HASIL TEMUAN Hasil Temuan Lapangan Informan Pangkal

BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA

5.1 HASIL TEMUAN

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dengan pemulung yang menjadi informan utama, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi bertahan hidup pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 1. Studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data atau informasi dari kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II. 2. Peneliti melakukan observasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II tentang gambaran Fisik dan Sosial lokasi pemukiman pemulung 3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal yaitu Kepala Lingkungan 8 Kelurahan Tegal Sari Mandala II, informan utama 5 kepala keluarga pemulung dan informan tambahan pengepul barang bekas toke botot untuk mengetahui strategi bertahan hidup pemulung demi mempertahankan kelangsungan hidup keluarga mereka.

5.2. Hasil Temuan Lapangan Informan Pangkal

Nama : Hotman Arison Nainggolan Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 54 Tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen Alamat : Jln. Tangguk Bongkar 5 Lingkungan 8 Kel. Tegal Sari Mandala II Status : Menikah Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan : Kepala Lingkungan 8 Kel. Tegal Sari Mandala II Pendidikan Terakhir : SMK Informan pangkal dalam penelitian ini adalah bapak Hotman Arison, bersuku batak toba beragama Kristen. Bapak Hotman berusi 53 tahun, pendidikan terakhir SMK berkerja sebagai wiraswasta dan menjabat sebagai kepling kepala lingkungan 8 Kelurahan Tegal Universitas Sumatera Utara Sari Mandala II. Bapak Hotman mempunyai 3 orang anak, Anak pertama Sudah menikah laki-laki, anak kedua dan ketiga sudah bekerja Laki-laki dan perempuan. Berdasarkan informasi yang penelitit terima dari kepala lingkungan 8 Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala II mendapatkan bantuan pemerintah berupa Raskin, dana BOS Bantuan Operasional Sekolah, Kartu Indonesia Sehat dan PKH Program Keluarga Harapan, sebagian dari pemulung menerima bantuan tersebut, namun ada juga yang tidak mendapatkannya dikarenakan pemulung tersebut tidak terdaftar di kelurahan tersebut atau belum mengurus administrasi surut pindah ke Kelurahan Tegal Sari MandalaII. Menurut bapak Hotman kehidupan para pemulung di Kelurahan Tegal Sari sangat susah apalagi yang masih mengontrak rumah, karena biaya hidup sekarang sangat tinggi, banyak pemulung yang kerja dari pagi sampek malam demi mendapatkan penghasilan lebih , ditambah lingkungan tempat pemulung bekerja dan tinggal sangat kotor karena bergelut dengan sampah. Menurut bapak Hotman banyak pemulung yang terkana penyakit tipes karena faktor lingkungan yang jorok akibat sampah yang di kumpulkan dari memulung disimpan diteras atau dalam rumah. Hasil Wawancara 20 Januari 2017 Informan utama 1 Nama : Sondang Sianturi Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 58 Suku : Batak Agama : Kristen Protestan Alamat : Jalan. Tangguk bongkar 5 No. 23 Pendidikan terakhir : SD Informan pertama dalam penelitian ini adalah ibu Sondang, berusia 58 tahun bersuku batak toba, beragama Kristen dan merupakan seorang kepala keluarga karena suaminya telah meninggal dunia, ibu Sondang tinggal berdua bersama anak bungsunya. Berdomisili di Tegalsari Mandala II, pendidikan terakhir ibu Sondang adalah SD, bekerja sebagai pemulung ibu Sondang memiliki 3 orang anak, anak pertama sudah tamat SMK Perempuan,25 tahun sudah bekerja sebagai buruh di batam , Anak Kedua Sudah tamat SMA Perempuan, 19 tahun belum atau sedang mencari pekerjaan di batam, dan anak ketiga hanya tamat SD Pria 17 Tahun, berhenti sekolah SMP kelas dua dengan alasan kemauan anak itu sendiri. Ibu Sondang Tinggal Berdua bersama anak ketiganya pria yang masih ia tanggung. Ibu Sondang bekerja dari pukul 05.00 Wib – 13.00 Wib , Penghasilan yang diperoleh ibu sehari-harinya tidak menetap tetapi biasanya ibu Sondang mampu memperoleh Rp.300,000 Universitas Sumatera Utara Minggu . Sedangkan Pengeluaran Ibu Sondang Rp.1,300,000Bulan. Rumah yang ditempati ibu Sondang merupakan rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp.5.000,000tahun ,alasan Ibu Sondang memilih bekerja sebagai pemulung karena tidak mendapatkan pekerjaan ditempat lain hal ini dikarena Ibu Sondang memiliki latar belkang pendidikan yang sangat rendah hanya mampu bersekolah sampai tamat SD. Dari memulung inilah sumber mata pencaharian utama yang beliau dapatkan dengan bekerja sebagai pemulung . Dalam perekonomian keluarga ibu Sondang biasanya dibantu oleh anak-anaknya, dimana anak pertama sudah bekerja dan terkadang membantu memberikan bantuan berupa uang tetapi hal itu tidak rutin dilakukan dalam setiap bulan dikarenakan anak pertama ibu Sondang masih membiayai kebutuhan adiknya anak kedua di Batam, sedangkan anak ketiga ikut membantu Ibu Sondang dalam mencari barang-bekasmemulung . ibu Sondang juga memliki pekerjaan sampingan yaitu berternak babi dua ekor yang merupakan pemberian anaknya. Berikut merupakan hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan : “Ya sehari hari namboru ibu memulung ,karena suamiku udah gak ada lagi yah banting tulang lah aku cari uang cumin mulung lah yang bisa kukerjakan karena dari sdpun udah mulungnya aku , anak-anakku ada tiga , dua meranto ke batam tapi anakku yang nomor dua belum dapat kerja, ya anakku yang paling kecil ini gak mau sekolah dulu makanya Cuma tamat SD dia , tapi dialah yang bantu awak cari barang bekas sama parnap nasi busuk untuk makanan babi. Kalau jam kerja gak menentunya kadang jam 5 pagi sampek jam 1 , siap makan siang jam 1 lanjut lagi sampek jam 2 ngoyakin plastic , baru anakku yang paling kecil ini bantu mulung dari jam 5 sore sampek jam 9 malam. Biasanya namboru menjual barang bekasnya sekali seminggu, awak kumpulilah dalam seminggu itu baru namboru jual ya mualah dapat 300 ribu namboru per minggu , ya kalau pengeluaran maulah sampek 1.300,000 per bulan , dan kalau disini namboru mengontrak rumah 4 juta pertahun dan untunglah anak yang paling besar udah kerja mau dia ngirim uang buat bantu -bantu walaupun gak tiap bulan, kalo soal tabungan namboru gak punya, babi 2 ekor ini lah tabunganku sekalian sampingan , karena dapat uang dari jual botot langsung habisnya itu untuk keperluan sehari-hari”. Analisis data Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap ibu Sondang , disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu Sondang memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat ibu Sondang selain memulung salah satu strategi yang diambil ibu Sondang dalam mempertahankan hidup keluarga dengan menggunakan strategi aktif yaitu melibatkan anggota keluarga dalam menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan. Universitas Sumatera Utara Informan Utama 2 Nama : Ganda Marbun Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 36 Suku : Batak Agama : Kristen Alamat : Jln. Tangguk Bongkar 5 Kel. Tegal Sari Mandala II Status : Menikah Pendidikan terakhir : SD, Berhenti sekolah SMP kelas 2 Ganda merepukan seorang kepala keluarga yang baru saja menikah. Pria kelahiran 26 januari 1981 ini telah menjalani profesinya sebagai pemulung sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ganda yang berperawakan tinggi dan berkulit hitam ini memiliki 1 orang anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 4. Ganda memilih pekerjaan sebagai pemulung akibat dari tidak adanya lowongan pekerjaan lain, minimnya pendidikan yg ia miliki, selain itu memulung tidak membutuhkan modal dan ketrampilan khusus. Beberapa kali Ganda melamar pekerjaan tetapi tidak diterima membuat Ganda yang awalnya berniat mencari pekerjaan yang lebih baik berputus asa dan memilih menjadi pemulung sebagai profesinya. Ganda mengenyam pendidikan hanya sampai pada kelas 2 SMP dan tidak sampai selesai. Selain pendidikan yang rendah Ganda juga tidak memiliki ketrampilan lain. Rasa tanggung jawab ganda sebagai kepala rumah tangga membuat ia berpikir keras mencari penghasilan. Ganda tidak memiliki jadwal tetap dalam memulung namun rutin setiap harinya kurang lebih 7-8 jam atau sampai ganda merasa cukup dengan hasil barang bekas yang ia dapat, dimulai sekitar sore hari sampai malam hari paling lama ganda pulang pukul 01.00 dini hari, ganda biasanya memulung di daerah, serdang, lapangan merdaka, petisah, kampong keleng, brigjend katamso dan sampai Krakatau. Setiap harinya ganda dibantu oleh istrinya dalam mencari barang bekas setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangganya. Penghasil ganda dalam seminggu rata-rata sebesar Rp.550.000,00 dan ia rasa belum mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sampai saat ini ia belum memiliki rumah sehingga harus menyewa sebuah rumah semi permanen berukuran 4 x 10 meter seharga Rp.5.000.000,00tahun, itu pun ia dapatkan dari meminjam yang harus ia cicil setiap bulannya sebesar Rp400.000,00. Pengeluran keluarga Ganda setiap bulannya bisa mencapai Rp.1.800.000,00. Dalam mengumpulkan barang bekas Ganda menggunakan becak bermotor miliknya sendiri. Pengeluaran rumah tangga Ganda seperti makan sehari-hari, angsuran sewa rumah, biaya bahan bakar becak, angsuran pinjaman, juga rokok terkadang tidak bisa ditutupi oleh hasil memulung sehingga terkadang Ganda mencuri barang yang ada di Universitas Sumatera Utara halaman rumah penduduk seperti ember, batang besi, jemuran aluminium, dan barang lainnya yg dianggap dapat dijual kembali. Selain itu Ganda juga mengumpuli nasi busuk untuk pakan ternak yg ia jual ke tetangganya seharga Rp.12.000,00ember cat ukuran besar. Keterbatasan ekonomi dan penghasilan yang tidak menetap membuat ganda dan istrinya terkadang makan 2 x dalam sehari itu pun dengan lauk telur dan mie instan. Dalam menjalani profesinya sebagai pemulung Ganda sering menghadapi rintangan dalam menjalani profesinya, contohnya apabila hujan tiba sering kali becak motor milik Ganda rusak, dan ganda juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan becak motor miliknya. Untuk urusan kesehatan dan pendidikan anak, Ganda sangat terbantu dengan adanya Kartu Indonesia Sehat, dan Bantuan Operasional Sekolah BOS yang diberikan pemerintah Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan. “ awak sehari-hari mulung, waktunya gak tentu tapi biasanya berangkat sore sampek malam sampek isi becak ku ini penuh lah baru agak tenanglah awak sikit, biasanya aku keliling dari serdang, aksara, petisah, kampong keleng, lapangan merdeka, katamso, Krakatau, biasanya barang bototnya awak kumpulin dulu sampek seminggu barulah dijual ke toke botot pengepul barang bekas, ya ginilah hasilnya gak seberapa tapi cukuplah untuk makan kira- kira Rp.550.000.00 paling banyak seminggu pengeluaranku yg paling besar untuk sewa rumah lah cicilannya 400 ribu sebulan, belum lagi biaya tak terduga kek becak rusak kalo penguluaran sampek juga Rp.1.800.000,00 sebulan, anak ku ada 1 kelas 4 sd untunglah ada bantuan pemerintah jadi uang sekolahnya gratis tinggal ngasih uang jajan ajalah 3rb sehari, binik awak lah yang bantuk mulung sehari-hari siap dia masak, nyuci,nyapu rumah lah, awak juga ngumpulin nasi busuk parnap buat di jual ke tetangga yg ternak babi satu ember harganya 12 ribu, kadang kalo lagi sekarat kali keuangan yah ngutanglah kalo gak terpaksalah nyuri dek…, niat memang gak ada tapi karena desakan ini yah terpaksalah awak ambil aja barangnya yg tergeletak di teras rumahnya itu, kek ember,besi-besi, jemuran alumenium itu. Kalo soal tabungan gak tentu kadang ada kadang gak ada yg bisa awak tabung. Untung juga ada bantuan Kartu Indonesia Sehat gratis awak berobat ke puskesmas”. Analisis data. Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap Ganda, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar Ganda memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat Ganda selain memulung dan minimnya pendidikan yang dimilikinya. Dalam mempertahankan hidup, Ganda menggunakan strategi aktif, pasif dan jaringan. Strategi aktif yaitu dengan mencari pekerjaan sampingan seperti menjual pakan ternak dan melibatkan angota keluarga dalam mencari Universitas Sumatera Utara penghasilan. Strategi pasif yang dilakukan Ganda mengurangi frekuensi dan kualitas pangan dan sandang. Strategi pasif meminjam uang dari tetangga. Informan Utama 3 Nama : Azan Akbar Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 41 Suku : Jawa Agama : Islam Alamat : jln. Tangku Bongkar 5 no 154 Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Azan Akbar salah satu pemulung yang berdomisil di Kelurahan Tegalsari Mandalan II biasa di panggil Akbar. Akbar memiliki postur tubuh yang tinggi dan kurus, berkulit sawo matang. Akbar memiliki 2 orang anak, anak pertamanya duduk dikelas 6 SD dan anak kedua duduk dikelas 5 SD. Pria kelahiran Tanjung Morawa ini memilih menjadi pemulung dikarenakan di pecat dari pabrik kapur tulis tempat ia bekerja sebelumnya. Awalnya Akbar ingin mencari pekerjaan lain setelah ia dipecat, namun karena semua tetangganya adalah pemulung, Akbar pun memilih menjadi pemulung sembari menunggu pekerjaan lain. Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya Akbar di bantu oleh istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci dengan upah Rp.500.000,00 bulan di 2 rumah. Akbar telah menjalani profesi memulung selama 8 tahun di tahun ke-3 ia membeli becak motor yang ia gunakan untuk memulung sampai saat ini, sebelumnya akbar menyewa becak motor seharga Rp.15.000,00hari atau diganti dengan satu ember cat besar nasi busuk parnap. Sehari-hari Akbar berangkat memulung di mulai pada pukul 09.00 WIB samapi sekitar pukul 18.00 WIB. Kebiasan Akbar setiap tengah hari atau sekitar pukul 12.00 WIB ia beristirahat sambil minum kopi di warung kopi langganannya. Selepas pulang memulung biasanya Akbar menyortir barang-barang bekas yg ia dapat seharian, menggolongkan barang-barang menurut jenisnya seperti, kardus, kertas, seng, besi, tembaga, plastik, alummenium,dll. Untuk barang bekas jenis kantong plastik, diharuskan dicuci dahulu sebelum dijual ke pengepul. Biasanya akbar menjual barang bekasnya ke pengepul sekali dalam seminggu, penghasilan Akbar dalam seminggu paling banyak Rp.500.000,00. Dari penghasilan Akbar dan istrinya mereka memperoleh paling banyak sekitar Rp.2.500.000,00 setiap bulannya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kedua anak Akbar bersekolah di SD Negri 060913 yang berlokasi di kelurahan Tegal Sari Mandala II. Akbar sangat terbantu oleh Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Pemerintah dalam memenuhi Universitas Sumatera Utara pendidikan anak-anaknya. Rumah yang ditempati Akbar merupakan rumah peninggalan mertuanya. Pengeluaran Akbar untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya seperti makan, listrik, air, uang saku anak, bahan bakar minyak, rokok, dll mencapai Rp.2.000.000,00 sebulan, Akbar dapat menabung paling sedikit Rp.50.000,00 tiap minggunya. Meskipun Akbar memiliki tabungan, terkadang disaat penghasilan akbar menurun atau adanya biaya yang tak terduga dalam jumlah yang besar seperti anak jatuh sakit membuat Akbar meminjam uang dari koperasi. Selain itu tak jarang akbar dan istrinya hanya makan 2 kali dalam sehari untuk menghemat pengeluaran. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan. “Aku baru mulung sekitar 8 tahun lalu lah, awak mulung karena kena PHK di pabrik kapur kemarin, karena tetanggaku banyak yang botot awak pikir dari pada nganggur mending aku ngebotot, sehari-hari ngutip gak tentu jadwalnya tapi biasanya mulai jam 9 pagi lah sampek jam 8 malam, kalo penghasilan gak menetap bisalah dapat sekitar 450-500 ribu seminggunya itulah dicukup-cukupkan untuk keperluan sehari-hari makan ,uang listrik, air, jajan anak, dll, untung lah rumah yang awak tempati warisan dari mertua walaupun udah banyak atapnya bocor rumahnya setengah batu yang penting gak bayar uang sewa. Awalnya aku ngebotot pakek becak orang sehari 15 ribu kalo gak dibayar pakek satu ember parnap ,aku juga ngumpulin nasi busuk 12 ribu satu ember kujual biasanya, dari hasil botot di tabung sikit-sikit dapatlah awak beli becak motor ini sselama 3 tahun juga ngumpulinnya. Untung juga lah binik awak kerja jadi ada tambahan pemhasilan ,kerja jadi tukang cuci dia di 2 rumah bisa didapatnya itu 500 ribu sebulan. Tanggunganku ada 4 oranglah ikut awak sama istri tambah anak 2 pengeluaran kami sebulan bisa juga sampek 1,9-2 juta bisalah nabung 50 ribu paling sikit seminggu buat keperluan mendadak kalo anak sakit, becak rusak streslah kepala banyak kali biayanya, kalo anak yg kedua sering sakit-sakitan kalo gak ada uang yah minjam lah. Kadang kalo lagi sikit dapat botot yah di tahan-tahan lah makan 2 kali sehari kalo gak makan indomie biar hemat. Bantuan dari pemerintah ada yang kuterima kek Kartu Indonesia Sehat itu lumanyan juga itu gratis berobat di puskesmas”. Analis Data : Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada Azan Akbar, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar Akbar memilih menjadi pemulung dikarenakan di-PHK dan tidak mendapatkan pekerjaan lain selain memulung yang bisa didapat Akbar. Salah satu strategi yang diambil Akbar dalam mempertahankan hidup adalah dengan menggunakan strategi aktif yaitu mencari penghasilan tambahan dengan cara mencari nasi bekas yang akan dijual untuk pakan ternak. Strategi pasif mengurangi pengeluaran dengan cara berhemat dalam hal komsumsi, selain itu Akbar Universitas Sumatera Utara juga menggunakan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan sosial dengan meminjam uang ke koprasi dan tetangga ketika ada kebutuhan mendadak yang harus dipenuhi. Informan Utama 4 Nama : Donce Manalu Umur : 41 Agama : Kristen Suku : Batak Toba Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Donce Manalu adalah seorang ibu dari 5 orang putra dan 2 orang putri yakni Josua Laki-laki 18 tahun kelas III SMA, Abirona 17 Laki-laki tahun putus sekolah, David Laki-laki 15 tahun kelas II SMP, Dameria Perempuan 12 tahun kelas VI SD, David Laki-laki10 tahun kelas IV SD, Robinson Laki-laki 5 tahun TK dan Larisma Perempuan 4 tahun belum bersekolah. Dari ketujuh anak Ibu Donce hanya Abirona yang berhenti sekolah saat kelas III SD dikarenakan keiinginan anak itu sendiri. Ibu dari 7 orang anak ini berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan menjadi pemulung sejak putus sekolah sampai dia menikah. Rumah semi permanen yang di tempati ibu Donce merupakan warisan dari orang tuanya, rumah tua ini memiliki 2 kamar tidur, 1 sumur dan dapur. Wanita sentengah baya ini terpaksa berhenti sekolah dikelas 1 SMA dikarenakan himpitan ekonomi, ia pun memutuskan menjadi pemulung seperti orang tuanya untuk membantu ekonomi keluarga. Setelah menikah, ibu Donce tetap menjadi pemulung untuk membantu suaminya dalam mencari nafkah meskipun suaminya mempunyai pekerjaan sebagai montir. Suami ibu Donce di-PHK 3 tahun yang lalu dari bengkel tempat ia bekerja dan sekarang hanya bekerja serabutan, dan apabila tidak ada tawaran pekerjaan suami ibu Donce ikut membantu memulung. Upah yang diterima ibu Donce dari memulung menjadi satu-satunya sumber penghasilan tetap keluarga mereka. Ibu Donce memulai memulung setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya sekitar pukul 14.00 WIB dan berhenti memulung saat muatan becak motornya penuh, seringkali karena memulung ibu Donce terkena penyakit kulit dan terluka oleh benda tajam saat mengais di tumpukan sampah. Setiap harinya ibu donce dibantu oleh anak perempunya yang duduk di kelas 6 SD selepas pulang sekolah. Anak ibu Donce yang kedua juga turut membantu mencari penghasilan untuk keluarga dengan bekerja sebagai buruh di toko material dengan upah Rp.300.000,00 per minggunya. Untuk menambah pendapatan ibu Donce juga memelihara babi milik orang lain dibelakang rumahnya dengan sistem bagi hasil. Dari hasil memulung ibu Donce dapat menghasilkan Universitas Sumatera Utara sekitar Rp.500.000,00 per minggunya, dengan penghasilan ini ia harus memenuhi semua kebutuhan keluarganya, seperti kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pendidikan anaknya yang cukup besar karena banyaknya jumlah anggota keluarga, pengeluaran keluarga ibu Donce bisa mencapai Rp.2.100.000,00 setiap bulannya. Sering kali ibu Donce dan Anak- anaknya makan 2 kali dalam sehari untuk menghemat. Penghasilan yang rendah dan pengeluaran yang tinggi membuat ibu Donce tidak memiliki tabungan, bahkan ia sering mengutang ketetangga dan keluarganya. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti Bantuan Operasional Sekolah dan Kartu Indonesia Sehat sangat membatu untuk meringankan biaya pendidikan dan kesehatan keluarga Donce. Berikut hasil wawancara yang penulis cantumkan berikut ini: “ aku mulung sejak dari gadis dulu karena putus sekolah , suamiku tidak bekerja karena kena PHK 3 tahun lalu, tiap hari mulung setelah siap pekerjaan rumah lah pulang kalo becak udah penuh, biasanya aku dibantu suami dan anak ku yang nomor 4, dalam seminggu biasanya dapat 500 ribu paling banyak itu pun gak cukup buat kehidupan kami sehari-hari apalagi anakku ada 7, anak nomor 2 juga bantu-bantu lah dia juga kerja di panglong seminggu gajinya 300 ribu per minggu, tiap hari untuk makan aja 2 12kg beras belum lagi uang susu,listrik, uang sekolah, macam lah.., sebulan bisa sampek 2,1 juta , kalo hasil botot kurang biasanya aku ngutang dulu ke kede atau tetangga kalo gak ada yah terpaksalah makan 2 kali sehari, bantuan yang kuterima BOS sama KIS aja lumanyan lah ngurangin biaya sekolah sama berobat, tabungan aku gak ada, sampinganku melihara babi orang sistem bagi hasil lumanyan nambah penghasilan ”. Analisis Data Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap ibu Donce, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu Donce memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat ibu Donce selain memulung dan minimnya tinkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu Donce, salah satu strategi yang dilakukan ibu Donce dalam mempertahankan hidup adalah strategi aktif yaitu mencari pekerjaan sampingan dengan memelihara babi milik orang lain dengan sistem bagi hasil dan mengikutsertakan anggota keluarga dalam mencari tambahan penghasilan, strategi pasif yang dilakukan ibu Donce adalah dengan cara mengurangi frekuensi makan dan strategi jaringan yaitu dengan cara memanfaatkan hubungan sosialnya untuk meminjam uang ke warung atau tetangga. Universitas Sumatera Utara Informan Utama 5 Nama : Bonar Purba Usia : 30 Tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen Status : Menikah Alamat : Jln tanggu bongkar 5 Kel. Tegal Sari Mandala II Pendidikan Terakhir : SD Bonar Purba seorang pemulung yang mengawali karirnya sebagai pemulung sejak umur 15 tahun,Bonar Purba hanya tamat Sekolah Dasar ia memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun, ia memilih profesi sebagai pemulung dikarenakan pendidikannya yang rendah dan tidak adanya ketrampilan khusus yang ia miliki ditambah lagi Bonar lahir dari keluarga pemulung juga sehingga Bonar akrab dengan kehidupan pemulung. Bonar Purba merupakan anak satu-satunya dalam keluarganya, ia menumpang di rumah orang tuanya yang juga berprofesi sebagai pemulung bonar hanya membantu membanyar uang listrik rumah, dalam soal tanggungan Bonar hanya menanggung kebutuhan dirinya sendiri ,istri dan anaknya. sehari-hari Bonar memulung menggunakan becak motor miliknya sendiri, curah jam kerja Bonar tidak menentu tetapi biasanya Bonar memulai berkerja pada pukul 10.00 WIB, terkadang Bonar bisa pulang sampai larut malam dikarena menambah jam kerja untuk mencari barang bekas. Biasanya Bonar memulung di sekitar jalan Aksara, Pancing, Sukarame, Halat, Juanda,dll, sepulang memulung biasanya Bonar dibantu oleh istrinya dalam menyortir barang bekas yang didapatnya dan dijual sekali seminggu, pendapatan Bonar tidak menentu maksimal Rp.400.000,00 dalam seminggu dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam seminggu kedepannya. Dalam sebulan pengeluran sehari-hari Bonar, istri dan anaknya seperti makan, uang susu anak, minyak becak, listrik bisa mencapai Rp.1.400.000,00. Dalam mempertahankan hidup terkadang bonar dapat menabung apabila Bonar mendapatkan banyak barang bekas, uang itu disimpan untuk jaga-jaga apabila ada hal- hal takterduga seperti anak sakit, jika uang tabungannya tidak cukup untuk uang berobat anak biasanya Bonar meminjam ke tetangga atau keluarganya. Berikut hasil wawancara yang penulit cantumkan berikut ini: “biasanya aku mulung dari pagi sampek becak penuhlah, siap ngutip botot gak langsung kujual biasanya kujual seminggu sekali biar uangnya agak nampak sikit, sebelum dijual harus disortir dulu dirumah biasanya istriku ngebantu nyortir, kek plastic, botol Aqua, Aqua gelas harus di bersihkan dan dicuci biar harganya naik. Aku numpang dirumah bapakku kalo ngontrak gak sanggup aku apalagi baru punya anak bayi cuman bantu-bantu uang listriklah. Seminggu penghasilanku paling banyak 400 ribu itulah dicukup-cukupkan untuk Universitas Sumatera Utara biaya sehari-hari kalo ada lebih biasanya kutabung buat jaga-jaga siapa tau anak jatuh sakit, kalo gak ada uang yah terpaksalah ngutang dulu sama keluarga atau tetangga yang punya” Analisi Data. Bonar Purba memilih bekerja sebagai pemulung dikarenakan oleh latar belakang pendidikannya yang rendah dan latar belakang keluarganya yang sejak dulu menjadi pemulung. Dalam mempertahankan hidup Bonar biasanya menggunakan strategi jaringan yaitu memanfaatkan hubungan sosial dengan cara mengutang kepada tetangga dan keluarganya.

5.3 Analisi Hasil Temuan