yang menyatakan sikap petugas tidak baik sebesar 90,9, artinya bahwa sikap petugas pada pasien asuransi tidak baik, sehingga banyak pasien asuransi PAPS,
sedangkan pada pasien dengan biaya sendiriumum, petugas bersikap baik sebesar 57,4, artinya bahwa apabila petugas berrsikap baik terhadap pasien dengan biaya
sendiriumum sehingga pasien betah dirawat di rumah sakit supaya bisa menambah pebdapatan rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatakan hasil bahwa sikap petugas terhadap responden yang menggunakan biaya sendiriumum lebih baik
juka di bandingkan sikap petugas terhadap responden dengan asuransi, karena semakin lama pasien dengan biaya sendiriumu dirawat semakin menambah
pendapatan rumah sakit, dengan demikian petugas bersikap baik agar pasien tetap berada di rumah sakit selama perawatan tetapi karena keterjangkauan biaya obat
karena seringnya terjadi pergantian resep dokter secara mendadak yang membuat pasien baiaya sendiriumu untuk PAPS. Pasien dengan asuransi petugas bersikap
tidak baik, oleh sebab itulah pasien asuransi merasa tidak nyaman karena sikap petugas yang kurang ramah an bersahabt sehingga responden memilih untuk pulang
sebelum diizinkan oleh dokter yang merawatnyabelum sembuh.
5.3.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keputusan Pasien Untuk PAPS
Hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p=0,649 p0,05 dan tidak dapat dilanjutkan ke uji statistik regresi logistik ganda. Hal ini berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keputusan pasien untuk PAPS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Menap 2006
yang menyatakan bahwa dukungan keluarga tidak memiliki hubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
keputusan pasien untuk PAPS, karena alas an pasien untuk PAPS berkaitan dengan kinerja rumah sakit.
Berdasarkan wawancara, sebagian besar pasien PAPS pada saat dirawat di rumah sakit adanya pihak keluarga yang menunggu dan pada saat dirawat ada
keluarga yang memantau kondisi kesehatannya. Pasien PAPS dengan asuransi atau biaya sendiri rata-rata mempunyai dukungan keluarga yang baik dan pada saat di
rawat ada keluarga yang menunggu. Dukugan keluarga yang baik terhadap responden membuat responden merasa diperhatikan, tetapi responden memilih PAPS bukan
karena dukungan keluarga karena rata-rata baik pada pasien dengan asuransi atau responden dengan biaya sendiri mempunyai dukungan keluarga yang baik.
Responden memilih untuk PAPS karena alasan keterjangkauan biaya bagi pasien dengan baiay sendiriumum, sedangkan pada pasien dengan asuransi memilih PAPS
karena sikap petugas yang tidak baik menurut responden pada saat di rawat di rumah sakit.
5.3.3 Pengaruh Persepsi Tentang Penyakit Terhadap Keputusan PAPS
Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa persepsi tentang penyakit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pasien untuk
PAPS. Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan terhadap variabel persepsi tentang penyakit diperoleh nilai p=0,012 p0,05. Hasil ini sesuai demgen penelitian
yang dilakukan Nofiyanto 2013 yang menyatakan bahwa persepsi tentang penyakit mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan pasien untuk PAPS dan
menjadi alasan utama pasien pulang paksa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut asumsi peneliti berdasarkan wawancara, sebagian besar pasien melakukan pulang atas permintaan sendiri karena merasa sudah sembuh cukup besar.
Persepsi pasien terhadap kesembuhan ini sering disebut illness perception. Persepsi sehat-sakit ini sering menimbulkan masalah komunikasi. Dokter dan perawat
memiliki persepsi bahwa pasien masih dalam kondisi sakit disease sementara pasien sudah merasa keluhannya membaik sehingga merasa penyakitnya sudah hilang
sehingga pasien
memutuskan untuk
pulang walaupun
dokter tidak
mengizinkannyabelum sembuh. Responden dengan biaya sendiriasuransi merasa kondisi kesehatannya sudah
membaik sedangkan dokter yang merawatnya belum member izin untuk pulang, karena itu merupakan hak pasien makan dokter atau pihak rumah sakit tidak
mempunyai hak untuk menahan pasien walaupun kondisi penyakit pasien masih membutuhkan perawatan sehingga apabila setelah PAPS, penyakit responden
semakin bertambah berat, semau konsekuensinya menjadi tanggung jawab responden atau keluarganya sehingga responden atau kleluarga tidak bisa menuntut rumah sakit.
Responden dengan biaya sendiri atau responden dengan menngunakan asuransi memilih untuk PAPS karena menurut persepsi reponden kondisi penyakit responden
sudah membaik sedangkan tanggung jawab responden atau pekerjaan tesponden sudah menunngu, sedangkan bagi ibu rumah tangga mempunyai tanggung jawab
besar pada keluarganya.,
Universitas Sumatera Utara
80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh faktor predisposing jenis kelamin, umur, pendidikan, pengetahuan dan
lama perawatan, faktor enabling pendapatan, keterjangkauan biaya, fasilitas kesehatan dan faktor needs sikap petugas, dukungan keluarga dan persepsi tentang
penyakit terhadap keputusan pasien untuk PAPS di RSUD. Dr. Yuliddin Away Tapaktuan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dengan derajat
kepercayaan bahwa dengan 11 variabel dalam penelitian ini, terdapat 5 variabel yang memiliki hubungan terhadap keputusan pasien untuk PAPS di RSUD Dr. H.
Yuliddin Away Tapaktuan yaitu variabel pendidikan, pendapatan, keterjangkauan biaya, sikap petugas dan persepsi tentang penyakit.
2. Dari hasil analisis uji statistik multivariat dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterjangkauan biaya dan sikap petugas terhadap keputusan pasien untuk PAPS di RSUD. Dr. Yuliddin
Away Tapaktuan.
3. Variabel sikap petugas memberikan pengaruh paling besar terhadap keputusan
pasien untuk PAPS di RSUD. Dr. Yuliddin Away Tapaktuan dengan nilai koefisien B= 2,908.
Universitas Sumatera Utara