Konseptualisasi Infotainment KERANGKA TEORI
bahkan organisasi wartawan yaitu Persatuan Wartawan Indonesia PWI membentuk divisi khusus untuk infotainment.
Dari sekian banyak infotainment yang ada di televisi kita dilihat dari kontennya lebih mengedepankan nilai hiburan dari pada nilai informasi, dengan
menempatkan hiburan sebagai yang utama hal ini mengukuhkan infotainment digemari oleh masyarakat.
Walaupun program infotainment menuai pro dan kontra sebagai produk jurnalistik atau bukan, tetapi Iswandi tetap memasukan infotainment sebagai
produk baru dalam jurnalistik, namun ia menyebutkan bahwa infotainment bisa dikatakan produk jurnalistik apabila dalam peliputannya mengikuti kaidah-kaidah
jurnalistik serta infotainment harus menghilangkan kekeliruan dalam isinya yaitu tidak menjadikan gosip sebagai berita, tidak mencari-cari kesalahan narasumber,
tidak memaksa narasumber untuk dimintai keterangannya, beritanya tidak didramatisasi, harus membedakan opini dan fakta, tidak mengumbar privasi
narasumber, tidak
mengancam narasumber,
sebisa mungkin
menghindari penggunaan istilah
30
. D.
Konseptualisasi Framing Model Zongdan Pan Dan Gerald Kosicki
Analisis framing merupakan hasil dari paradigma kontruksionis, dalam analisis framing bertujuan untuk melihat bagaimana media massa mengkontruksi,
membingkai suatu berita, sehingga seorang peneliti akan mengetahui berita tersebut apakah ada keberpihakan, menjungkirkan, siapa lawan siapa, mana
30
Iswandi, Syahputra, Jurnalistik Infotainment “Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri
Televisi”h.65
kawan dan mana lawan. Di dalam sebuah berita terdapat frame yang berbeda –
beda sehingga suatu berita mempunyai arah tersendiri, kerena dalam membuat suatu berita akan ada sisi yang ditonjolkan dan sisi yang dihilangkan sehingga
dalam suatu peristiwa yang sama, berita yang ditayangkan akan berbeda. Framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki yaitu proses membuat
pesan lebih menonjol dengan menempatkan satu informasi lebih dari yang lainnya sehingga pesan lebih cepat tertuju kepada khalayak
31
. Dengan menempatkan suatu informasi yang lebih dari yang lainnya pasti ada satu informasi yang kurang
diberi penekanan sehingga informasi tersebut dianggap kurang penting oleh media.
Selain pengertian framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki beberapa tokoh dari framing, Ada yang mendifinisikan framing juga diantaranya
yaitu Robert N. Entman yang mendefinisikan framing sebagai proses seleksi isu yang
menonjolkan sisi
tertentu
32
. Penempatan
sebuah informasi
yang menempatkan informasi kepada penempatan yang khas sehingga sisi tertentu
mendapatkan perhatian yang lebih banyak ketimbang sisi yang lainnya. Sedangkan menurut William A. Gamson framing adalah suatu gagasan atau cara
bercerita yang terorganisir dalam bentuk kemasan package kemasan tersebut berupa struktur atau skema seseorang yang digunakan untuk membentuk suatu
realitas, dan menafsirkan pesan-pesan yang ia bentuk
33
. Menurut Pan dan Kosicki ada konsepsi yang saling berkaitan di dalam
framing, pertama, konsepsi prikologi, konsepsi ini dipahami bagaimana seseorang
31
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”, h.290
32
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”.h.77
33
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.78
memproses suatu informasi dalam dirinya, framing di sini di lihat sebagai penempatan suatu isu atau peristiwa dengan penempatan yang lebih menonjol,
sehingga elemen dari isu tersebut dianggap lebih penting dalam mempengaruhi membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis yaitu melihat
bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu isu dengan pandangan tertentu, dalam framing di sini bagaimana seseorang mengklasifikasikan,
mengorganisir suatu peristiwa dengan pengalaman serta pengetahuan untuk mengertikan dirinya dan realitas yang ada di luar dirinya, sehingga frame tersebut
lebih dapat dipahami dan dimengerti sebab sudah dilabeli dengan label tertentu
34
. Dalam dua konsepsi tersebut bahwa konsepsi psikologis lebih melihat kepada
proses internal dari teori kontruksi sosial dan konsepsi sosiologis lebih melihat kepada proses eksternal dari teori kontruksi sosial.
Seiring perkembangannya framing mulai digunakan dalam penelitian ilmu komunikasi dengan melihat bagaimana suatu media membentuk suatu realitas,
dengan pembentukan tersebut itulah media dapat menciptakan suatu realitas yang baru sesuai ideologi, visi dan misi media tersebut.
Dalam arti sederhana framing adalah suatu metode atau pendekatan yang didasarkan untuk mengetahui cara bagaimana wartawan mengkontruksi suatu
berita dan mengorganisir suatu gagasan ide sehingga dapat membentuk sebuah kemasan berita, seorang wartawan akan menyeleksi isu-isu tertentu, dalam
penyeleksian isu tersebut setidaknya ada sudut pandang yang dilihatnya, sehingga
34
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.291
isu tersebut ada sisi yang ditonjolkan dan sisi yang dihilangkan bertujuan untuk menarik perhatian dan mempengaruhi terhadap pemaknaan khalayak.
Model framing Zongdan Pan dan Gerald Kocisky ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat ide yang
dihubungkan kepada kutipan, latar informasi dan pemakain kalimat atau kata tertentu agar berita yang dibuat mempunyai makna dan tujuan yang diinginkan.
35
. Model ini menyebutkan bahwa ada 4 struktur untuk mengetahui pembingkaian
dan pengkontruksian suatu pemberitaan, yaitu sintakis, sintakis merupakan cara bagaimana wartawan menyusun suatu opini, pengamatan, atau kutipan atas
peristiwa sehingga menjadi sebuah berita, yang bisa di lihat dari lead, headline, latar informasi, dan sumber berita
36
. Headline merupakan suatu bingkai yang pertama yang kita bisa lihat dalam berita karena headline biasanya menunjukan
bagaimana suatu isu dikontruksi oleh wartawan dan memberi makna yang menarik khalayak. Dalam penekanan tertentu seringkali wartawan menambahkan
tanda baca dalam headline, misal penggunaan tanda baca agar memberikan makna perubahan atau tanda kutip yang menunjukan makna adanya jarak perbedaan, lead
adalah perangkat sintakis selanjutnya, lead merupakan sudut pandang wartawan terhadap suatu isu dan pemaknaannya menunjukan pandangan tertentu dari suatu
peristiwa, latar informasi biasanya wartawan akan memberikan latar belakang suatu peristiwa sehingga dengan latar belakang ini akan membawa arah berita dan
menggiring khalayak ke arah tertentu, pengutipan sumber hal ini wajib dilakukan oleh seorang wartawan, hal ini menilai ke objektifan sebuah berita karena untuk
35
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 175
36
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 176
menghilangkan keberpihakan suatu berita, titik penekanannya bahwa setiap berita yang ditulis oleh wartawan bukanlah opini wartawan itu sendiri tapi berita yang
diambil merupakan pernyataan dari narasumber
37
. Dalam struktur sintakis ini bisa dilihat pada berita yang menggunakan pola piramida terbalik, di mana dari
headline akan menarik perhatian khalayak serta memberikan suatu pemaknaan tertentu terhadap suatu berita, lalu dari unsur lead biasanya dalam pola piramida
terbalik lead-nya akan memuat yang terpenting dari sebuah berita, latar belakang sebuah berita akan memuat sebuah latar belakang dengan tujuan memberikan agar
berita mudah dipahami oleh khalayak, kutipan sumber untuk meyakinkan khalayak bahwa berita yang dimuat tidak ada keberpihakan, atau menunjukan
objektifitas berita, dan membedakan opini dengan fakta. Skrip, yaitu melihat bagaimana cara wartawan menyusun strategi atau
bertutur dalam mengemas suatu peristiwa dengan melihat unsur 5W+1H meski pola ini jarang dijumpai secara lengkap dalam sebuah berita tapi pola ini menjadi
kelengkapan sebuah berita dan menjadi penanda sebuah framing
38
. Tematik, yaitu hubungan cara wartawan mengungkapkan pandangannya
atas peristiwa ke dalam sebuah kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk kalimat secara keseluruhan
39
. Struktur ini bisa diamati dari pemakaian kalimat, pemakaian kata, dan bagaimana menempatkan kutipan sumber pada
keseluruhan teks berita. Seorang watawan mempunyai tema tertentu dalam menyusun suatu peristiwa, namun ada beberapa elemen yang harus di amati dalam
struktur ini.
37
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.297
38
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.299
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 176
Elemen tersebut ialah koherensi pertalian atau jalinan antar kata, proposisi, atau kalimat, dua buah kalimat atau proposisi yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan ketika seorang menghubungkannya, ada beberapa macam proposisi, proposisi sebab-akibat, proposisi penjelas,
proposisi pembeda
40
. Proposisi sebab akibat biasanya ditandai dengan kalimat ”sebab atau
karena”, proposisi penjelas umumnya ditandai dengan kalimat ”dan atau lalu”, sedangkan proposisi pembeda biasa memakai kalimat penghubung ”dibandingkan
atau sedangkan”
41
. Retoris, cara bagaimana wartawan memakai pemilihan kata, grafik, atau
gambar yang digunakan untuk memberikan sebuah penekanan dan bertujuan pada arti tertentu
42
. Dalam struktur ini merupakan olahan gaya atau pemakaian kata- kata tertentu untuk menggambarkan suatu peristiwa, dengan menggunakan kata
tertentu ini tujuannya untuk membangun citra atau menutupi keberpihakan suatu media, suatu peristiwa yang sama akan menggunakan kata yang berbeda.
40
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.302
41
Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”. h.303
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 176
39