Sepintas Sejarah Pembangunan Irigasi di Desa Sipoldas

28

BAB III LATAR BELAKANG KEBERADAAN IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN

DI DESA SIPOLDAS

3.1. Sepintas Sejarah Pembangunan Irigasi di Desa Sipoldas

Ditinjau dari kesuburan tanahnya, Desa Sipoldas merupakan satu daerah yang sangat subur dan cocok untuk sebuah areal pertanian yang baik. Kesuburan tanah Desa Sipoldas ini, seperti umumnya tanah di wilayah Simalungun membuat banyak orang-orang berdatangan ke daerah ini. Kedatangan orang-orang pendatang tersebut adalah untuk mencari lahan pertanian sebagai pengganti lahan pertanian yang ditinggalkan karena kurangnya kesuburan tanah. Kedatangan mereka ini tidak menjadi satu permasalahan bagi masyarakat setempat karena tanahnya masih cukup luas untuk di usahakan. Tingkat kesuburan tanah dan masih banyaknya lahan pertanian yang kosong membuat semakin banyak orang berbondong- bondong datang ke daerah ini terutama dari daerah Tapanuli. Usaha yang pertama yang mereka lakukan adalah dengan menebang hutan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Berhubung karena sarana irigasi yang belum ada, maka mereka melakukan aktivitas pertanian darat. Pada lahan pertanian darat ini mereka menanami tanaman palawija seperti : jagung, ubi kayu, cabai, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Tanamn inilah yang ditanami oleh masyarakat Desa Sipoldas untuk menyambung hidupnya sehari-hari. Pendapatan masyarakat petani dari hasil pertanian darat memang dirasakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari hal ini dikarenakan masyarakat Desa Sipoldas masih memiliki pengetahuan yang minim dalam hal pertanian ladang. Keadaan yang tidak menentu Universitas Sumatera Utara 29 ini membuat masyarakat petani menjadi menderita dengan pendapatan yang tidak mencukupi. Hal itu dapat dilihat dengan bangunan-bangunan rumah-rumah mereka yang seadanya saja yang lazim mereka sebut dengan sopo. Dalam sopo inilah mereka berlindung dari terik matahari dan air hujan. Latar belakang kehidupan yang menyedihkan ini, membuat beberapa orang penduduk mulai berpikir untuk memajukan kehidupan mereka. Hasil pemikiran tersebut dituangkan dengan rencana membuat saluran irigasi yang sederhana agar mereka dapat memanfaatkan lahan pertanian darat menjadi lahan pertanian sawah. Dengan harapan pertanian sawah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Dengan dipimpin oleh pengetua desa, maka diadakan rapat desa untuk mematangkan rencana pembuatan sarana irigasi. Dalam akhir pertemuan di dapatkan satu kemufakatan bahwa akan dibangun sebuah saluran irigasi yang akan mengairi areal persawahan masyarakat. Saluran irigasi tersebut diharapkan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Sipoldas. Dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki kehidupan dan disertai semangat gotong- royong, maka semua masyarakat petani Desa Sipoldas membuat sarana irigasi yang sangat sederhana yaitu dengan membuat saluran-saluran dengan mengorek tanah paret. Masyarakat Desa Sipoldas sering menyebut saluran irigasi seperti ini dengan sebutan “Bondar”. Berhubung karena pekerjaan membangun saluran irigasi ini dilakukan secara gotong-royong, maka pekerjaan itu tidak dirasakan sebagai pekerjaan yang berat sampai selesainya salurn irigasi tersabut. Universitas Sumatera Utara 30 Pada tahun 1980-an saluran irigasi yang dibangun secara bersama oleh masyarakat petani sudah dapat dipergunakan untuk mengairi sawah masyarakat. 10 10 Wawancara dengan D Sidabutar, Pensiunan Guru SD, Desa Sipoldas 10 Juni 2013. Selesainnya saluran irigasi tersebut membuat masyarakat petani gembira dan mengerjakan sawah dengan tekun dengan harapan bahwa akan tiba saatnya pendapatan mereka menjadi naik. Harapan petani dengan naiknya tingkat pendapatan mereka sejalan dengan selesainya saluran irigasi tersebut memang menjadi satu kenyataan. Naiknya tingkat pendapatan masyarakat membuat kehidupan mereka sehari-hari juga mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dengan bergantinya rumah gubuk sopo menjadi rumah yang layak untuk di tempati. Keadaan kehidupan sehari-hari masyarakat petani Desa Sipoldas tidak luput dari perhatian pemerintah setempat, pemerintah tetap memonitor keadaan masyarakat. Hasil monitor dari pemerintah setempat mengungkapkan bahwa pendapatan masyarakat petani Desa Sipoldas semakin naik tingkatnya bersamaan dengan dibangunnya saluran irigasi yang sederhana tersebut. Dengan melihat perkembangan kehidupan perekonomian masyarakat petani di Desa Sipoldas, maka pemerintah mulai berpikir untuk membangun sarana irigasi teknis sebagai pengganti sarana irigasi sederhana yang dibuat oleh masyarakat sebelumnya. Dengan berpedoman dari hasil monitor tersebut, maka pada awal tahun 1990 di adakan studi kelayakan oleh team yang di bentuk oleh pemerintah. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang konkrit tentang potensi Desa Sipoldas apakah layak dikembangkan sebagai areal pertanian sawah. Universitas Sumatera Utara 31 Hasil yang didapatkan dari studi kelayakan tersebut adalah bahwa potensi Desa Sipoldas memungkinkan untuk dikembangkan sebagai daerah persawahan yang baik. 11 Proyek pembangunan irigasi ini seluruh dananya bersumber dari bantuan pemerintah hal ini dilakukan untuk mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat petani yang secara otomatis mensejahtrakan masyarakat di Desa Sipoldas dan menjadi indikator pembangunan ekonomi di pedesaan. Sementara pekerjaan ini diserahkan pada pihak swasta sementara pengawasan dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan pekerjaan yang betul dan sesuai dengan perjanjian, maka selesailah pekerjaan itu dengan baik pada tahun itu juga. Potensi Desa tersebut meliputi keadaan tanah sebagai areal persawahan, air yang akan mengairi baik secara kuantitas maupun kualitas serta medan petani itu sendiri mendukung pembangunan dan peningkatan sarana irigasi tersebut. Selain faktor itu faktor pemasaran juga menjadi perhatian team peneliti dan dianggap baik serta tidak merupakan daerah yang rawan banjir. Dengan melihat hasil dari studi kelayakan tersebut maka pada tahun 1990 dilakukanlah pembangunan pengembangan tahap awal mengenai sarana irigasi teknik oleh pemerintah. Pembangunan tahap awal tersebut adalah memodernisasi sistem sarana irigasi yaitu dengan mengganti sistem irigasi sederhana tersebut dengan sistem irigasi teknis yang terbuat dari batu. Penggantian ini untuk lebih memperkuat dan lebih tahan lama dari sitem irigasi yang sedehana sebelumnya. 12 Dengan selesainya sarana irigasi di Desa Sipoldas ini, maka makin luaslah areal pertanian yang mendapat air. Sebelum digantinya sarana irigasi tersebut, sarana irigasi 11 Wawancara dengan Loli Risna Napitupulu, Sekretaris Desa Sipoldas, 10 Juni 2013. 12 Wawancara dengan Harmal Sinaga, Kepala Desa Sipoldas, 10 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara 32 sederhana itu hanya dapat mengairi sebagian lahan pertanian masyarakat. Maka setelah selesainya sarana irigasi ini, telah dapat mengairi seluruh areal pertanian di Desa Sipoldas. Selesainnya bangunan sarana irigasi ini, bukan membuat selesainnya masalah yang dihadapi oleh para petani. Selesainnya satu masalah yaitu masalah pengairan sawah, tetapi muncul kemudian masalah yang lain seperti seringnya penduduk terlibat perselisihan air, kaena tidak meratanya pembagian air ke sawah-sawah penduduk serta tidak adanya pola tertib tanam di antara para petani. Tidak adanya pola tertib tanam ini membuat meluasnya hama penyakit tanaman seperti hama wereng dan tikus. Selama tidak adanya kesatuan di antara petani maka masalah-masalah di atas tidak akan pernah teratasi. Melihat keadaan yang tidak menentu ini, maka pemerintah terjun langsung ke Desa Sipoldas untuk memberi penyuluhan agar dapat memanfaatkan sarana irigasi ini, diiringi dengan masuknya mekanisasi di bidang pertanian seperti penggunaan bibit unggul dan pengunaan pupuk serta melestarikan sarana irigasi tersebut sehingga pendapatan masyarakat Desa Sipoldas akan meningkat. Untuk meningkatkan hasil produksinya datang juga dari petani, dengan demikian dibentuklah organisasi-organisasi di bidang pertanian seperti Gapoktagabungan kelompok tani. 13 1. Jadwal tanam. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi para petani, misalnya masalah penggunaan air arigasi tersebut. Dengan demikian untuk mengatasi masalah penggunaan air irigasi tersebut Gapokta mengadakan musyawarah yang menentukan : 2. Memberi masukan-masukan terhadap petani. 3. Mengusahakan dan mengawasi agar tata tertib tanam dapat bekerja dengan baik. 13 Wawancara dengan S. Situmorang, Pengetua Adat, Simpang Raya, 28 mei 2013. Universitas Sumatera Utara 33 4. Menyelesaikan perselisihan air di antara penduduk pemakai air irigasi. 5. Mengendalikan para petani yang telah melanggar peraturan, yang telah disepakati. 6. Mencegah meluasnya hama penyakit seperti wereng dan tikus yang dapat merusak tanaman padi. 7. Mengatur pembagian air ke sawah-sawah para petani sebagai pemakai air irigasi. 8. Memberi masukan-masukan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah-masalah pengairan bila di tanya. 9. Mengerakkan gotong-royong di antara penduduk yang merupakan kawasan irigasi. Untuk lebih memudahkan pekerjaan yang dilaksanakan oleh organisasi ini, maka pemeritah setempat membentuk Panitia Pengairan Desa PPD. Panitia Pengairan desa ini bekerja dengan mengurus satu desa dan hanya berwenang dalam lingkungan desanya. Panitia Pengairan desa ini terdiri dari : 1. Ketua merangkap anggota : Kepala kampung 2. Sekretaris merangkap anggota : Petugas pengairan 3. Anggota : Salah seorang PPD 4. Anggota : Gamot-gamot di kampung yang bersangkutan Dalam susunan pengurus ini mempunyai titik kelemahan yaitu dalam kedudukan sekretaris sangat sulit diisi karena personil dari pengairan sangat terbatas. Disamping kelemahan ada juga keuntungan dalam kepengurusan ini yaitu dalam jabatan ketua yang dijabat oleh kepala kampung. Keuntungannya adalah karena kepala kampung merupakan adminstratur tunggal di desanya sehingga sebagai ketua ia dapat melaksanakan koordinasi yang baik. Panitia Pengairan Desa yang bekerja sesuai dengan instruksi mempunyai tugas-tugas yang tidak ringan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 34 1. Mengusulkan perbaikan-perbaikan sarana irigasi di desa yang bersangkutan apabila ada kerusakan. 2. Merencanakan pembagian air yang adil dan merata pada musim kemarau dan sesuai dengan luasnya sawah. Hal ini dilakukan secara bergiliran atau bergolongan. 3. Merencanakan jadwal tanam di daerah-daerah pengairan. 4. Meneliti hasil-hasil percobaan padi untuk menetapkan klasifikasi sawah-sawah yang ada. 5. Hal-hal lain yang berhubungan pengaturan air di desa, misalnya: perselisihan air. Selain dari Panitia Pengairan Desa dibentuklah satu lagi organisasi yang disebut Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A. Perkumpulan Petani Pemakai Air didirkan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani antara lain dengan meningkatkan produksi prtaniannnya dengan usaha memperbaiki pengairan secara kerjasama gotong-royong antara petani, disamping memcahkan persoalan-persoalan diluar bidang pengairan yang dihadapi para petani.Selain dari pada tujuan, Perkumpulan Petani Pemakai Air ini didirikan dengan maksud agar supaya: 1. Pemeliharaan, pebaikan serta pembuatan saluran-salursan atau bangunan-bangunan irigasi dapat dikerjakan secara gotong-royong oleh P3A yang diatur secara bergiliran sehingga saluran-saluranbangunan-bangunan pengairan tetap terpelihara dan dapat bekerja sebagaimana mestinya. 2. Pembagian air dapat dilaksanakan dan diatur seefisien mungkin. Penggunaan air tidak boros sehingga dapat dicegah pertengkaran-pertengkaran yang disebabkan oleh saling memperebutkan air diwaktu malam hari. Universitas Sumatera Utara 35 3. Mengatur besarnya iuran untuk para petani anggota P3A didasarkan atas luas tanah yang diairi, sehingga biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan selalu tersedia. 4. Agar peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Desa atau P3A ditaati dan dijalankan dngan baik, demikian pula sanksi yang dijatuhkan kepada yang melakukan pelanggaran, agar ketertiban tetap terjamin. Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam menjalankan roda organisasinya terdiri dari pengurus dan anggota. Kepengurusan P3A dipilh dari para anggota P3A yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Para pengurus dan anggota P3A masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang saling berbeda. Para pengurus P3A mempunyai hak yaitu: 1. Mendapatkan jasa menurut keputusan musyawarah organisasi. 2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan pada anggota. Sementara yang menjadi kewajibannya adalah : 1. Memegang dan memelihara administrasi dan organisasi. 2. Memungut iuran dari wajib dari para anggota. 3. Menyimpan sebaik-baiknya hasil iuran dan dana oorganisasi. 4. Menyampaikan perintah-perintah dari lembaga-lembaga pemerintah. 5. Menggantikan kerugian akibat kelalaian pengurus. 6. Meresncanakan, memelihara dan membangun bangunan baru. 7. Mengadakan rapat menurut seperlunya. 8. Menyediakan bahan yang diperlukan untuk menyadap air dari saluran ke sawah- sawah petani. Sementara itu para anggota juga mempunyai hak dan kewajiban, hak-hak anggota yaitu: 1. Setiap anggota berhak mendapatkan pelayanan yang adil dalam hal kebutuhan air. Universitas Sumatera Utara 36 2. Berhak mengajukan pengaduan kepada tingkatan yang lebih tinggi dalam perkumpulan bila merasa dirugikan atau dilanggar haknya. 3. Berhak memilih atau dipilih menjadi pengurus P3A. Sedangkan kewajiban anggota yaitu : 1. Setiap panen menyerahkan iuran untuk tiap-tiap Ha menurut hasil musyawarah. 2. Turut bergotong-royong memperbaiki saluran air dan pintu-pintu air jika terjadi kerusakan-kerusakan. 3. Sebulan sekali memperbaiki saluran air. Semua organisasi yang dibentuk memiliki peraturan-peraturan yang di tetapkan. Ini mempuyai tujuan yang sangat baik, agar keseluruhan irigasi tersebut dapat dirawat dengan baik.

3.2 Kronologis Perubahan Irigasi dan Mekanisasi Pertanian Di Desa Sipoldas