Sistem Pemilikan Tanah KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA

17 Marmahan adalah istilah yang berlaku di Desa Sipoldas untuk memberi makan hewan peliharaan seprti kerbau. Hewan peliharaan tersebut di giring ke tengah-tengah padang rumput, yang letaknya lumayan jauh dari perkampungan. Tugas marmahan yang paling penting adalah menjaga agar hewan ternak tersebut tidak memasuki lahan pertanian penduduk, karena bisa saja hewan tersebut masuk lahan pertanian dan merusaknya. Di Desa Sipoldas berlaku apa yang dinamakan denda apabila hewan peliharaan memasuki serta merusak pertanian milik warga, denda tersebut berupa uang. Ketika musim sawah tiba barulah hewan-hewan tersebut digiring untuk merancah sawah. Hewan yang digembalakan dalam marmahan ini bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain yang sepenuhnya diupahkan kepada orang yang sepenuhnya diberi tugas mengembalakan ternak tersebut. Upah yang diberikan dapat berupa uang tetapi ada juga yang berupa ternak dengan ketentuan setiap kelahiran lima ekor ternak barulah sipengembala mendapat seekor kerbau. b. Berdagang Pekerjaan sambilan yang lain yang ada di Desa Sipoldas adalah berdagang, seperti menjual hasil-hasil kebun dan tambak. Hasil-hasil kebun ini berupa cabai, terong, pisang, kelapa, dan lain-lain. Sementara itu hasil tambak seperti ikan mas, lele, dan lain-lain. Setiap penduduk yang mengerjakan pekerjaan sambilan ini akan menjual dagangannya setiap hari Selasa, rabu, dan Sabtu karena pada hari inilah pasar yang ada di Kecamatan Panei

2.3 Sistem Pemilikan Tanah

Negara Indonesia adalah salah satu yang berkembang di Asia yang masih menerapkan sistem pertanian sebagai andalan sektor non migas. Dengan kata lain bahwa pertanian Universitas Sumatera Utara 18 memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Ini dapat dibuktikan dari besarnya penduduk yang mengandalkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanain atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Besarnya peranan pertanian di Indonesia tentunya akan memberikan dorongan bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat petani untuk memilki lahan pertanian yang dapat dijadikan sumber produksi. Oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai cara untuk dapat memiliki lahan pertanian baik yang ada di wilayah tempat tinggalnya atau di luar dari desanya. Ada suatu anggapan jika seorang petani itu telah memilki lahan pertanian, maka mereka akan dapat mengatasi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Mereka hanya bekerja di sektor pertanian karena disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Desa Sipoldas adalah desa yang pada umumnya dapat dikatakan bahwa penduduk desa tersebut rata-rata bergerak di sektor pertanian yang otomatis memerlukan lahan pertanian yang luas untuk pemenuhan hidup mereka. Mengenai sistem pemilikan lahantanah yang berlaku di Desa Sipoldas terdiri dari dua jenis yang sampai saat ini masih berlaku. Ada warga yang memiliki tanah dari warisan orang tua, ada juga yang diperoleh dengan membeli dari warga lain. Luas pemilikan tanah yang diperoleh dari warisan orang tua pada tiap-tiap penduduk juga berlainan tergantung dari luas tanah dan jumlah keluarganya. Jika orang tuanya dahulu memiliki tanah yang luas tentu anaknya akan mendapatkan tanah yang luas juga setelah dibagi dengan anggota keluarga yang lain. Sebaliknya bila orang tuanya tidak memiliki tanah yang luas tentunya anak-anak mereka juga akan memperoleh warisan tanah yang tidak begitu luas. Selanjutnya bila dilihat pada kondisi perekonomian masyarakat yang cukup mampu dan memiliki harta yang banyak akan mudah memperoleh ataupun menambah lahannya Universitas Sumatera Utara 19 dengan cara membeli tanah orang lain yang kebutuhan akan dijual oleh warga. Itulah sebabnya masyarakat yang seperti ini banyak memiliki lahan persawahan. Sebaliknya bagi warga yang kekurangan modal, kadang kala menjual tanahnya kepada warga yang memiliki modal tadi. Akibatnya mereka kehilangan lahan pertaniannya. Apabila mereka tidak sanggup untuk membeli lahan lagi, berarti akan mempersulit diri sendiri karena tanah sebagai sumber produksi sudah tidak dimiliki lagi. Akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam membiayai hidup sehari-hari.

2.4 Sistem Kepemimpinan