49
pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5, maka dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas Situmorang dan Lufti, 2012:116
a. Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016
Gambar 4.3. Scatterplot variabel terikat Skor Kinerja
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu, dan tersebar baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Universitas Sumatera Utara
50
b. Uji Glejser Tabel 4.3
Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Toleranc e
VIF
1 Constant
,800 ,213
3,761 ,000
PAD -,551
1,995 -,046
-,276 ,784
,687 1,456
DAU -,490
,343 -,218 -1,430
,159 ,834
1,199 BELANJA_MODAL
-1,575 1,461
-,171 -1,078 ,287
,764 1,309
OPINI -,059
,097 -,101
-,608 ,546
,698 1,432
TEMUAN -1,336
,796 -,245 -1,679
,100 ,909
1,101 a. Dependent Variable: ABSUT
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Pada Tabel 4.3 menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel terikat absolut Ut absut. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan
Temuan Audit masing-masing di atas lebih besar dari 5, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu e
t
pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelum e
t-1
Ade Fatma et al,2007:34. Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson Test.
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
Durbin- Watson
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change 1
,526
a
,277 ,200
,58885 ,277
3,596 5
47 ,000
1,563 a. Predictors: Constant, TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI
b. Dependent Variable: SKOR_KINERJA
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Pada Tabel 4.4 terlihat nilai Durbin-Watson sebesar 1,563, dengan n = 53 dan k =
5, maka nilai dl = 1,3592 dan du = 1,7689. Nilai Durbin-Watson sebesar 1,563 yang lebih kecil dari batas atas dU 1,7689 dan kurang dari 4
– 1,7689 4 – dU dengan demikian keputusannya adalah tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
4. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model Ade Fatma et al,2007:34. Jika terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan, jika tidak terdapat korelasi antara
variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan
Variance Inflation Factor VIF. Jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,1 maka tidak terjadi masalah multikolinieritas.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics B
Std. Error
Beta Tolerance
VIF
1 Constant
2,287 ,429
5,330 ,000 PAD
4,079 4,023
,152 1,014 ,016
,687 1,456
DAU -1,631
,691 -,321 -2,360 ,022
,834 1,199
BELANJA_MODAL -3,469
2,947 -,167 -1,177 ,245
,764 1,309
OPINI ,307
,195 ,233
1,572 ,023 ,698
1,432 TEMUAN
-,087 1,605
,007 -,054 ,957
,909 1,101
a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Tabel 4.5 Menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas, hasil uji
Variance Inflation Factor VIF untuk PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit masing-masing menunjukkan nilai kurang dari 10 VIF 10
dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikansi Serempak f-test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang terdiri dari PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor Kinerja. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi
sebesar 5 atau 0,05. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53
c. H
: b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= b
5
= 0, artinya secara serempak PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit berpengaruh tidak signifikan
terhadap Skor Kinerja pada pemerintah KabupatenKota di Indonesia. d.
H
a
: minimal satu b
i
≠ 0, artinya secara serempak PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit berpengaruh signifikan terhadap
Skor Kinerja pada pemerintah KabupatenKota di Indonesia. Uji ini dilakukan dengan membandingkan F
hitung
dengan F
tabel
dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima H
a
ditolak jika F
hitung
≤ F
tabel
pada α = 5 Ho ditolak H
a
diterima jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5
Tabel 4.6 Hasil Uji-F
ANOVA
a
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
6,234 5
1,247 3,596
,008
b
Residual 16,297
47 ,347
Total 22,531
52 a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA
b. Predictors: Constant, BELANJA_MODAL, OPINI, TEMUAN, DAU, PAD
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Hasil uji F pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Sig.F sebesar 0,008 yang lebih
kecil dari 0,05 dan nilai F
hitung
sebesar 3,596 yang lebih besar dari F
tabel
yaitu 2,42. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
a
diterima, yang berarti PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
54
signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor Kinerja pada pemerintah KabupatenKota di Indonesia.
2. Uji Signifikansi Parsial t-test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas, yaitu PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor Kinerja pada pemerintah KabupatenKota di Indonesia. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan derajat signifikansi sebesar 5 atau 0,05. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung
dengan nilai t
tabel
. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
Jika t-hitung t-tabel, atau Sig. 0,05, maka Ho diterima. Jika t-hitung t-tabel, atau Sig. 0,05, maka Ha diterima.
Tabel 4.7 Hasil Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta
1 Constant
2,287 ,429
5,330 ,000
PAD 4,079
4,023 ,152
1,014 ,016
DAU -1,631
,691 -,321 -2,360
,022 BELANJA_MODAL
-3,469 2,947
-,167 -1,177 ,245
OPINI ,307
,195 ,233
1,572 ,023
TEMUAN -,087
1,605 ,007
-,054 ,957
a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Dari Tabel 4.7 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 2,287+ 4,079X
1
– 1,631X
2
– 3,469X
3
+ 0,307X
4
- 0,087X
5
+ e
Universitas Sumatera Utara
55
1. Konstanta a sebesar 2,287 memiliki arti apabila tidak ada variabel bebas
PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit maka Skor Kinerja bernilai 2,287.
2. Variabel PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor kinerja dengan
tingkat signifikansi 0,16 0,05 dan nilai t
hitung
t
tabel
yakni 1,014 1.67793 artinya jika variabel PAD ditingkatkan, maka akan baik pula kinerja
pemerintah daerah. 3.
Variabel DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap skor kinerja dengan tingkat signifikansi 0,022 0,05 dan nilai t
hitung
-2,360 t
tabel
1.67793, artinya jika variabel DAU ditingkatkan maka akan mengalami penurunan kinerja pemerintah daerah.
4. Variabel Belanja Modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap skor
kinerja dengan tingkat signifikansi 0,245 0,05 dan nilai t
hitung
-1,177 t
tabel
1.67793, artinya jika variabel belanja modal ditingkatkan maka mengalami penurunan kinerja pemerintah daerah.
5. Variabel Opini Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas
dengan tingkat signifikansi 0,023 0,05 dan nilai t
hitung
1,572 t
tabel
1.67793, artinya jika semakin wajar opini audit pemerintah maka akan meningkat kinerja pemerintah daerah di Indonesia.
6. Variabel Temuan Audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
variabel skor kinerja dengan tingkat signifikansi 0,957 0,05 dan nilai t
hitung
,054 t
tabel
1.67793, artinya jika semakin tinggi tingkat kerugian yang
Universitas Sumatera Utara
56
ditemui maka akan semakin menurun pula kinerja pemerintah daerah di Indonesia.
3. Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai R
2
mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh besar
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak ada hubungannya dengan variabel terikat.
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
R Square Change F Change
1 ,526
a
,277 ,200
,58885 ,277
3,596 a. Predictors: Constant, TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI
b. Dependent Variable: SKOR_KINERJA
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah
Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi diketahui bahwa R sebesar 0,526 yang berarti hubungan antara PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan
Audit terhadap Skor kinerja sebesar 52,6. Adjusted R Square sebesar 0,200 berarti 20 faktor yang berpengaruh
terhadap skor kinerja dapat dijelaskan oleh PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 80 dapat dijelaskan
oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
57
4.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian secara serempak diketahui bahwa nilai F
hitung
sebesar 3,596 dengan nilai signifikansi 0,008, maka dapat disimpulkan bahwa
PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak berpengaruh signifikan terhadap skor kinerja pada pemerintah kabupatenkota di
Indonesia Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:
1. Pengaruh Tingkat Kekayaan Daerah Terhadap Skor Kinerja
Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor kinerja dengan tingkat
signifikansi 0,016 0,05 dan nilai t
hitung
t
tabel
yakni 1,014 1.67793 artinya
jika variabel PAD ditingkatkan, maka akan baik pula kinerja pemerintah daerah. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tingkat
kekayaan daerah dengan proksi PAD mempunyai pengaruh positif terhadap skor kinerja diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mustikarini dan Fitriasari 2012
2. Pengaruh Tingkat Ketergantungan pada Pusat Terhadap Skor Kinerja
Berdasarkan pengujian secara parsial, variabel tingkat ketergantungan pada pusat berpengaruh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap skor kinerja
dengan tingkat signifikansi 0,022 0,05 dan nilai t
hitung
-2,360 t
tabel
Universitas Sumatera Utara
58
1.67793. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pada pusat dengan proksi DAU mempunyai pengaruh positif
terhadap skor kinerja ditolak. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasari 2012. Namun sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Juliawati et al 2012 dan Nurdin 2015.
3. Pengaruh Belanja Modal terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah
Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel Belanja Modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap skor kinerja dengan tingkat signifikansi
0,245 0,05 dan nilai t
hitung
-1,177 t
tabel
1.67793. Dengan demikian Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa belanja modal mempunyai pengaruh
positif terhadap skor kinerja ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarsana 2013 dan Nurdin 2015 yang menyatakan bahwa
belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja Pemda. Namun tidak mendukung hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasasi 2012 yang menyatakan
belanja daerah berpengaruh positif terhadap kinerja Pemda.
4. Pengaruh Opini Audit terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah
Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel Opini Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas dengan tingkat signifikansi 0,023 0,05
dan nilai t
hitung
1,572 t
tabel
1.67793. Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa opini audit bpk memiliki pengaruh positif terhadap skor
kinerja pemerintah daerah diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
59
dilakukan Mustikarini dan Fitriasari 2012 serta penelitian yang dilakukan oleh Virgasari 2009. Opini audit BPK merupakan pernyataan profesional
pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian
dengan SAP, kecukupan pengungkapan adequate disclosures, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas SPI. Semakin baik
opini audit BPK yang diperoleh, maka dapat menunjukkan semakin membaiknya kinerja pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan daerah.
5. Pengaruh Temuan Audit BPK terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah
Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel skor kinerja dengan tingkat signifikansi 0,957
0,05 dan nilai t
hitung
,054 t
tabel
1.67793. Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan bahwa temua audit bpk memiliki pengaruh negatif terhadap skor
inerja pemerintah daerah diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasari 2012 dan Nur 2014 yang menyatakan
bahwa variabel temuan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap skor kinerja. Temuan audit dalam penelitian ini adalah seberapa besar kerugian
dalam rupiah yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan