Transmigrasi Analisis Pengaruh Fertilitas, Mortalitas, Dan Transmigrasi Binaan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

28 kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk alami sedang atau tinggi. Fase ini dibagi lagi menjadi tiga: a. Permulaan Transisi early transitional dari B ke C, dicirikan dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi, bahkan ada kemungkinan meningkat karena ada perbaikan kesehatan. b. Pertengahan Transisi mid-transitional dari C ke D, tingkat kematian dan tingkat kelahiran kedua-duanya menurun, tetapi tingkat kematian menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran. c. Akhir Transisi late transitional dari D ke E, tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurun hanya sedikit, dan angka kelahiran antara sedang dan rendah, dan berfluktuasi atau menurun. Pengetahuan tentang kontrasepsi meluas. 3. Pasca-transisi Post-transitional dari E ke F, dicirikan oleh tingkat kematian dan tingkat kelahiran kedua-duanya rendah, hampir semuanya mengetahui cara-cara kontrasepsi dan dipraktekkan. Tingkat kelahiran dan tingkat kematian vital rates mendekati keseimbangan penduduk, yang kemudian akan kembali lagi ke transisi yang pertama. Pertumbuhan penduduk alami amat rendah dalam jangka waktu yang panjang.

2.7 Transmigrasi

Migrasi adalah suatu gerak penduduk secara geografis, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tujuan Rusli, 1994. 29 Mantra 1994 mengatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan migrasi jika melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen untuk jangka waktu relatif tertentu dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari suatu unit geografis ke unit geografis lainnya. Mobilitas penduduk horizontal atau geografis meliputi semua gerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Menurut Hardjosudarmo 1965 terjadinya migrasi disebabkan oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor pendorong push factor yang ada pada daerah asal, yakni adanya pertambahan penduduk yang mengakibatkan timbulnya tekanan penduduk, adanya kekeringan sumber alam, adanya fluktuasi iklim, dan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan. 2. Faktor penarik pull factor yang ada pada daerah tujuan, yakni adanya sumber alam serta sumber mata pencaharian baru, adanya pendapatan- pendapatan baru, dan iklim yang sangat baik. 3. Faktor lainnya other factor, yakni adanya perubahan-perubahan teknologi, seperti munculnya mekanisasi pertanian yang bisa menyebabkan berkurangnya permintaan tenaga kerja untuk pertanian. Hal ini memaksa buruh tani untuk pindah ke tempat atau pekerjaan lain. Selain itu juga karena adanya perubahan pasar, faktor agama, politik dan faktor pribadi. Secara umum ada dua jenis migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internal hanya terjadi diantara unit-unit geografis dalam suatu negara misalnya antar provinsi, kota atau kesatuan administrasi lainnya. 30 Sedangkan migrasi internasional yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain Rusli, 1994. Program dan kebijakan mengenai migrasi internal memiliki tujuan umum tertentu yaitu berkaitan dengan redistribusi penduduk. Dalam proses tersebut pertumbuhan beberapa daerah didorong, sedangkan beberapa daerah lain dihambat. Di banyak negara perubahan reproduksi telah menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan penduduk. Perbedaan dalam fertilitas dan mortalitas antar daerah atau negara semakin tipis. Migrasi nampaknya menjadi faktor penting dalam distribusi penduduk. Kebijakan migrasi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: 1. Kebijakan yang bersifat eksplisit Kebijakan ini menyangkut pengaturan ijin tempat tinggal dan transmigrasi. 2. Kebijakan yang bersifat implisit. Sedangkan kebijakan ini termasuk pengaturan pembangunan regional yang terintegrasi, pengembangan pusat-pusat skala kecil, serta distribusi wilayah industri kecil. Kebijakan yang bersifat eksplisit dan implisit ini dapat mendorong atau menghambat mobilitas penduduk dalam suatu negara menjadi faktor penting yang mempengaruhi jumlah penduduk, rata-rata pertumbuhan lokal dan regional, serta distribusi penduduk. Pembangunan daerah terpencil pada suatu negara dan penetapan program- program untuk meningkatkan kondisi penghidupan di daerah pedesaan telah 31 mendatangkan pengaruh khusus yaitu memperlambat arus migrasi dari desa ke kota dan memperbaiki kondisi sosial ekonomi keluarga. Program transmigrasi di Indonesia contohnya, dimana pemerintah berusaha merelokasikan penduduk ke daerah pedesaan tertentu. Transmigrasi merupakan kebijakan kependudukan mengenai migrasi. Kebijakannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang di atur oleh pemerintah. Transmigrasi yang di atur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi, tetapi di lakukan dengan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun 1972 dengan Undang-Undang No. 3 tahun 1972 yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan transmigrasi. Transmigrasi tidak hanya meliputi aspek kependudukan tetapi juga aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan. Undang-undang No. 3 tahun 1972 memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi dimana pertimbangan demografis merupakan 7 sasaran yang terdiri atas: 1. Peningkatan taraf hidup 2. Pembangunan daerah 3. Keseimbangan penyebaran penduduk 4. Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia 5. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia 6. Kesatuan dan persatuan bangsa 7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional 32 Kebijakan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak pemerintahan Hindia Belanda. Kolonisasi ke beberapa daerah luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usaha kebijakan kependudukan untuk redistribusi penduduk. Sekalipun hasilnya tidaklah besar, tetapi pemerintah Hindia Belanda telah memulai program itu. Dan setelah mengalami berbagai hambatan menjelang Perang Dunia ke II kolonisasi itu menjadi cukup penting. Maka karena itulah pemerintah Indonesia meneruskan program pemindahan penduduk itu dengan transmigrasi.

2.8 Penelitian Terdahulu