu tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square, sehingga data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Fisher Exact. Selain itu, mahasiswa kepaniteraan di Klinik Prostodonsia RSGM USU juga tidak menggunakan metoda yang sama dalam melakukan pemeriksaaan pada pasien lansia pemakai GTP sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan faktor sosiodemografi paling banyak pada pasien lansia berusia 55-64 tahun (63,6%), berjenis kelamin perempuan (42,4%) dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD (36,4%) dan tidak pernah mempunyai pengalaman memakai gigi tiruan penuh sebelumnya (66,7%).

2. Karakteristik pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan kondisi klinis rongga mulut yang paling banyak adalah pasien lansia dengan bentuk linggir “U” (75,8%), mukosa yang normal (72,7%), saliva yang encer (75,8%) dan saliva yang sedikit (72,7%) serta ukuran lidah yang sedang (66,7%).

3. Berdasarkan faktor sosiodemografi, ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dengan kelompok usia (p=0,048) dan pengalaman memakai gigi tiruan penuh sebelumnya (p=0,006), sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien pemakai gigi tiruan penuh dengan kelompok jenis kelamin (p=0,455) dan kelompok tingkat pendidikan (p=0,832).

4. Berdasarkan kondisi klinis rongga mulut, ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dengan bentuk linggir (p = 0,040) dan ukuran lidah (p = 0,049), sedangkan tidak hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien pemakai gigi tiruan penuh dengan kelompok mukosa (p=0,342) dan kualitas saliva (p=0,071) serta kuantitas saliva (p=0,217).


(53)

6.2 Saran

1. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dan lebih representatif.

2. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan peneliti dapat meneliti perbandingan pasien lansia pemakai gigi tiruan yang telah lama memakai gigi tiruan penuh agar skor kepuasan yang diperoleh lebih representatif.

3. Pada penelitian ini, masih ditemukan pasien lansia pemakai GTP yang mempunyai keluhan dalam pemakaian gigi tiruan penuh, untuk itu disarankan kepada departemen untuk lebih menekankan pentingnya pemeriksaan kondisi klinis rongga mulut secara lebih akurat serta pentingnya kontrol pasca pemasangan gigi tiruan penuh secara berkala agar dapat mengatasi keluhan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh.

4. Pada penelitian ini ditemukan mahasiswa di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tidak menggunakan metoda yang sama untuk pemeriksaan intraoral sehingga hasil diagnosis oral tidak sama bagi setiap mahasiswa, untuk itu disarankan kepada departemen untuk mengevaluasi kalibrasi pemeriksaan intraoral yang sama untuk digunakan sebagai panduan.


(54)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

Perkembangan lanjut usia (lansia) yang sangat pesat merupakan fenomena global yang menimbulkan tantangan dalam meningkatkan kesehatan fisik maupun mental. Tingginya angka penduduk lansia tersebut diikuti oleh tingginya angka permasalahan kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi yang disebabkan oleh penurunan kondisi fisik lanjut usia.4 Antara tahun 2000 dan 2050, proporsi penduduk dunia yang berusia lebih dari 60 tahun akan berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi 22%. Jumlah mutlak orang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 605 juta menjadi 2 milyar selama periode yang sama. Negara berpenghasilan rendah dan menengah akan mengalami perubahan demografi yang paling cepat dan drastis. 19

Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan jumlah penduduk lansia yang berumur 60 tahun ke atas besarnya 9,6% dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia. Angka harapan hidup penduduk Indonesia semakin meningkat dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 69,8 tahun pada periode 2005-2010.20 Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup penduduk Indonesia, maka populasi lansia juga akan meningkat. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, populasi lansia di Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai angka kurang lebih 24 juta, padahal pada tahun 2005 populasi lansia mencapai angka 18,7 juta orang atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. Indonnesia termasuk negara kelima yang akan memiliki populasi lansia yang tinggi setelah Cina, India, Amerika Serikat dan Meksiko.21,22

Memasuki usia lanjut biasanya diikuti dengan adanya penyakit kronis, kemungkinan untuk ditinggalkan pasangan, pemberhentian aktivitas atau kerja dan tantangan untuk mengalihkan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga, pekerjaan dan hubungan intim (Wolman, 1982). Menurut Papalia dkk (2001) cit


(55)

Wijayanti (2008), ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain:23

a. Primary aging

Bahwa penuaan merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).

b. Secondary aging

Proses penuaan merupakan hasil dari penyakit, kerusakan dan disuse pada tubuh yang sering kali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga kebugaran fisik dan lain-lain.

2.1.1 Pengertian

Lansia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.23 Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas 60 tahun dan masih hidup.1,23 Menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (1999) cit Wijayanti, kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Papalia (2001) cit Wijayanti, usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda .23

2.1.2 Klasifikasi

World Health Organization (WHO) dikutip oleh Wijayanti menggolongkan lansia menjadi 4 golongan yaitu:1,23

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun b. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun

c. Usia lanjut tua (old) 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun


(56)

a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia

b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)

c. Kelompok lansia risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.1.3 Perubahan Jaringan Rongga Mulut

Perubahan pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempunyai peran klinis yang penting dalam perawatan gigi pasien lansia. Perubahan-perubahan ini membuatkan prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mengurangi prognosisnya. Hal ini terutama berlaku pada perawatan prostetik dan perawatan gigi restoratif. Akibat penuaan pada pasien lansia meliputi:24

a. Perubahan tulang alveolar dan linggir alveolar

Kepadatan tulang mencapai tahap maksimum pada usia pertengahan, dimana secara substansial laki-laki memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita. Kepadatan tulang setiap ras bervariasi, bahkan antar individu, kualitas tulang dari seluruh bagian skeletal termasuk kedua rahang yang bervariasi dan menurun seiring pertambahan usia. Penurunan ini terjadi pada lanjut usia karena osteoblas kurang efisien dan kadar estrogen menurun seiring dengan penurunan keseluruhan absorbsi kalsium dari usus.25

Pada lanjut usia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang dipenuhi oleh pusat-pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang karena usia adalah ketidakseimbangan antara resorpsi dan pergantian tulang pada sistem Harversian. Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang dimana penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Selain itu, tulang biasanya lebih rapuh dengan meningkatnya jumlah fraktur mikro dari trabekula yang menipis dimana penyembuhannya yang lambat karena remodelling yang melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vaskular.24


(57)

Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat dengan tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat dan menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari linggir alveolar sering kali merupakan akibat pemakaian gigi tiruan penuh dalam jangka waktu yang panjang. Diduga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari pemakaian gigi tiruan. Pemakaian gigi tiruan mempunyai potensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya.24

Resorpsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibular menyebabkan puncak linggir alveolar mendekati foramen mental. Puncak linggir alveolar yang mengalami resorpsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorpsi berlebihan pada puncak linggir alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang.24

Pengaruh dari resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan tiga macam bentuk

linggir alveolar, yaitu bentuk “U” bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan

permukaan lingual atau palatal (retensi dan stabilitas yang ideal), bentuk “V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau (sulit untuk mendapatkan retensi dan

stabilitas yang baik) dan bentuk “bulbous” bila melebar pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong (retensi dan stabilitas yang ideal seperti bentuk

“U” namun adanya gerong menyulitkan pada saat GTP dipasang atau dilepaskan).

House mengklasifikasikan bentuk lengkung menjadi tiga yaitu, bersegi (square), tapering, dan ovoid .26

b. Perubahan sendi temporomandibular

Meskipun usia sendiri memiliki sedikit efek terhadap kemampuan pengunyahan namun pasien lansia biasanya lebih cenderung untuk mengunyah lebih perlahan dan dengan mengurangi pergerakan vertikal dari mandibular. Pergerakan mandibular dikawal oleh batang otak yang dipengaruhi oleh proprioseptor dalam otot, sendi dan mukosa. Usia lanjut dapat menunda pengolahan impuls saraf pusat, dan selanjutnya menghambat aktivitas serabut otot dan menghambat pergerakan.25


(58)

Kerusakan pada sistem neuromuskular selama proses penuaan diperkirakan merupakan disfungsi neuron motoris yang progresif, yang termanisfestasi pertama kali berupa meningkatnya ketidakmampuan neuron motoris untuk mempertahankan serabut-serabut otot dalam kondisi yang baik. Setelah neuron motoris mengalami degenerasi, neuron bersebelahan mulai tumbuh dan mengambil alih pasokan pada beberapa serabut otot.24

Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukkan perpanjangan fase kontraksi sejalan dengan usia, yang menunjukkan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibular berkaitan dengan pertambahan usia. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang ditemukan pada orang yang tidak bergigi dibandingkan yang masih bergigi. Ini membuktikan bahwa tingkat tekanan pengunyahan dan efisiensi pengunyahan berkurang dengan banyak pada pasien yang gigi aslinya sudah diganti dengan gigi tiruan.23 Kekuatan otot dapat berkurang sehingga 50% pada usia pertengahan dan lanjut usia dimana hal ini mengakibatkan kemampuan mengunyah lebih pendek dan mengambil masa yang lebih lama.24

Perubahan yang dapat terjadi pada sendi temporomandibula (STM) seiring bertambahnya usia adalah perubahan pada kondilus dan fosa agar sesuai satu sama lain, fosa menjadi lebih dangkal, pengurangan inklinasi dari dinding fosa bagian anterior dan kondilus, eminensia artikularis menjadi rata, penipisan pada diskus artikularis, perubahan pada jaringan tulang rawan sendi yaitu pengurangan ketebalan lapisan fibrokartilago pada permukaan kondilus sendi, konsistensi dari cairan sinovial menjadi kental dan jumlahnya berkurang sehingga akan mempengaruhi kelancaran pergerakan dari diskus artikularis. Adanya gangguan pada fungsi STM untuk mengunyah mengakibatkan berkurangnya asupan makanan sebagai sumber gizi.27-29


(59)

Kelenjar parotis merupakan salah satu kelenjar mayor yang menghasilkan saliva yang encer, namun apabila terjadinya atropi padal sel kelenjar ini dapat menyebabkan kualitas saliva berubah menjadi kental.7 Selain itu, terjadi perubahan pada duktur kelenjar saliva juga dapat mempengaruhi kuantitas saliva sehingga jumlah saliva yang dihasilkan semakin berkurang. Telah diketahui bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan yang normal pada pasien lansia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering akibat aliran saliva yang kurang sering ditemukan pada orang tua dibandingkan pada orang muda disebabkan oleh perubahan usia pada kelenjar itu sendiri.24 Fungsi utama dari saliva adalah sebagai pelumas, buffer dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut.24,26

Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva non stimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua. Walaupun begitu, faktor penuaan tidak lagi menjadi faktor primer dalam pengurangan saliva karena hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan umum pasien, pemakaian obat-obatan, depresi, stress, atau insomnia. Pasien yang menerima terapi radiasi pada regio kelenjar saliva biasanya akan mengalami destruksi jaringan kelenjar, mengakibatkan aliran saliva tereduksi.24,25

d. Perubahan mukosa mulut

Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propria.23,26 Berkurangnya ketebalan mukosa bervariasi, hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan mukosa dalam menerima tekanan. Secara umum mukosa memiliki kompresibilitas normal sebesar 2 mm.25 Kondisi klinis mukosa mulut yang terlihat lebih pucat, tipis, kering dengan penyembuhan yang lambat menyebabkan mukosa lebih mudah mengalami iritasi mekanis, kemis dan bakteri. Atrofi umum dapat dikaitkan dengan menurunnya produksi estrogen karena menopause.23


(60)

Warna mukosa melambangkan kesehatan mukosa itu sendiri. Mukosa yang sehat memiliki warna merah muda, namun adanya warna kemerahan yang mencolok pada mukosa menandakan terjadinya suatu inflamasi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh merokok, adanya infeksi atau penyakit sistemik dan bisa juga disebabkan oleh karena rasa sakit dari pemakaian gigi tiruan pada lansia. Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12, riboflavin dan zat besi pada diet pasien lanjut usia. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan luka, kerapuhan kapiler dan perdarahan serta pembengkakan pada gingiva.25,30

e. Perubahan lidah dan pengecapan

Lidah merupakan salah satu organ yang penting dan kompleks terutama dalam fungsi berbicara, pengecapan dan tidak dapat diganti untuk pengunyahan dan penelanan. Lidah yang kuat umumnya terkait dengan ukuran lidah yang besar. Lidah yang membesar akibat dari kehilangan gigi yang tidak diganti mungkin digunakan untuk proses pengunyahan. Kehilangan gigi mengakibatkan pasien menghancurkan makanan ke arah linggir alveolar dan palatum dengan menggunakan lidah. Seperti otot yang lain, peningkatan dari fungsi akan menyebabkan peningkatan tonisitas muskular sehingga terjadinya pembesaran lidah.31

Posisi lidah menurut Wright dibagi menjadi tiga klas, yaitu:32 1. Klas 1

Lidah mengisi dasar mulut dengan dorsal lidah ke depan dan sedikit ke bawah dari puncak insisal gigi anterior rahang bawah.

2. Klas 2

Dorsal lidah dalam posisi normal tetapi lidah melebar dan rata. 3. Klas 3

Lidah diretraksi dan menekan ke dasar mulut dengan dorsal lidah melekuk ke atas, ke bawah atau berasimilasi ke dalam tubuh lidah.

Lidah menjadi halus dan mengkilat atau merah serta meradang karena adanya atrofi pada papila lidah. Bermacam-macam gejala dapat terjadi pada mukosa lidah dengan keluhan nyeri, rasa terbakar atau sensori pengecapan yang berkurang. Sensasi ini biasanya terjadi pada orang lanjut usia atau pada wanita pasca menopause.24,25


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI . ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Praktis ... 6

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia ... 8

2.1.1 Pengertian ... 9

2.1.2 Klasifikasi ... 9

2.1.3 Perubahan Jaringan Rongga Mulut ... 10

2.2 Kehilangan Gigi ... 15

2.2.1 Dampak Emosional Kehilangan Gigi ... 15


(2)

2.3 Gigi Tiruan Penuh ... 17

2.3.1 Fungsi ... 17

2.3.2 Prosedur Diagnostik Perawatan ... 18

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan .... 21

2.4 Kepuasan Pasien ... 22

2.4.1 Pengertian ... 22

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi ... 22

2.5 Landasan Teori ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 30

2.7 Hipotesis ... 31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 32

3.2 Populasi Penelitian ... 32

3.3 Sampel Penelitian ... 32

3.3.1 Besar Sampel ... 32

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel ... 32

3.3.3 Kriteria Inklusi ... 32

3.3.4 Kriteria Ekslusi ... 33

3.4 Variabel Penelitian ... 33

3.4.1 Variabel Bebas ... 33

3.4.2 Variabel Terikat ... 33

3.4.3 Variabel Terkendali ... 33

3.4.4 Variabel Tak Terkendali ... 34

3.5 Definisi Operasional ... 34

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.6.1 Tempat Penelitian ... 36

3.6.2 Waktu Penelitian ... 36

3.7 Prosedur Penelitian ... 36

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 36

3.7.1.1 Alat Penelitian ... 36

3.7.1.2 Bahan Penelitian... 36

3.7.2 Prosedur Penelitian ... 36

3.8 Analisis Data ... 38


(3)

Berdasarkan Kondisi Klinis Rongga Mulut... 41 4.3 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia

Pemakai Gigi tiruan Penuh Dengan Faktor Sosiodemografi .... 43 4.4 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia

Pemakai Gigi tiruan Penuh Dengan Kondisi Klinis Rongga

Mulut ... 45

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh

Berdasarkan Faktor Sosiodemografi ... 48 5.2 Karakteristik Pasien Lanjut Usia Pemakai Gigi Tiruan Penuh

Berdasarkan Kondisi Klinis Rongga Mulut... 49 5.3 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia

Pemakai Gigi tiruan Penuh Dengan Faktor Sosiodemografi .... 51 5.4 Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Lanjut Usia

Pemakai Gigi tiruan Penuh Dengan Kondisi Klinis Rongga

Mulut ... 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 56 6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 34

2 Definisi operasional variabel terikat ... 35

3 Definisi operasional variabel terkendali ... 35

4 Definisi operasional variabel tidak terkendali ... 35

5 Karakteristik pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan faktor sosiodemografi ... 40

6 Karakteristik pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan kondisi klinis rongga mulut ... 42

7 Persentase distribusi tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan faktor sosiodemografi ... 44

8 Hubungan antara tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dengan faktor sosiodemografi ... 45

9 Persentase distribusi tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh berdasarkan kondisi klinis rongga mulut ... 46

10 Hubungan tingkat kepuasan pasien lansia pemakai gigi tiruan penuh dengan kondisi klinis rongga mulut ... 47


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pemeriksaan ketebalan mukosa dengan menggunakan burnisher .... 19 2 Pembesaran lidah akibat edentulus yang menutupi linggir alveolar . 20 3 Bentuk linggir alveolar ... 20 4 Data responden diperoleh dari jurnal mahasiswa kepaniteraan

klinik ... 37 5 Wawancara responden ... 37


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2 Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) 3 Kuesioner

4 Surat Izin Penelitian

5 Surat Persetujuan Komisi Etik 6 Lembar Pengolahan Data