Sejarah JKA Kebijakan Dalam JKA

baik, cahaya cukup terang, tempat duduk yang memadai, bersih dan rapi, serta menunggu giliran yang diperiksa tidak terlalu lama. 4. Informasi pelayanan, yaitu adanya berbagai peran papan informasi misalnya loket pendaftaran, jam buka dan tutup, tanda petunjuk kearah ruangan pemeriksaan dan sebagainya, dengan demikian dapat memberikan kemudahan pada pasien yang berkunjung. 5. Hak Asasi Manusia HAM dalam pelayanan, yaitu pasien diterima dengan ramah tamah, petugas bersikap baik terhadap pasien, maupun teman sekerjanya, dengan raut muka yang berseri, bersikap membantu dan melayani pasien sampai selesai. 6. Efisiensi pelayanan, yaitu tidak terjadi pemborosan dalam memberikan pelayanan, misalnya tidak memberikan antibiotik bila tidak diperlukan,tidak memberikan suntikan bila tidak diperlukan, memberikan pelayanan kesehatan datang tepat waktu sehingga tidak membuang waktu pasien menunggu Depkes RI, 2000.

2.2 Jaminan Kesehatan Aceh JKA

2.2.1 Sejarah JKA

Pemerintah Provinsi Aceh menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Aceh JKA pada 1 Juni 2010. Program ini menjangkau hingga seluruh penduduk Provinsi Aceh universal health coverage. Gubernur Propinsi Aceh drh. Irwandi Yusuf M, Sc, menempatkan Program JKA sebagai salah satu upaya meningkatkan sumber daya di Provinsi Aceh. Program JKA bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, mendorong kreatifitas dan produktivitas masyarakat Aceh untuk Universitas Sumatera Utara me nggapai visi Aceh 2015 “ Aceh Sehat Yang Islami, Mandiri, Berkeadilan dan Sejahtera. Program JKA menjembatani Aveh untuk mengakses pelayanan kesehatan. JKA menghilangkan kendala biaya ketika masyarakat Aceh berobat. Pemerintah tidak lagi memungut biaya administrasi maupun biaya pelayanan kesehatan.

2.2.2 Kebijakan Dalam JKA

Kebijakan JKA salah satu bagian yang terpenting untuk menciptakan masyarakat Aceh terlepas dari belenggu ketidakberdayaan, kesakitan, kesehatan telah manjadikan masalah tersendiri dalam masyarakat yang telah lama berusaha untuk dihilangkan.

1. Kepesertaan

Pergub Aceh nomor 56 tahun 2011 pasal 4 menyebutkan peserta JKA adalah seluruh penduduk Aceh, tidak termasuk: 1. Peserta Program Askes Sosial PT Askes Persero termasuk pejabat negara yang iurannya dibayar pemerintah, Pemerintah Aceh, dan Pemerintah KabupatenKota 2. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK Jamsostek. Penduduk Aceh adalah masyarakat yang berdomisili di Aceh dan memiliki KTP Aceh atau KK Aceh atau surat keterangan penduduk yang dibuat oleh kepala desa berdasarkan persetujuan camat setempat. Peserta JKA digolongkan menjadi dua jenis kesepertaan yaitu: 1. Peserta JKA Jamkesmas: peserta yang dibiayai oleh dana APBN diperuntukkan bagi penduduk miskin sesuai kriteria yang ditetapkan pemerintah pusat. Peserta JKA Jamkesmas juga berhak mendapatkan JKA melalui integrasi pembiayaan kesehatan antara APBN dan APBA. Universitas Sumatera Utara 2. Peserta JKA Non Jamkesmas: peserta yang dibiayai oleh dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh APBA diperuntukkan bagi penduduk yang tidak dijamin oleh program asuransi kesehatan sosial PT. Askes dan JPK Jamsostek

2. Iuran

1. Pada tiga tahun pertama 2010-2012 Pemerintah Provinsi Acehmenggangarkan setiap tahun sejumlah Rp241,9 M tahun 2010, Rp 399 M tahun 2011 dan Rp 419 M tahun 2012 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh APBA. Dana JKA tersebut digunakan untuk pembayaran kapitasi di fasilitas kesehatan dasar puskesmas dan jaringannya dan untuk pembayaran klaim rumah sakit. 2. Tahun 2014 dan selanjutnya, Pemerintah Daerah Aceh merencanakan pembatasan subsidi iuran bagi penduduk miskin dan hampir miskin. Penduduk Aceh yang bekerja mandiri dan memiliki kemampuan ekonomi wajib mengiur .

3. Tata Laksana Pelayanan Kesehatan

1. Manfaat jaminan kesehatan yang diberikan kepada peserta adalah dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh komprehensif berdasarkan kebutuhan medis sesuai dengan standar pelayanan medis. 2. Pelayanan kesehatan dalam Program JKA menerapkan pelayanan terstruktur dan berjenjang. 3. Pelayanan rawat inap tingkat lanjut diberikan diruang rawat inap kelas III. 4. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh fasilitas kesehatan harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Universitas Sumatera Utara 2.3 Konsep Pasien PAPS 2.3.1 Pengertian Pasien PAPS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelatihan Dan Supervisi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

13 100 124

Pelaksanaan Fungsi Manajerial Perawat Pelaksana di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

3 9 81

Pelaksanaan Fungsi Manajerial Perawat Pelaksana di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 11

Pelaksanaan Fungsi Manajerial Perawat Pelaksana di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 3

Pelaksanaan Fungsi Manajerial Perawat Pelaksana di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 7

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 3 17

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 2

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 8

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

1 3 21

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Needs Terhadap Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

0 0 32