Sistem Kepemimpinan KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA

19 dengan cara membeli tanah orang lain yang kebutuhan akan dijual oleh warga. Itulah sebabnya masyarakat yang seperti ini banyak memiliki lahan persawahan. Sebaliknya bagi warga yang kekurangan modal, kadang kala menjual tanahnya kepada warga yang memiliki modal tadi. Akibatnya mereka kehilangan lahan pertaniannya. Apabila mereka tidak sanggup untuk membeli lahan lagi, berarti akan mempersulit diri sendiri karena tanah sebagai sumber produksi sudah tidak dimiliki lagi. Akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam membiayai hidup sehari-hari.

2.4 Sistem Kepemimpinan

Kepeminpinan muncul bersamaan dengan lahirnya suatu peradaban manusia, yaitu sejak nenek moyang kita mengenal hidup berkumpul dan mengadakan interaksi sosial antar individu. Bekerjasama adalah faktor mendasar di dalam mempertahankan eksistensi hidup mereka yang setiap saat terancam oleh kebuasan binatang atau keganasan alam lingkungannya. Kecenderungan untuk berkumpul dan bekerjasama melahirkan kelompok- kelompok masyarakat. Di dalam kelompok itulah terjalinnya kerjasama antar warga dan melahirkan unsur-unsur kepemimpinan. Bila kita telusuri sejarah suatu bangsa tersebut untuk menaikkan taraf hidup masyarakatnya banyak ditentukan oleh kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemimpin bangsa tersebut. Peranan pemimpin sangat vital karena dapat menentukan nasib orang banyak melalui kepemimpinannya. Begitu juga apabila satu masyarakat hidup tanpa pemimpin, maka hanya kekacauanlah yang selalu didapatkan dalam hidup sehari-hari, tanpa dapat meningkatkan taraf hidupnya. Begitu pentingnya fungsi pemimpin dalam satu masyarakat, sehingga setiap masyarakat selalu mempunyai pemimpin, walaupun masyarakat tersebut Universitas Sumatera Utara 20 dalam satu kelompok kecil. Kehidupan bersama yang dilandasi oleh tujuan yang sama akan melahirkan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kecenderungan saling bergantung antara yang di pimpin dengan yang memimpin. Namun karena banyaknya pengertian kepemimpinan ini, maka sebelum melangkah lebih jauh tentang sistem kepemimpinan pada masyarakat Sipoldas, maka perlu kiranya suatu batasan penertian tentang kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang ataupun kumpulan orang secara kolektif untuk mengajak atau membawa orang dalam berbuat dan melakukan sesuatu yang dianggap penting. Sementara tinggi rendahnya mutu kepememimpinan dilihat pertama-tama dari efektivitas perbuatannya sehingga akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal. Untuk dapat mewujudkan kepemimpinan pihak pengajak sendiri harus mempunyai keunggulan tertentu terhadap pihak yang diajak dalam menjalani sesuatu. 7 1. Kepemimpinan Formal Masyarakat Desa Sipoldas yang umumnya terdiri dari petani, pedagang, pegawai negri membentuk kelompok atas dasar persamaan usahamata pencaharian, sudah barang tentu akan melahirkan kelompok petani yang berkumpul dalam lokasi persawahan jika musim tanam telah tiba. Dari sistem perkumpulan inilah baru muncul sistem kepemimpinan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan itu dapatlah diartikan sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesetiaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Secara umum pola kepemimpinan ada dua macam yaitu: Kepemimpinan formal yaitu pemimpin yang diangkat berdasarkan keputusan bersama, kemudian dilakukan suatu pengangkatan secara resmi untuk memangku suatu jabatan dalam 7 Sayidiman Suryohadiprojo, Membangun Peradaban Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 191-193 Universitas Sumatera Utara 21 struktur organisasi. Hak dan kewajiban untuk mencapai sasaran organisasi telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Pengangkatan secara resmi oleh pemerintah atas dasar diri seorang pemimpin formal di desa bukanlah merupakan suatu jaminan akan penerimaan secara baik oleh anggota-anggota organisasi kemasyarakatan yang akan dipimpinnya. Karena bisa saja pemimpin formal ini diangkat pemerintah tanpa ada persetujuan dari masyarakat. Dengan demikian akan adanya kontra antar sesama warga. Untuk itu seorang pemimpin formal itu harus berusaha keras untuk menyesuaikan dirinya dengan segenap warga masyarakat terutama kepada orang-orang yang terhormat. Pemimpin formal ini pendekatannya lebih banyak berorientasi ke atas atau kepada pemimpin yang lebih tinggi. Sementara kegiatanorganisasi sosial yang nampak di Desa Sipoldas adalah kegiatan organisasi PKK. Inipun sudah termasuk dalam stuktur organisasi LKMD, dengan kata lain organisasi PKK di desa ini bukan tumbuh sebagai kegiatan yang spontan dari masyarakat, melainkan tumbuh karena persyaratan organisasi pemerintahan masyarakat desa. Kegiatan- kegiatan PKK di Desa Sipoldas masih belum dilaksanakan sebagaiman mestinya. Kesadaran warga masyarakat belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan sehingga usaha yang diharapkan pemerintah tidak akan pernah tercapai jika kondisinya tidak diubah. Tingkat pengetahuan tentang kesejahteraan keluargapun belum sesuai dengan yang diharapkan, di mana warga desa menganggap bahwa kesejahteraan itu bukanlah kekayaan. Oleh sebab itu dalam rangka usaha mencapai kesejahteraan keluarga, mereka bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannnya sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 22 2. Kepemimpinan Informal Kepemimpinan Informal adalah kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan di mana dalam pelaksanaannya tanpa dilandasi peraturan. Telah disinggung sebelumnya bahwa sejak adanya manusia yang berkumpul dan bekerja sama maka saat itu pulalah lahir pemimpin-pemimpin masyarakat. Dalam adat masyarakat Desa Sipoldas pola kepemimpinan informal lahir bersamaan dengan kebutuhan yang berlaku ketika itu. Dengan kata lain munculnya pemimpin itu dianggap perlu untuk mengharapkan masyarakat kearah tujuan yang diinginkan dan biasanya muncul secara spontan. Pemimpin informal ini dapat dikatakan seperti ketua adat, pemimpin agama, guru mengaji, guru silat dan lain-lain dimana pengangkatannya tidak diperlukan surat keputusan SK dari pemerintah yang berwenang. Kebutuhan akan pemimpin informal ini karena kebutuhan masyarakat akan hal itu belum terpenuhi dan secara alami mendapatkan dukungan dari anggota kelompok masyarakat. Syarat-syarat dipilihnya seorang pemimpin informal ini tidak diatur dalam peraturan- peraturan atau ketentuan-ketentuan seperti yang ada dalam pemilihan pemimpin formal dalam masyrakat, tetapi dipilih berdasarkan pengakuan dari masyarakat karena: a. Mempunyai kualitas keterampilan seperti menguasai sistem adat yang berlaku. b. Memiliki kemampuan dalam mempengaruhi orang lain di dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. c. Selain bersifat jujur, arif dan bijaksana juga harus mau berkorban untuk kalangan masyarakat. d. Memiliki suatu hubungan yang baik dengan seluruh anggota masyarakat, pemerintah desa dan segala unsur-unsur pimpinan masyarakat lain. Universitas Sumatera Utara 23 Seorang ketua adat diangkat karena seorang itu memang mampu untuk mengemban tugas itu, dimana masyarakat menilai bahwa pengetahuannya tentang adat cukup banyak sehingga ia disegani oleh masyarakat tersebut. Penduduk desa selalu meminta petunjuk dan nasehat kepadanya tentang suatu persoalan yang menyangkut adat istiadat dimana semua nasehat dan anjurannya dipatuhi oleh masyarakat itu. Ketua adat istiadat di Desa Sipoldas disebut dengan Natuatuani Huta. Dalam perkembangan selanjutnya Natuatuani Huta sangat berpengaruh dan berperan dalam masyarakat yang diistilahkan oleh masyarakat setempat sebagai orang yang mempunyai keistimewaan, dimana warga masyarakat desa pada umumnya masih berpegang teguh dengan adat istiadat bahkan begitu fanatiknya hingga adat itu disanjung oleh banyak orang.

2.5 Sistem Kepercayaan