Pengaruh Irigasi Terhadap Petani Di Desa Sipoldas

49 keseluruhannya membutuhkan biaya. Pemilik sawah dalam hal ini tidak mau tahu karena peraturan sistim bagi hasil di Desa Sipoldas memang demikian, yaitu biaya produksi dan pemeliharaan di tanggung sepenuhnya oleh si penggarap. Pemilik sawah hannya berpedoman bahwa kelak apabila panen, dia menerima sewa tanah dari hasil sawahnya. Cara seperti itu tentu akan mengurangi hasil bersih yang diterima oleh si penggarap. Sehingga hasil yang diperoleh dari mata pencarian pokok, baik petani pemilik maupun petani penggarap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil yang diperoleh dari mata pencaharian pokok mereka setelah diuangkan tergantung harga yang berlaku pada saat panen terakhir, yakni harga gabah atau padi basah pada saat panen. Misalnya harga padi basah pada waktu panen Rp 10.000,-kaleng, rata-rata petani Desa Sipoldas memiliki tanah 20x20 meter, biasanya hasil dari luas persawahan itu sebesar 50 kaleng. Jadi kalau dihitung secara ekonomi, maka pendapatan petani setiap sekali panennya adalah Rp500.000,-. Bila dilihat dari penghasilan setiap sekali penen memeng tidak mencukupi untuk biaya hidup keluarga petani.

4.2. Pengaruh Irigasi Terhadap Petani Di Desa Sipoldas

Kemajuan teknologi akan membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Sungguhpun demikian disadari pula bahwa pembaharuan tidaklah sesuatu yang begitu saja diterima dan disalurkan kedalam kenyataan hidup tanpa harus diseleksi terlebih dahulu. Sesuatu yang baru memang akan memikat masyarakat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau masyarakat masih akan merindukan yang lama, punya kenangan-kenangan terhadap yang silam. Maka setiap proses dalam perubahan sosial pada saatnya akan dihambat oleh keharuan serta kerinduan terhadap yang lama. Nilai semangat daripada yang baru sering kali cenderung Universitas Sumatera Utara 50 disambut oleh keinginan untuk kembali kepada yang lama. 23 Desa Sipoldas adalah daerah yang mayoritas penduduknya sebagai petani, peranan pertanian dalam pembangunan perekonomian desa tersebut sangat vital dan besar. Oleh karena itu untuk memajukan perekonomian desa, maka salah satu jalan adalah dengan Begitu pula halnya dengan adanya proyek irigasi sebagai wujud dari pembangunan dan teknologi dikalangan masyarakat Desa Sipoldas yang tentunya akan membawa pengaruh positif, yang juga merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat setempat. Kebanggan itu karena dapat mempengaruhi sikap hidup masyarakat, baik itu peningkatan pendapatan ataupun peningkatan pola pikir masyarakat desa kearah yang lebih maju. Pengaruh lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat tentunya ada juga yang bersifat negatif. Masyarakat berarti tidak bangga dengan adanya sarana irigasi di desa mereka, walaupun pengaruh negatif ini tidak seluruhnya berlangsung pada semua aspek kehidupan masyarakat. Kondisi dilapangan yang muncul sekarang di Desa Sipoldas banyak dijumpai masyarakat menjual tanahnya yang lokasinya jauh dari sarana irigasi. Mereka berusaha untuk mencari lahan yang memang dekat dengan lokasi irigasi. Kemudian ada gejala lain yang menunjukkan bahwa masyarakat pada tahun-tahun terakhir ini telah melakukan perubahan pola tanam yaitu dari tanaman palawija menjadi tanaman pertanian padi sawah. Tanaman yang sebelumnya yang mereka tanami seperti jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan lain-lain sudah jarng mereka laksanakan. 4.2.1. Sistem Pertanian 23 Ibid. Hal. 39 Universitas Sumatera Utara 51 meningkatkan hasil produksi pertanian. Tanpa adanya peningkatan hasil produksi pertanian, maka pembangunan perekonomian desa tidak akan pernah terwujud. Desa sipoldas adalah daerah agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Seperti disebut diatas maka pendapatan petani ini harus ditingkatkan jika ingin pembangunan perekonomian desa terwujud. Usaha meningkatkan pendapatan petani harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah desa dan petani itu sendiri. Dalam usaha meningkatkan hasil pertaniannya, para petani sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun kesulitan- kesulitan sering dialami oleh para petani tersebut. Kesulitan tersebut muncul akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pertanian. Kurangnya pengetahuan masyarakat ini membuat mereka susah menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul seperti serangan hama wereng. Akibatnya adalah produksi pertanian mengalami penurunan. Di Desa Sipoldas para petani mengolah lahan pertaniannya adalah dengan cara tradisional, yaitu dengan mempergunakan alat-alat pertanian yang amat sederhana. Pada awalnya mereka belum mengenal apa itu yang disebut pupuk dan juga peralatan yang serba mekanis. Pada awal mereka berada di Desa Sipoldas, penduduk bertani secara perladangan berhubung karena belum adanya sarana irigasi. Hasil yang didapat mereka tidak memadai, hal itu terlihat dengan rumah-rumah kecil yang mereka sebut dengan sopo. Dengan dasar kekurangan pendapatan ini, maka penduduk Desa Sipoldas merencanakan membuat sarana irigasi agar mereka dapat mengganti areal perladangan dengan areal persawahan. Dengan dipimpin seorang kepala desa disepakati membuat sarana irigasi yang sangat sederhana dengan membuat paret. Dengan dibangunnya irigasi ini diharapkan pendapatan para petani Desa Sipoldas akan meningkat. Semua pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan Universitas Sumatera Utara 52 sarana irigasi sederhana ini dibiayai sepenuhnya oleh rakyat atas dasar gotong-royong dan tanggung jawab bersama. Namun sarana irigasi sederhana ini memiliki banyak kekurangan misalnya sarana irigasi sederhana ini hannya dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan air bagi masyarakat petani. Dengan demikian pada awal tahun 1990 oleh pemerintah dibangunlah sarana irigasi teknis sebagai pengganti sarana irigasi sederhana yang dibuat oleh masyarakat. Dengan dibangunnya sarana irigasi ini maka penduduk mengalihkan pertanian dari pertanian ladang ke pertanian sawah. Pertanian sawah ini masih tetap menggunakan cara tradisional, dimana pemupukan belum berjalan dengan semestinya. Begitu juga dengan pemberantasan hama tanaman belum ditangani secara benar dan serius. Marsiadapari adalah sistem sosial yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menggambarkan satu kesatuan dalam mewujudkan satu cita-cita. Marsiadapari adalah cara pekerjaan sawah dengan bergoyong-royong. Cara ini biasanya dilakukan dengan perkelompok Dimana tiap kelompok biasanya berjumlah 8 sampai 10 orang. Dalam mengerjakan lahan pertanian tiap anggota kelompok ini secara bergiliran mengerjakan sawah para anggotanya. Tiap kelompok ini terdiri dari laki-laki apabila untuk mengolah areal pertanian, sedangkan kelompok perempuan adalah untuk menanam padi marsuan. Dalam pelaksanaan marsiadapari ini, apabila ada yang berhalangan, maka ia harus membayar kepada pemilik tanah diamana marsiadapari dilaksanakan sebanyak upah seorang dalam satu hari. Setiap anggota yang termasuk dalam kelompok tidak diwajibkan harus mempunyai tanah milik sendiri, tetapi bisa juga bagi yang tidak memiliki tanah. Apabila sampai waktunya para anggota kelompok bekerja ditanahnya, maka para anggota kelompok akan disuruh bekerja ditanah orang lain, dan upahnya diserahkan padanya. Tetapi dapat juga para anggota langsung membayar kepada orang yang tidak memiliki tanah tadi. Universitas Sumatera Utara 53 Berbicara mengenai buruh pertanian, ada juga yang datang khusus dari desa tetangga untuk mengambil upah dalam waktu menanam padi atau saat panen tiba. Dalam masa panen setiap 100 kaleng para buruh tani mendapatkan 13 kaleng sebagai upah. Dalam kegiatan sehari-hari dilahan pertanian belum ada tampak gejala bahwa para petani akan menuju modernisai pertanian. Oleh karena mereka masih tetap seperti biasa tanpa ada uasaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan belajar dari kemajuan teknologi khususnya teknologi pertanian. Cara kerjanya masih sangat sederhana dari mulai menyemai bibit, menanam bibit hingga panen tiba semuanya dilakukan oleh tangan petani itu sendiri dengan dibantu oleh tenaga hewan kerbau. Sistem kerja yang sangat sederhana ini membuat lahan-lahan pertanian sawah di Desa Sipoldas tidak produktif. Pada akhir tahun 1990 petani mulai memakai pupuk kimia dan memakai jenis bibit unggul yaitu IR 32. Jenis bibit unggul ini adalah pendek-pendek dan umurnya relatif pendek yaitu ± 100 hari. Cara-cara pemakaian pupuk kimia ini, para penduduk belajar dari petugas- petugas pemerintah yang disebut PPL Petugas Pertanian Lapangan. Para petugas PPL ini datang ke desa-desa untuk memberikan penerangan-penerangan tentang pertanian dan teknologinya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Apabila anggota PPL akan mengadakan penerangan atau penyuluhan maka oleh kepala desa rakyat dikumpulkan dalam satu tempat pertemuan. Akan tetapi ada kalanya juga para petugas PPl langsung mengadakan penyuluhan ke areal persawahan. Waktu-waktu yang diperlukan oleh para petugas adalah dikala para petani sedang istirahat, sehingga tidak akan mengganggu waktu petani dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas pertanian lapangan membawa pengaruh yang cukup baik bagi petani Desa Sipoldas. Para petani mulai mengikuti cara Universitas Sumatera Utara 54 bertani yang baik yang didapatkan dari penyuluhan pertanian yaitu dengan pemakaian pupuk kimia yang baik dan penggunaan bibit unggul. Sekitar akhir tahun 1990 di Desa Sipoldas telah terjadi mekanisasi dalam bidang pertanian. Mekanisasi tersebut berupa alat-alat teknologi pertanian yang serba mesin seperti traktor. Masuknya traktor membuat pekerjaan para petani semakin ringan. Karena selama ini pekerjaan petani hanya dilakukan dengan bantuan tenaga hewan yaitu kerbau dan telah digantikan dengan traktor. Hasil kerja traktor ini juga berlipat ganda apabila dibandingkan dengan hasil kerja hewan. Dengan demikian lahan pertanian sawah yang diusahakan dalam satu musim tanam semakin meningkat. Meningkatnya lahan pertanian yang dapat diusahakan dalam satu musim tanam ditambah dengan pemakaian pupuk kimia dan bibit unggul serta penerangan dan penyuluhan dari petugas pertanian, maka hasil yang didapatkan oleh para petani semakin meningkat. Hal itu ditambah lagi baiknya sarana irigasi dan pemeliharaan yang baik dari para petani itu sendiri. Baiknya pemeliharaan sarana irigasi tersebut adalah karena kesadaran para petani tersebut cukup tinggi dan kerja sama yang baik diantara petani. 4.2.2. Perkembangan Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pembangunan irigasi di Desa Sipoldas adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Peningkatan pendapatan masyarakat adalah dengan jalan membangaun perekonomian masyarakat tersebut, antara lain dengan jalan meningkatkan produksi pertanian. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang diarahkan untuk Universitas Sumatera Utara 55 menambah produksi perkapita, memperbesar pendapatan perkapita dan mempertinggi produktivitas dengan jalan menambah peralatan, modal dan skill. 24 Masyarakat Desa Sipoldas sebelum adanya atau sebelum menerima program pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup sosial ekonominya, adalah merupakan petani kecil yang tingkat pengetahuannya sangat minim sekali. Kemampuan modal yang Mempertinggi produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan perkapita berarti keberhasian pembangunan ekonomi mayarakat petani. Kenaikan pendapaan perkapita berarti tingkat pendapatan nasional juga naik. Namun kenaikan pendapatan nasional bukan berarti bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi. Karena dapat saja kenaikan pendapatan nasional hanya ada pada sebagian kecil masyarakat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan dan pengangguran masih merajalela. Bila kemiskinan dan pengangguran masih merajalela maka pembangunan ekonomi tersebut belum dapat dikatakan berhasil. Dari urain tersebut berarti ada 3 hal lain yang mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi selain kenaikan pendapatan nasional. Ketiga hal tersebut adalah mengurangi kemiskinan, pemeretaan dan kesempatan kerja. Tidak adanya kemiskinan, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja yang luas berarti keberhasilan pembangunan ekonomi. Dari uraian di atas, maka untuk keberhasilan pembangunan ekonomi di Desa Sipoldas harus merubah cara hidup, cara berpikir dan cara menghadapi persoalan. Hal ini berarti suatu proses untuk merubah kesadaran penduduk dan keadaannya dalam usaha untuk meningkatkan tingkat kehidupan. Setiap masyarakat selalu menghendaki peningkatan terutama dalam peningkatan perekonomian keluarga untuk menjamin kelangsungan kehidupan pada masa kini dan masa yang akan datang. 24 Ibid, hal. 3. Universitas Sumatera Utara 56 dapat ditanamkan pada areal persawahannya juga sangat terbatas. Kemampuan yang serba terbatas ini membuat produktivitas lahan pertanian juga menjadi terbatas. Sehingga peningkatan perekonomian keluarga tidak pernah terwujud. Cita-cita pembangunan adalah untuk menciptakan suata pertanian modern sehingga produktivitas lahan pertanian tinggi, sehingga prodiksi pertanian juga tinggi. Untuk itu maka dunia pertanian harus di bantu dan dibina secara bertahap dan teratur agar cita-cita modernisasi dapat dicapai. Hal itu semua untuk meningkatkan pendapatan para petani di pedesaan. Sarana untuk meningkatkan produktivitas lahan di Desa Sipoldas sudah direalisasikan dengan dibangunnya sarana irigasi oleh pemerintah. Namun pembangunan sarana irigasi ini tidak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat karena pengetahuan masyarakat masih minim selain itu peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana yaitu dengan mengunakan tenaga hewan seperti kerbau untuk membajak sawah. Pada tahun 1991 masyarakat petani di Desa Sipoldas mulai butul-betul memanfaatkan sarana irigasi diiringi dengan pemakain pupuk kimia dan bibit unggul. Selain itu juga usaha untuk meningkatkan produktivitasnya dilakukan dengan cara intensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian ini berjalan dengan baik berkat bantuan petugas penyuluhan lapangan yang memperkenalkan pupuk kimia, mekanisasi pertanian,pemakaian bibit unggul serta pemanfaatannya sehingga perekonomian masyarakat petani Desa Sipoldas meningkat dengan baik. Desa Sipoldas adalah merupakan satu daerah pertanian dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian dari bertani. Hal itu berarti bahwa peningkatan ekonomi pertanian berarti meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan meningkatnya Universitas Sumatera Utara 57 perekonomian masyarakat berarti taraf hidup masyarakat juga naik. Pendapatan masyarakat petani dari tahun ke tahun meningkat setelah masyarakat tersebut memanfaatkan sarana irigasi dengan baik. Peningkatan pendapatan tersebut ditunjang dengan naiknya produksi pertanian. Distribusi pendapatan petani tersebut adalah merupakan gambaran laju perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Sipoldas. Peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat petani di Desa Sipoldas dapat di lihat dari tingkat produktivitas lahan pertanian masyarakat. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di Desa Sipoldas dapat kita lihat dari perincian pendapatan petani yaitu sebelum tahun 1990 hingga masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas tepatnya tahun 1997. Perincian pendapatan petani yang mempunyai lahan sebesar 0,5 Ha sebelum tahun 1990 adalah sebagai berikut : 1. Biaya produksi - Bibit 30 kg x Rp.500 = Rp.15.000 - Biaya pengolahan lahan = Rp.12.000 - Biaya perawatan sampai panen = 2Rp.130.000 Total pengeluaran 1 x panen = Rp.157.000 2. Pendapatan petani - Luas sawah 0,5 Ha - Hasil per hektar = 5 ton rata-rata - Hasil produksi = 0,5 x 5000 kg = 2500 kg - Harga padi = Rp. 250 kg Universitas Sumatera Utara 58 - Pendapatan kotor = 2500 kg x Rp.250 = Rp. 625.000 - Pendapatan bersih = Rp. 625.000 - Rp. 157.000 = Rp. 468.000 - Pendapatan bersih per 2 tahun 2 x panen = 2 x Rp. 468.000 = Rp. 936.000 Perincian pendapatan petani yang mempunyai lahan sebesar 0,5 Ha sesudah masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian tepatnya pada tahun 1990 adalah sebagai berikut : 1. Biaya produksi - Bibit = 30 kg x Rp. 2.000 = Rp. 60.000 - Biaya pengolahan lahan = Rp. 140.000 - Urea 2 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 16.000 - KCL 1 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 8.000 - TSP 1 Sak x Rp. 9.000 = Rp. 9.000 - ZA 1 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 8.000 - Ponska 1 Sak x Rp. 10.000 = Rp. 10.000 - Obat hama = Rp. 20.000 - Biaya perawatan sampai panen = Rp. 350.000 Total pengeluaran 1 x panen = Rp. 621.000 2. Pendapatan petani - Luas sawah 0,5 Ha - Hasil per hektar = 7 ton rata-rata - Hasil produksi = 0,5 x 7000 kg = 3500 kg - Harga padi = Rp. 1.200 kg Universitas Sumatera Utara 59 - Pendapatan kotor = 3500 kg x Rp. 1.200 = Rp. 4.200.000 - Pendapatan bersih = Rp. 4.200.000 - Rp. 621.000 = Rp. 3.579.000 - Pendapatan bersih per 2 tahun 4 x panen = 4 x Rp. 3.579.000 = Rp.14.316.000 Dari perincian di atas dapat kita ambil satu kesimpulan bahwa dengan masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas dapat meningkatkan pendapatan petani dan mensejahterakan masyarakat 4.2.3. Sarana Jalan Pemerintah dalam melakukan usaha pembangunan irigasi telah memikirkan lingkungan di sekitarnya, termasuk sarana jalan yang akan menghubungkan desa-desa di sekitar proyek irigasi. Ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan jika telah terealisasikannya proyek irigasi tentunya diperlukan angkutan untuk mengangkut hasil-hasil produksi warga desa di sekitar kecamatan Panei. Dengan demikian pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum melakukan tindakan dengan memperbaiki jalan-jalan yang menghubungkan antara dusun-dusun di Desa Sipoldas yang sebelumnya rusak akibat sering terjadi banjir ketika musim hujan tiba. Irigasi yang dipergunakan warga Desa Sipoldas sangat sederhana sekali yaitu berupa paret-paret yang berkedalaman setengah hingga satu meter, sehingga jika hujan sedikit saja turun maka paret-paret tersebut tidak mampu menampung air hujan, dengan demikian menggenangi badan jalan didekatnya. Dengan dibangunnya sarana irigasi usaha untuk mencegah banjir juga telah mampu dilaksanakan, sehingga badan jalan yang dibangun tidak mudah rusak. Dari kondisi ini, pengaruh yang ditimbulkan oleh sarana irigasi ini telah mencakup berbagai aspek kehidupan warga desa, sehingga dapat dilihat jelas Universitas Sumatera Utara 60 betapa pentingnya arti sebuah irigasi bagi masyarakat petani di Desa Sipoldas kecamatan Panei. Dengan tindakan ini pemerintah tidak akan melakukan kerja dua kali dalam menangani pembangunan diberbagai bidang bagi kebutuhan masyarakat khususnya petani di desa-desa.

4.3. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani di Desa Sipoldas