Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani di Desa Sipoldas

60 betapa pentingnya arti sebuah irigasi bagi masyarakat petani di Desa Sipoldas kecamatan Panei. Dengan tindakan ini pemerintah tidak akan melakukan kerja dua kali dalam menangani pembangunan diberbagai bidang bagi kebutuhan masyarakat khususnya petani di desa-desa.

4.3. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani di Desa Sipoldas

Kemajuan teknologi akan membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Sungguhpun demikian disadari pula bahwa pembaharuan tidaklah sesuatu yang begitu saja diterima dan disalurkan kedalam kenyataan hidup tanpa harus diseleksi terlebih dahulu. Sesuatu yang baru memang akan memikat masyarakat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau masyarakat masih akan merindukan yang lama, punya kenangan-kenangan terhadap yang silam. Maka setiap proses dalam perubahan sosial pada saatnya akan dihambat oleh keharuan serta kerinduan terhadap yang lama. Nilai semangat daripada yang baru sering kali cenderung disambut oleh keinginan untuk kembali kepada yang lama. Semua masyarakat akan menerima dengan senang hati terhadap semua usaha yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekologi mereka selama usaha itu tidak mendatangkan kesulitan. Perbaikan prasarana pertanian yang memungkinkan hasil produksi dapat ditingkatkan, akan diterima oleh petani dimanapun ia berada. Sudah barang tentu bahwa segala perbaikan dan pembaharuan itu memerlukan penyelarasan di dalam proses pelaksanaannya dan yang justru di dalam proses tersebut akan menimbulkan berbagai persoalan dan masalah yang berkaitan dengan untung rugi suatu perbaikan itu. Berbicara tentang teknologi yang diterapkan Desa Sipoldas, kita tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan dan cara-cara lama yang sudah menjadi pegangan mereka Universitas Sumatera Utara 61 ketika mengerjakan sawahnya. Kebiasaan cara-cara lama yang sudah menjadi pegangan mereka ketika mengerjakan sawahnya. Kebiasaan cara-cara lama tersebut dalam hal mencangkul, membersihkan rumput atau menuai padi. Secara umum tingkat pendapatan petani Desa Sioldas memang hanya cukup sekedar membiayai kebutuhan sehari-hari saja. Petani tersebut belum mampu untuk hidup sebagaimana layaknya orang-orang diperkotaan. Dengan kehidupan yang sekarang yang dijalani saja sudah merasa bersyukur, sekalipun hati mereka sebenarnya ada keinginan untuk hidup layak sebagaimana kehidupan orang di kota. Kehidupan yang demikian sangat erat hubungannya dengan teknologi yang diterapkan dalam pengolahan sawah. Mereka mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi pertanian yang modern sehingga dapat meningkatkan produktifitas hasil sawahnya. Kebiasaan dan cara-cara lama yang disebut diatas menyebabkan pula ada hambatan di dalam penyerapan teknologi pertanian. Penggunaan teknologi pertanian baru saja dilaksanakan oleh sebagian petani Desa Sipoldas. Penggunaan traktor dalam mengolah tanah, maupun pengalaman bibit unggul serta penggunaan pupuk bukan hal yang langka bagi petani Desa Sipoldas. Perubahan ini berjalan sekitar tahun 1990. Sebelum itu penduduk dalam mengerjakan sawahnya masih menggunakan cara-cara yang lama yang masih tradisional. Untuk melihat atau mengetahui teknologi yang diterapkan perlu kita lihat pula tahap- tahap dalam bercocok tanam. Demikian pula dalam menjelaskan teknologi itu harus ada batas yang jelas. Dalam menjelaskan teknologi pembangunan pertanian kadang-kadang kita gunakan dua istilah yang berbeda, akan tetapi dapat dianggap sama dan bahkan sering dipertukarkan karena keduanya mempunyai arti yang sama yaitu adanya perubahan teknik dan inovasi. Universitas Sumatera Utara 62 Pengertian perubahan teknik disini jelas menyangkut perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun distribusi yang mengarah kepada perbaikan dan peningkatan produktifitas. Inovasi berarti suatu penemuan baru yang berbeda dengan yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. 4.3.1. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Pemilik Lahan, Petani Penggarap, dan Buruh Tani Masyarakat Desa Sipoldas adalah masyarakat yang mengutamakan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Petani di Desa Sipoldas terdiri dari petani pemilik lahan,petani penggarap dan buruh tani. Petani pemilik lahan adalah petani yang mengolah lahan pertaniannya di lahan miliknya sendiri petani yang seperti inilah yang disebut sebagai tuan-tuan tanah. Petani penggarap adalah petani yang melakukan penggarapan di tanah milik orang lain dengan sistem sewa tanah. Mereka ini ada yang menyewa dengan membayar uang dan juga yang membayar dengan hasil panen. Selain itu ada juga yang hanya mengerjakan lahan pertanian, tetapi hasilnya bukan untuk mereka melainkan untuk pemilik tanah. Mereka ini yang lazim disebut sebagai buruh tani. Buruh Tani mendapatkan upah dari pemilik tanah sebagai hasil jerih payah mereka mengerjakan lahan pertanian sawah, maupun lahan pertanian ladang. Upah yang didapat mereka adalah berupa uang, tergantung dari luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Untuk itu tanah memegang peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi bagi petani. Pada tahun 1990 pemerintah melakukan penyuluhan pertanian didukung dengan pembangunan sarana irigasi dan masuknya teknologi pertanian modern ke Desa Sipoldas Universitas Sumatera Utara 63 seperti masuknya jenis-jenis pupuk dan traktor yang membantu petani penggarap dan pemilik tanah untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya. Akan tetapi, dengan masuknya teknologi pertanian modern ini para buruh tani banyak yang kehilangan pekerjaanya karena tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah tanah lahan pertanian ini banyak yang beralih pekerjaan menjadi tenaga mesin sehingga para buruh tani banyak yang beralih pekerjaan menjadi petani pengarap dan pedagang. 25 Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya penanganan yang serius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurangnya lapangan pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan dapat mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku tani dalam skala besar, tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi tersebut. Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik juga harus dikaji ulang mengenai dampak sosial yang ditimbulkan. Jangan sampai penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan kesenjangan sosial sehingga rentan terhadap konflik sosial. Oleh karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna, maka dalam penerapan modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan Selain dari pemerintah usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitasnya datang dari petani itu sendiri yaitu dengan membentuk organisasi organisasi. 25 Wawancara dengan T. Hutagaol, petani di Desa Sipoldas. tanggal 25 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara 64 modernisasi pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan , sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya penerapan teknologi. Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan produksi pertanian. Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan jasa. 4.3.2. Bidang Sosial Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi bila dibandingkan dengan mahluk lain ciptaan-Nya. Dalam kehidupannya sehari-hari manusia tersebut harus bermasyarakat. Dalam melakukan aktifitas masyarakat tersebut, manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam lingkungan masyarakat tersebut selalu ada yang harus dihargai atau dihormati. Selama dalam masyarakat ada selalu yang harus dihargai atau dihormati, maka selama itu pula selalu ada bibit yang menumbuhkan pelapisan dalam masyarakat itu sendiri. Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai Universitas Sumatera Utara 65 ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalahan dalam agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat. 26 Tingkatan di bawah orang kaya adalah golongan menengah. Mereka ini adalah orang- orang yang mempunyai kehidupan perekonomiannya yang cukup lumayan. Dan biasanya Secara umum masuknya mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas jika di lihat dari sudut pandang ekonomi memang sangat menguntungkan. Akan tetapi perubahan juga terjadi pada sistem sosial masyarakat yang cenderung pada peleburan kesetiakawanan sosial. Apabila kita selusuri ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini, maka akan kita lihat dengan jelas bahwa stratifikasi sosial itu ada. Hal itu dapat kita lihat ada masyarakat kaya, menengah, dan masyarakat miskin. Keberadaan keadaan ini sudah ada sejak zaman dahulukala. Stratifikasi sosial membedakan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas atau tingkatan. Dengan adanya kelas-kelas ini berarti adanya kelas yang tertingi dan kelas yang terrendah. Dan yang menjadi inti dari lapisan sosial ini adalah tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban serta tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara masyarakat. Desa Sipoldas adalah tempat masyarakat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari masyarakat yang berdiam dan beraktivitas di desa ini juga mempunyai sesuatu yang dihargai dan dihormati sehingga dalam masyarakat ini juga ada yang disebut lapisan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari lapisan tertinggi di Desa Sipoldas adalah kelompok yang kehidupan perekonomiannya cukup baik. Mereka ini lazim disebut sebagai orang kaya. Dan biasanya mereka memperoleh kekayaannya dari hasil-hasil tanah mereka yang cukup luas. Penduduk yang termasuk dalam golongan ini sangat dihormati oleh masyarakat kebanyakan. 26 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1986, hal.203 Universitas Sumatera Utara 66 tanah areal pertaniannya tidak seluas dengan tingkat orang kaya tadi. Para pegawai negeri masuk ke dalam kelompok ini, dalam kelompok ini biasanya orang yang memiliki pendidikan. Tingkatan lainnya adalah tingkatan yang kehidupan keluarganya pas-pasan, para golongan ini biasanya tidak memiliki tanah untuk areal pertanian. Untuk membutuhi kehidupan mereka sehari-hari mereka bekerja sebagai buruh tani di lahan pertanian yang membutuhkan tenaga kerja. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai tukang bangunan dan lain sebagainya. Jadi mereka ini hidup dengan mengandalkan tenaganya semata tanpa banyak mempergunakan akal dan pikiran. Sesuai dengan pekerjaannya, maka tingkat pendidikan mereka juga termasuk cukup rendah. Bila ditelusuri lebih mendalam, lapisan sosial yang ada di Desa Sipoldas dapat diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam cara berpakaian dan berbicara sudah dapat di golongkan tingkat sosialnya. Tetapi ada sebagian masyarakat itu tidak nampak bahwa tingkat sosialnya tinggi karena dari cara berpakaian dan cara berbicaranya cukup sederhana. Golongan ini biasanya adalah orang-orang tua yang mempunyai lahan pertanian yang luas yang merupakan harta warisan orang tuanya terdahulu. Dalam kehidupan adat-istiadat tingkatan pengetahuan adat atau pimpinan adat sangat tinggi. Mereka ini biasanya sebagai tempat bertanya bagi masyarakat tentang adat-istiadat, karena mereka ini dianggap mengetahui tentang seluk-beluk adat-istiadat, sesuai dengan tingkatan mereka maka suara mereka sangan menentukan dalam kehidupan adat-istiadat. Dalam kehidupan sehari-hari pengetua adat ini sangat dihormati oleh masyarakat. Selain karena pengetua adat umur mereka juga sudah lanjut. Dan masyarakat sangat menghormati orang-orang tua yang sudah lanjut usia. Universitas Sumatera Utara 67 Sesuai dengan kedudukannya sebagai pengetua adat, yang dianggap mengetahui seluk-beluk adat-istiadat, maka dalam setiap acara adat mereka ini bertugas sebagai penasehat. Karena tanpa penasehat masyarakat sangat takut membuat kesalahan dalam acara adat. Kesalahan dalam melaksanakan adat-istiadat sangat fatal akibatnya. Apabila hal itu terjadi, maka yang melaksanakan acara adat tersebut akan disubut tidak tahu adat. Agar hal tersebut tidak pernah terjadi, maka sebelum acara adat dilangsungkan, maka mereka biasanya minta nasehat dan petunjuk mengenai acara tersebut. Di Desa Sipoldas mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba. Dalam masyarakat Batak kedudukan marga sangat penting, baik itu dalam kehidupan adat-istiadat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Marga dari istri adalah marga yang dihormati, mereka ini lazim disebut sebagai hula-hula. Hula-hula ini biasanya memberikan berkat kepada pihak borunya. Tanpa kehadiran pihak hula-hula dalam satu adat-istiadat rasanya pesta tersebut kurang lengkap. Kepada pihak boru, pihak hula-hula juga harus sayang karena mereka inilah yang bekerja dalam setiap acara adat yang dilakukan oleh pihak hula-hula. Supaya pekerjaan tersebut berjalan dengan baik,maka pihak boru harus disayangi agar hatinya senang dan mereka dapat megerjakan pekerjaannya dengan baik dan tidak memalukan. Selain harus sayang kepada pihak borunya, pihak hula-hula tersebut harus membina persaudaraan dengan teman atau saudara semarga.karena mereka inilah yang menjadi temannya dalam merundingkan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan adat. Apabila hubungan kita baik dengan teman atau saudara semarga, maka mereka akan setia setiap saat untuk membantu setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Pihak keluarga yang semarga dengan hula-hula disebut sebagai dongan. Universitas Sumatera Utara 68 Dari uraian di atas maka dapat kita ambil satu kesimpulan bahwa diantara ketiga pihak tersebut harus ada kerja sama yang baik dalam setiap pekerjaan adat. Kerja sama tersebut demi terwujudnya hasil yang diinginkan. Tanpa kerjasama yang baik maka hasilnya tidak akan baik. Hasil yang tidak baik tidak pernah diharapkan dalam setiap acara adat- istiadat. 4.3.3. Dalam Bidang Ekonomi Secara umum jika dilihat dari sudut bidang ekonomi masuknya mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas memang sangat menguntungkan. Menguntungkan di sini karena semakin maraknya sistem pertanian yang di jalankan, dari sistem pertanian yang menghasilkan sekali panen menjadi sistem pertanian yang menghasilkan dua hingga tiga kali panen dalam satu tahun. Disini terlihat terjadinya perubahan yang mengarah pada peningkatan ekonomi. Pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian dalam hal ekonomi juga terlihat dari peningkatan jumlah penduduk yang menempati daerah Desa Sipoldas. Sebelum tahun 1990 yaitu tepatnya tahun 1985 jumlah penduduk di Desa Sipoldas ± 2.325 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 412kk, namun pada tahun 1990 menjadi ± 2.493 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 427kk, pada tahun 1997 jumlah penduduk di Desa Sipoldas ± 2.570 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 450kk dan di tahun 2000 jumlah penduduk Desa Sipoldas ± 2.967 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 475kk. Jika dilihat dari segi harga tanah di Desa Sipoldas pada tahun 1990 adalah sebesar 3jt untuk sawah, 2,5jt untuk ladang, 5jt untuk rumah per rente 1rente = 400 m², sedangkan tahun 1997 adalah sebesar 4jt untuk sawah, 3jt untuk ladang dan 40 juta untuk rumah dan pada tahun 2000 adalah sebesar 5jt untuk sawah , 4jt untuk ladang dan 50jt Universitas Sumatera Utara 69 untuk rumah. Dari data-data di atas dapat dilihat dengan jelas pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas. Selain daripada itu pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas dapat terlihat dengan jelas peningkatan pendapatan petani pada tahun 2000 dimana rumah-rumah warga banyak yang dibangun menjadi rumah-rumah gedung yang dahulunya hanya rumah- rumah yang sederhana yang biasa disebut dengan sopo. 4.3.4. Bidang Pendidikan Meningkatnya pendapatan ekonomi warga Desa sipoldas telah merambat pada sistem pendidikannya. Adanya pola pikir yang lebih maju telah mengantarkan anak-anak usia sekolah menjadi terjamin dalam melanjutkan jenjang pendidikan. Mereka menilai pendidikan mutlak diperluka n bagi anak cucu mereka. Anggapan bahwa sawah merupakan satu-satunya untuk mendapatkan kehidupan harus ditepiskan dari pikiran mereka karena masih ada usaha lain sebagai unit kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentunya harus melalui jalur pendidikan yang lebih baik. Sawah tidak akan selamanya memenuhi kebutuhan hidup, karena lahan akan semakin sempit, tingkat persaingan hidup akan semakin ketat. Demikian sadarnya sekarang para orang tua di Desa Sipoldas akan pentingnya pendidikan bagi anak cucu mereka mengakibatkan dalam menerapkan itu para orang tua dengan dorongan moral semakin yakin bahwa dengan adanya penyuluhan pertanian diiringi dengan masuknya mekanisasi pertanian akan mampu meningkatkan pendapatan bagi para petani. Bahkan pada sebagian besar masyarakat berusaha untuk terus-menerus melakukan pergiliran tanaman untuk mendapatkan dana guna menyekolahkan anak cucu mereka. Universitas Sumatera Utara 70 Masyarakat Desa Sipoldas mengenal pendidikan sudah sejak lama. Ini dapat dilihat pada bagian penduduk yang telah banyak menamatkan sekolah baik itu SD, SLTP dan SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel berikut ini Tabel III Kedaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan NO Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Sarjana 12 9 21 2 Sarjana Muda _ _ _ 3 SLTA 465 521 986 4 SLTP 218 221 439 5 SD 34 40 74 6 Putus Sekolah 52 46 98 Jumlah 781 837 1618 Sumber data : Kantor Kepala Desa Sipoldas, 1997 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keadaan pendidikan di Desa Sipoldas dapat dikatakan baik, hal ini dapat kita lihat dari jumlah persentase yang tamat SLTP maupun yang tamat SLTA dan sebagian masyarakat juga sudah ada yang sudah mendapat gelar sarjana. Semakin meningkatnya pendidikan maka semakin meningkat pulalah pembangunan dan informasi yang membawa pengaruh besar terhadap sistem tingkah laku maupun pola hidup yang berlaku di Desa Sipoldas termasuk persepsi masyarakat tentang pendidikan. Dari data yang di dapat di Desa Sipoldas hanya satu Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi tepat di muka jalan Desa Sipoldas. Sementara Sekolah Menengah Pertama ada dua yaitu berada di ibu kota kecamatan dan berada di Desa Simpang Raya lebih kurang dua kilo meter jaraknya Universitas Sumatera Utara 71 dari Desa Sipoldas, sedangkan Sekolah Menengah Atas hanya ada satu yaitu berada di Desa Simpang Raya. Tetapi banyak juga pemuda-pemuda yang menimba ilmu ke Ibu Kota Propinsi. Bagi anak sendiri, adanya motivasi yang kuat dari orang tua merupakan alat yang paling ampuh untuk mendorong mereka belajar lebih giat. Kepercayaan orang tua itu hampir tidak ada yang menyia-nyiakan, karena pada dasarnya anak-anak desa memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan. Sebagai gambaran nyata berkat telah terbukannya pola pikir terhadap dunia pendidikan ini, kini anak-anak Desa Sipoldas yang telah mengecap pendidikan SLTP dan SLTA jumlahnya telah meningkat, sedangkan yang menduduki perguruan tinggi sudah berkisar 21 orang pada tahun 1997. Di antara mereka yang tinggal di ibu kota besar jarang sekali mau kembali ke desanya untuk membangun desa. Mereka lebih cenderung untuk menjadi pegawai negeri guru ataupun lainnya. Dalam menentukan pekerjaan maupun ketika lagi sekolah dan jurusan mana yang diinginkan anak, peranan orang tua tidak banyak dalam mempengaruhi. Umumnya si anak dibiarkan bebas dalam memilih mana yang dianggapnya terbaik buat masa depannya. Kecenderungan ini dapat dimaklumi, karena orang tua pada prinsipnya tidak mengerti terlalu jauh bagaimana dunia pendidikan sebenarnya. Ini disebabkan karena para orang tua sendiri tidak pernah mengecap pendidikan formal sejauh jenjang yang dicapai anaknya atau bahkan mereka ada yang tidak bersekolah sama sekali. Universitas Sumatera Utara 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN