sedangkan kondisi penyakitnya belum ada perkembangan dan biaya perawatanpun semakin bertambah sehingga responden memilih untuk PAPS. Responden PAPS
dengan asuransibiaya sendiri memilih PAPS karena mempunyai pendapatan UMR, walaupun biaya berobat responden gratis karena menggunakan asuransi tetapi biaya
untuk keluarga atau transportasi yang menjaga responden sewaktu dirawat di rumah sakit semakn bertambah, artinya semakin lama pasien dirawat di rumah sakit semakin
besar biaya yang harus dibayar.
5.2.2 Pengaruh Keterjangkauan Biaya Terhadap Keputusan Pasien PAPS
Hasil analisis regresi logistik berganda menunujukkan bahwa biaya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pasien untuk PAPS karena
nilai p=0,018. Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan terhadap variabel biaya diperoleh nilai p=0,024 p0,05. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Nofiyanto 2013, yang menyatakan bahwa keterjangkauan biaya tidak ada hubungannya dengan keputusan pasien untuk PAPS. Tetapi sesuai dengan penelitian
Thenie 2002 yang menyatakan biaya mempunyai hubungan terhadap keputusan pasien untuk PAPS. Dan sesuai dengan penelitian Shirani F., dkk. 2010 yang
menyatakan bahwa biaya 34,8 mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan pasien untuk PAPS.
Hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan, pasien PAPS dengan asuransi menyatakan bahwa keterjangkauan biaya dengan kategori baik sebesar
75,9, artinya yang menyebabkan pasien asuransi PAPS bukan masalah biaya karena pasien asuransi di Aceh dominannya menggunakan JKA yang biayanya ditanggung
oleh pemerintah Aceh. Pasien PAPS dengan biaya sendiriumum menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
keterjangkauan biaya buruk sebesar 72,7. Responden PAPS asuransi tidak membayar biaya di rumah sakit tetapi responden membutuhkan biaya untuk keluarga
yang menjaga responden di rumah sakit sepeti biaya transportasi sehingga memilih untuk PAPS. Responden dengan biaya sendiri memilih untuk PAPS karena seringnya
terjadi pergantian resep yang mengharuskan respondenkeluarga untuk membeli obat lain sesuai dengan resep dokter, sedangjan obat yang sudah diresepkan sebelumnya
masih adabelum habis dan kondisi penyakit responden tidak sembuh sehingga memilih PAPS.
5.2.3 Pengaruh Fasilitas Kesehatan Terhadap Keputusan Pasien Untuk PAPS
Berdasarkan uji statistic chi square variabel fasilitas kesehatan mempunyai nilai p= 0,954 p0,05, dengan kata lain fasilitas kesehatan tidak mempunyai
hubungan dengan keputusan pasien untuk PAPS. Hal ini sesuai dengan penelitian Menap 2006, menyatakan bahwa fasilitas tidak berhubungan dengan keputusan
pasien untuk PAPS. Tidak sesuai dengan penelitian Nofiyanto 2013, yang menyatakan bahwa fasilitas kesehatan mempunyai hubungan terhadap keputusan
pasien untuk PAPS. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa
pasien PAPS dengan biaya sendiriasuransi berpendapat fasilitas kesehatan yang disediakan di rumah sakit tidak lengkap. Responden dengan biaya sendiriumum
karena memilik pendapatan yang lebih memudahkan responden untuk mecarai pelayanan yang lebih baikmampu membayar dan memilih untuk pulang sebelum
diizinkan oleh dokter yang merawatnya karena pada saat pemeriksaan penyakitnya alat yang akan digunakan tidak tersedia di rumah sakit, karena jarak dari rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
yang jauh untuk ke rumah sakit di luar kota karena RSUD Dr. H. Yuliddin Away merupakan rumah sakit satu-satunya sehingga pasien lebih memilih untuk PAPS
darpada kondisi penyakitnya tidak ada perkembangan. Begitu juga halnya dengan pasien dengan asuransi karena fasilitas yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
penyakitnya lebih lanjut tidak tersedia di rumah sakit tersebut sedangkan kondisi penyakitnya tidak sembuh sehingga memilih untuk PAPS.
5.3. Pengaruh Faktor Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk PAPS