5.4 ANALISIS STRATEGI BERTAHAN HIDUP
Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  maka  dapat  diketahui  bahwa pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II menggunakan tiga strategi bertahan hidup
sekaligus untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Strategi tersebut adalah strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Hal ini  sesuai  dengan
yang  dikemukakan  oleh  Suhartono  yang  menyatakan  bahwa strategi  bertahan  hidup dalam  mengatasi  goncangan  dan  tekanan  ekonomi  dapat dilakukan dengan berbagai
strategi. Strategi  bertahan  hidup  dapat  digolongkan menjadi  3  kategori  yaitu  srategi
aktif,  strategi  pasif  dan  strategi  jaringan.  Berikut  penjelasan  dari  masing-masing strategi bertahan hidup di Kelurahan Tegal Sari Mandala II.
5.4.1 Strategi Aktif
Strategi  aktif  merupakan  strategi  bertahan  hidup  yang  dilakukan  kepala keluarga  keluarga pemulung  untuk  menambah  pendapatan  keluarga  dengan menambah
jam kerja dari biasanya karena tuntutan hidup yang semakin besar, selain itu  juga  dengan melibatkan  anggota  keluarga  untuk  ikut  bekerja  agar  dapat membantu  kehidupan
sehari-hari  mereka,  seperti  melibatkan  istri dan anak-anak asalkan tidak mengganggu aktivitas wajibnya seperti sekolah, para pemulung juga mencari pekerjaan sampingan untuk
membatu perekonomian keluarganya. Berbagai  bentuk  strategi  yang  dibangun  oleh keluarga  pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II  ini  antara lain: memperpanjang
jam kerja, melakukan kerja sampingan dan memanfaatkan atau mengarahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan.
Dari  hasil  wawancara  dengan  informan  dapat  diketahui  bahwa  informan melibatkan  anggota  keluarga  seperti istri dan anak  untuk  memenuhi  kebutuhan  keluarga,
namun tidak menganggu kegiatan wajib istri dan anak seperti sekolah dan pekerjaan rumah tangga, jadi mereka membantu memulung setelah kegiatan wajib mereka selesai.
Hal  ini  terungkap  dari  pernyataan  salah  satu  informan,  Ibu Sondang Sianturi 58  tahun yang mengatakan :  “Kalau jam kerja gak menentunya  kadang jam 5 pagi
sampek jam 1 , siap makan siang jam 1 lanjut lagi sampek jam 2 ngoyakin plastic , baru anakku yang paling kecil ini bantu mulung dari jam 5 sore sampek jam 9 malam”
Strategi aktif dengan cara melibatkan  anggota  keluarga  dalam  membantu  perekonomian memang  sangat  penting, mau  tidak mau  setiap  anggota  keluarga  dalam  keluarga mereka
harus  bisa membantu memberikan  penghasilan  tambahan  agar  kebutuhan mereka bisa lebih  tercukupi. Selain  itu, perlibatan anak dalam peran ekonomi  juga akan memupuk
kemampuan anak dalam membaca peluang ekonomi, mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mengakses uang. Namun,  disisi  lain,  strategi  ini
Universitas Sumatera Utara
juga  berdampak  kepada  hak  anak  dalam mendapat akses pendidikan yang baik. Bisa  jadi karena keterlibatan mereka dalam ekonomi keluarga bisa berdampak pada  terganggunya
aktivitas pendidikan mereka sehingga bisa menurunkan prestasi dan minat mereka dalam bersekolah.
Hal ini juga dialami oleh informan lainnya, mereka mendayagunakan anggota keluarga  mereka  untuk  membantu  perekonomian  keluarga.  Hal  ini  sama  seperti yang
dikatakan salah satu informan, Bapak Azan Akbar yang mengatakan: “Untung juga lah binik awak kerja jadi ada tambahan pemhasilan ,kerja jadi tukang cuci dia di 2 rumah bisa
didapatnya itu 500 ribu sebulan” Informan bernama Donce Manalu juga mengatakan hal yang serupa:
“anak nomor 2 juga bantu-bantu lah dia juga kerja di panglong seminggu gajinya 300 ribu per minggu”
Selain itu, strategi yang dilakukan oleh pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini  dalam  bertahan  hidup  adalah  dengan  melakukan kerja  sampingan,  seperti  yang
dilakukan  oleh  salah  satu  informan yaitu ibu Sondang Sianturi,  dimana  beliau  berternak untuk mendapatkan tambahan penghasilan .  Hal  tersebut  seperti  yang  diungkapkan  oleh
informan  itu  sendiri, Sondang Sianturi  58 tahun yang mengatakan: “kalo soal tabungan namboru gak punya, babi 2 ekor ini lah tabunganku sekalian sampingan , karena dapat
uang dari jual botot langsung habisnya itu untuk keperluan sehari-hari”. Hal senada yang dilakukan oleh  informan yang melakukan startegi bertahan hidup
adalah dengan cara melakukan kerja sampingan, yaitu Bapak Ganda Marbun 38 tahun yang mengatakan:
“ awak juga ngumpulin nasi busuk parnap buat di jual ke tetangga yg ternak babi satu ember harganya 12 ribu”
Dan informan bernama Donce Manalu juga mengatakan hal yang sama, “tabungan aku gak ada, sampinganku melihara babi orang sistem bagi hasil lumanyan
nambah penghasilan”. Fakta  di  atas  relevan  dengan  pendapat  dalam  jurnal Wahyudi  2007  yaitu
Teori Coping  Strategies  yang menyatakan  bahwa  strategi  aktif merupakan  strategi yang mengoptimalkan  segala  potensi  keluarga  untuk  melakukan  aktivitas  sendiri,
memperpanjang  jam kerja, melakukan kerja sampingan, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya demi menambah penghasilan.
Hal  ini  juga  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Nessa  2014 bahwa keterlibatan  anggota  rumah  tangga  dalam  bekerja  merupakan  suatu  usaha yang
dilakukan  keluarga  pemulung  dengan mengoptimalkan  segala  potensi  untuk meningkatkan  penghasilan  karena  tuntutan  hidup  yang  semakin  besar.  Berbagai bentuk
Universitas Sumatera Utara
strategi yang di bangun oleh keluarga pemulung selain melakukan aktivitas sendiri  dengan melakukan  pekerjaan  tambahan,  juga melakukan  pembagian  kerja keluarga  dengan
keterlibatan  anggota  keluarga  untuk  menambah  pendapatan  dan supaya dapat membantu kehidupan sehari-hari mereka.
5.4.2 Staretgi Pasif