10
BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA
IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN
2.1 Letak Geografis
Desa Sipoldas adalah salah satu desa dari 367 desa yang ada dalam wilayah kecamatan panei kabupaten simalungun. Desa Sipoldas terdiri dari 7 dusun Sipoldas
Adapun Desa Sipoldas berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Pamabean Panai
- Sebelah Selatan dengan PTPN IV - Sebelah Barat dengan Nagori Bangun Rakyat
- Sebelah Timur dengan PTPN IV Secara keseluruhan Desa Sipoldas merupakan wilayah yang sangat subur karena Desa
Sipoldas adalah desa yang terletak di daerah dataran tinggi sehingga desa ini sangat cocok digunakan sebagai lahan pertanian.
Keadaan jalan dan sarana transportasi menuju Desa Sipoldas juga sudah cukup baik. Jalan-jalan desa sudah lebar, begitu juga jalan penghubung antara dusun-dusun di Desa
Sipoldas. Sebagian besar jalan-jalan desa telah beraspal namun ada juga jalan yang desa ini masih berupa tanah biasa, tetapi sudah ada batu-batauan yang menopang jalan.
2.2 Sistem Mata Pencaharian
Desa Sipoldas adalah desa yang terletak di daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan tanahnya yang subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pertanian. Pada awalnya
penduduk yang datang ke Desa Sipoldas berusaha menebang hutan untuk dijadikan areal perladangan. Melihat tanahnya yang subur, maka mereka menetap dan kemudian memanggil
sanak saudaranya.
Universitas Sumatera Utara
11 Bertambahnya penduduk dan semakin hilangnya hutan yang akan ditebang, sehingga
lahan pertanian yang akan digarap juga semakin kecil. Sehingga para masyarakat petani ini mulai berpikir bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian tanpa meluaskan areal pertanian
yang digarap intensifikasi. Realisasi dari usaha meningkatkan hasil pertanian tanpa meluaskan areal pertanian, maka dibuatlah oleh masyarakat petani saluran irigasi yang sangat
sederhana yaitu dengan membuat saluran-saluran dengan mengorek tanah paret. Masyarakat Desa Sipoldas sering menyebut saluran irigasi seperti ini dengan sebutan
“Bondar”. Dengan adanya irigasi ini maka hasil yang di dapatkan oleh petani semakin meningkat.
Secara umum sistem mata pencaharian penduduk Desa Sipoldas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel I Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian No
Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani
987 2
Pedagang Kecil 92
3 Pegawai Negri
18 4
Pegawai Swasta 81
5 Lain-lain
279 Jumlah
1457 Sumber data : Kantor Kepala Desa Sipoldas 1997
Jika dilihat dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Sipoldas umumnya bekerja dalam sektor pertanian. Petani ini terdiri dari petani pemilik tanah, petani
penggarap, dan buruh tani. Petani pemilik tanah adalah petani yang memiliki areal pertanian sendiri dan sistem garapannya dilakukan oleh kelompok keluarganya. Petani penggarap
adalah petani yang melakukan penggarapan di tanah milik orang lain dengan sistem sewa
Universitas Sumatera Utara
12 tanah. Mereka ini ada yang menyewa dengan membayar uang dan ada juga yang membayar
dengan hasil panen. Selain ada juga yang hanya mengerjakan lahan pertanian tetapi hasilnya bukan untuk mereka tetapi untuk pemilik tanah. Mereka ini yang lazim disebut sebagai buruh
tani. Buruh tani mendapatkan upah dari pemilik tanah dari hasil jerih payah mereka mengerjakan lahan pertanian sawah maupun lahan pertanian ladang. Upah yang didapat
mereka adalah berupa uang, tergantung dari luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Buruh tani dipakai jika seorang petani memiliki tanah yang cukup luas, sehingga petani tersebut
memerlukan jasa mereka. Secara umum sistem pertanian yang berlaku di Desa Sipoldas adalah pertanian lahan
keringberladang dan pertanian lahan basah sawah. Pertanian lahan kering berladang dikerjakan secara sambilan di dalamnya ditanami tanaman palawija misalnya jagung, kacang-
kacangan, buah-buahan, dan tanaman keras seperti kopi, durian, rambutan, mangga dan lain- lain. Tanah yang dijadikan lahan perladangan berada jauh dari lokasi pemukiman penduduk.
Sementara itu bertani di lahan basah atau dikenal dengan bersawah ditanami padi yang menjadi mata pencaharian pokok dari sinilah kebutuhan sehari-hari dipenuhi.
Selain sebagai petani masyarakat Desa Sipoldas ada juga yang bekerja sebagai pegawai negri, pedagang kecil, dan lain-lain. Mereka ini bekerja paruh waktu dan selesai
bekerja mereka ada juga yang melakukan pekerjaan sampingan seperti bertani dan beternak. Mengingat ada dua tipe kegiatan pertanian di ladang dan di sawah maka dalam
membicarakan tehnologi pertanianpun perlu dipisahkan antara pertanian di ladang dan pertanian di sawah.
Universitas Sumatera Utara
13 a.
Ladang. Penduduk Desa Sipoldas yang sebahagian besar masih hidup dalam taraf tradisional
tidak terlepas dari tradisi yang dianutnya dalam mengerjakan kebun atau ladang. Pembersihan ladang dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Alat-alat yang
dipakai adalah parang, sabit dan cangkul. Yang dimaksud dengan tanah ladang ialah tanah- tanah yang ditumbuhi semak belukar. Pada umumnya mereka para petani bekerja sendiri
bersama keluarganya. Apabila tanah ladang banyak ditumbuhi semak-semak dan rumput serta lahannya
yang luas maka pemilik ladang tersebut biasanya akan memperkerjakan orang untuk membersihkan ladangnya sehinnga dapat ditanami dengan tanaman palawija. Pada bulan
Oktober lahan yang telah ditebas tadi dibakar, sesudah memilih emilih kayu-kayu yang akan dijadikan pagar maupun kayu bakar. Kebun mulai ditanam pada bulan November sesudah
beberapa kali hujan turun. Penanaman jagung dilakukan kaum ibu sedangkan bapak mengerjakan pagarnya. Alat yang dipakai untuk membagi tanah sebagai tempat bibit jagung
dan kacang adalah sepotong kayu yang diruncingkan ujungnya. Caranya seorang membuat lubang ditanah dengan menancapkan kayu tadi dan seorang atau lebih memasukkan benih
kedalamnya. Kacang buncis dan jagung ditanam bersama dalam satu lubang, agar kacang tersebut menjalar pada batang jagung. Semua tanaman yang ditanam diladang tidak pernah
dipupuk, sehingga kesuburan tanaman dan hasil yang akan diperoleh tergantung kepada kemurahan alam semata-mata. Termasuk curah hujan sangat mempengaruhi hasil yang akan
diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
14 Setelah panen jagung dijemur bersama kulitnya kemudian diikat dan digantung.
Selesai seluruh panen termasuk kacang-kacangan maka dibawa pulang untuk disimpan di lumbung atau tempat-tempat yang sudah disediakan untuk menyimpan bahan makanan.
b. Sawah
Sitem bersawah yang berlaku di Desa Sipoldas dilaksanakan pada bulan Agustus atau awal bulan September, karena pengolahan sawah pada umumnya tergantung sepenuhnya
pada curah hujan. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan cukup bayak dan sumber-sumber air seperti sungai sudah sangat melimpah. Tanah-tanah sawah yang dikerjakan harus digenangi
air agar tanahnya menjadi beceklembek. Selanjutnya sistem pembajakan dengan menggunakan tenaga kerbau masih sangat efisien dilaksanakan.
Di Desa Sipoldas terdapat dua cara dalam mengerjakan sawah yaitu : Pertama, dengan menggunakan hewan. Tenaga hewan sangat berperan dalan dunia pertanian
tradisional. Jenis hewan yang berperan terutama kerbau. Pada umumnya kerbau dipergunakan untuk mengolah tanah pertanian hingga siap ditanami. Kerbau dipergunakan
untuk menarik bajak. Dalam hubungan ini kerbau jantan lebih banyak dipergunakan daripada kerbau betina. Untuk menarik bajak dipergunkan dua ekor kerbau. Kerbau selalu
dipasangkan dengan kerbau dari kelamin yang sejenis. Kerbau pada umumnya dipergunakan di tanah-tanah pertanian yang bertanah liat sehingga tidak memungkinkan untuk
mempergunakan bajak. Kedua, dengan menggunakan cangkul saja, jadi tenaga manusia sangat berperan aktif. Cara yang kedua ini sudah jarang dilakukan masyarakat, mengingat
setiap penduduk umumnya memilki kerbau. Kalaupun tidak memiliki hewan peliharaan seperti kerbau, penduduk tersebut akan menyewa milik petani lain. Sewa setiap ekor kerbau
Universitas Sumatera Utara
15 diperhitungkan dengan padi. Bila panen gagal sewa kerbau masih dapat ditunda. Bila berhasil
sedikit maka sewa kerbau tersebut akan mendapat prioritas. Jenis pengairan yang digunakan sebelum masuknya irigasi dapat dikatakan masih
menggunakan sistem pengairan yang sangat sederhana yaitu membuat saluran-saluran sejenis paret yang berkedalaman setengah hingga satu meter. Untuk melaksanakan proses produksi
diperlukan tenaga-tenaga pelaksana. Ada beberapa jenis tenaga pelaksana yang terlibat di dalam proses produksi ekonomi pertanian tradisional antara lain : Tenaga Upahan, Tenaga
Tanpa Upah dan Tenaga Pemilik. Keterlibatan mereka merupakan suatu perwujudan tanggapan aktif masyarakat dalam menanggapi lingkungannya yang bersumber kepada
dorongan sosial dan dorongan unutuk mempertahankan hidup. Dorongan sosial berarti keterlibatan mereka terutama disebabkan oleh harkat diri mereka sebagai mahluk sosial.
Dorongan untuk mempertahankan hidup melahirkan tingkah laku yang dalam hubungan ini bersifat ekonimis. Di Desa Sipoldas dalam melaksanakan proses produksi di lahan pertanian
dibagi atas tiga sistem pengolahan yaitu : 1.
Tenaga Upahan Untuk penggarapan sawah yang luas, seorang petani pemilik lahan banyak
menggunakan tenaga upahan. Diperlukan atau tidaknya tenaga upahan itu tergantung dari tenaga yang tersedia dikeluarga inti. Pada tahap permulaan proses produksi, yaitu
pada tahap pengolahan tanah seorang petani sering kali memerlukan tenaga upahan untuk mengendalikan bajak. Begitu pula pada tahapan selanjutnya hingga panen tiba.
Mengenai upah tergantung pada kesepakatan. 2.
Tenaga Tanpa Upah
Universitas Sumatera Utara
16 Tenaga tanpa upahan berarti tenaga-tenaga yang terlibat di dalam suatu pekerjaan
tidak didasarkan atas upah. Mereka terlibat dalam kegiatan gotong-royong yang merupakan suatu sistem yang dianut masyarakat sejak lama. Menurut
Koentjaraningrat, gotong-royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga yang tentunya untuk mengisi kekurangan tenaga dalam
lingkaran aktivitas bercocok tanam tolong-menolong.
5
Lebih jauh Koentjaraningrat membagi gotong-royong menjadi dua bagian yaitu : gotong-royong tolong-menolong
dan gotong-royong kerja bakti.
6
3. Tenaga Pemilik
Di kalangan Desa Sipoldas gotong-royong sebagai suatu sistem masih dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan. Jika ditinjau dari segi penggeraknya gotong-royong
pada masyarakat Sipoldas terbagi atas tiga corak yaitu yang digerakkan oleh religi dan adat, yang digerakkan oleh adanya permintaan dari pemilik kerja dan yang di gerakkan
oleh suatu badan di luar religi dan adat.
Dikatakan dengan tenaga pemilik adalah tenaga petani yang menggarap tanahmiliknya sendiri. Biasanya petani yang mampu mengarap tanah miliknya sendiri dan seluruh
tahapan proses produksi adalah petani-petani yang tidak memiliki tanah yang luas. Dengan begitu dari sistem pengolahan tanah seperti membajak hingga panen tiba
dilakukan sepenuhnya oleh keluarga petani sendiri. Masyarakat Desa Sipoldas mempunyai pekerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang
setelah panen. Pekerjaan sambilannya antara lain : a.
Marmahan mangembalakan kerbau
5
Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1993, hal.57.
6
Ibid. Hal. 60.
Universitas Sumatera Utara
17 Marmahan adalah istilah yang berlaku di Desa Sipoldas untuk memberi makan hewan
peliharaan seprti kerbau. Hewan peliharaan tersebut di giring ke tengah-tengah padang rumput, yang letaknya lumayan jauh dari perkampungan. Tugas marmahan yang paling
penting adalah menjaga agar hewan ternak tersebut tidak memasuki lahan pertanian penduduk, karena bisa saja hewan tersebut masuk lahan pertanian dan merusaknya. Di
Desa Sipoldas berlaku apa yang dinamakan denda apabila hewan peliharaan memasuki serta merusak pertanian milik warga, denda tersebut berupa uang. Ketika musim sawah
tiba barulah hewan-hewan tersebut digiring untuk merancah sawah. Hewan yang digembalakan dalam marmahan ini bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain
yang sepenuhnya diupahkan kepada orang yang sepenuhnya diberi tugas mengembalakan ternak tersebut. Upah yang diberikan dapat berupa uang tetapi ada juga yang berupa
ternak dengan ketentuan setiap kelahiran lima ekor ternak barulah sipengembala mendapat seekor kerbau.
b. Berdagang
Pekerjaan sambilan yang lain yang ada di Desa Sipoldas adalah berdagang, seperti menjual hasil-hasil kebun dan tambak. Hasil-hasil kebun ini berupa cabai, terong, pisang,
kelapa, dan lain-lain. Sementara itu hasil tambak seperti ikan mas, lele, dan lain-lain. Setiap penduduk yang mengerjakan pekerjaan sambilan ini akan menjual dagangannya setiap hari
Selasa, rabu, dan Sabtu karena pada hari inilah pasar yang ada di Kecamatan Panei
2.3 Sistem Pemilikan Tanah