Kerangka Pemikiran TINJUAN PUSTAKA

e. Aset produktif productive asset, misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya. Selanjutnya Suharto 2002 juga mengatakan strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: 1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya 2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran sandang, pangan, kesehatan, biaya sosial, pendidikan dan kebutuhan sehari-hari 3. Strategi jaringan , misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan misalnya meminjam uang tetangga, mengutang di warung , memanfaatkan program kemiskinan dan sebagainya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Manusia bekerja untuk berusaha meningkatkan status sosial dan status ekonominya. Akan tetapi tidak semua orang bias melakukannya, terkadang bagi sebagian orang bekerja hanyalah untuk mencapai kebutuhan sehari-hari atau untuk bertahan hidup. Karena pendapatan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka tidaklah banyak atau mungkin dibawah dari kata cukup. Salah satunya adalah pemulung, yang umumnya memiliki pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika ingin menabung atau berinvestasi sangatlah kecil kemungkinan bagi mereka. Dari segi pendapatan, pemulung di kecamatan Tegal Sari II kota Medan tidak jauh berbeda dengan pemulung pada umumnya. Dengan pendapatan yang sedikit dan tanpa Universitas Sumatera Utara jaminan sosial sudah dapat dipastikan bahwa sosial ekonomi keluarga merekapun rendah. Akan tetapi dengan upah yang sedikit, pemulung di kecamatan Tegal Sari II tetap bekerja demi mempertahankan hidup serta membiayai pendidikan anak-anak mereka. Untuk menambah penghasilan mereka juga melakukan berbagai aktivitas lain seperti, berternak babi, ayam dan menanam beberapa tanaman holtikultura. Bagi pemulung yang memiliki ternak, selain memulung barang bekas yang dapat dijual kembali ke agen mereka juga memungut makan sisa dari tong sampah rumah tangga atau rumah makan untuk pakan ternak mereka. Terkadang pemulung juga melakukan tindakan kurang terpuji seperti mencuri dikarena untuk mendapatkan penghasilan yang lebih, walaupun aksi pencurian itu tidak direncanakan oleh pemulung tetapi karena adanya kesempatan dan kondisi yang memaksa. Selain itu, untuk bertahan hidup mereka menekan biaya konsumsi perhari baik secara individu maupun biaya konsumsi keluarga secara menyeluruh, dengan frekuensi makan tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk apa adanya. Misalnya dengan memanfaatkan hasil tanaman yang mereka tanam sendiri maupun tumbuhan liar yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Selain menekan biaya pengeluaran pangan , mereka juga menekan biaya pengeluaran untuk pendidikan. Bagi anak-anak mereka yang bersekolah cukup mendapat pendidikan di sekolah saja, sangat jarang diantara mereka yang memberikan les atau bimbingan khusus untuk anak mereka, karena selain menghemat biaya, dan waktu, anak-anak mereka juga harus membatu orangtuanya untuk mencari barang bekas atau pakan ternak mereka setelah pulang sekolah. Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut untuk melihat lebih jelas alur piker tersebut sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir UPAH RENDAH Pemulung Dengan Strategi Mempertahankan Hidup 1. Strategi aktif, mengoptimalkan segala potensi keluarga 2. Strategi Pasif, mengurangi pengeluaran keluarga 3. Strategi Jaringan, menjalin relasi baik formal maupun informal SOSIAL EKONOMI PEMULUNG RENDAH Perubahan Sosial Ekonomi Pemulung 1. Peningkatan Aset 2. Perubahan pola konsumsi dan pengeluaran 3. Perubahan interaksi Universitas Sumatera Utara Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti mencantumkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan diteliti yaitu tentang strategi bertahan hidup keluarga pemulung. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Bedriati Ibrahim Murni Baheram Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau dengan judul penelitian Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Desa Salo Kabupaten Kampar. Pada saat waktu yang baik, pendapatan keluarga pemulung di bangkinang yang diperoleh relatif cukup tinggi dibandingkan dengan tingkat pendapatan di waktu susah. Di satu sisi waktumasa susah harus dihadapi dan terjadi sepanjang tahun, sedangkan di sisi lain keluarga pemulung harus tetap dapat mempertahankan kelansungan hidup, dengan segala sumber daya yang dimiliki, mereka mengatasi dan menghadapi masa yang susah dengan cara–cara mereka senidiri. Berdasarkan hasil penelitian, strategi bertahan hidup pemulung adalah: a.Mempertahankan hidup dalam bentuk berhemat, seperti menabung, menghemat konsumsi dan mengikuti arisan jula-jula. b.Mempertahankan hidup dalam bentuk meminjam kepada tetangga, famili kerabat dan induk semang. Hal ini disebabkan karena dengan menghemat konsumsi mereka menjaga harga diri sebab mereka tidak mau disepelekan orang lain. Sedangkan cara bertahan hidup pemulung dengan meminjam kepada tetangga adalah karena mereka merasa mempunyai hubungan sosial yang dekat sehingga mereka berani dan percaya diri untuk meminjam.Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Cici Citra Dwi Jaya dengan judul penelitian Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Lingkungan TPA Pakusari Desa Kertosari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Strategi pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga pemulung adalah sebagai berikut: a.pengelolaan penghasilan yaitu, pemulung menekan biaya pengeluaran dan menghindari resiko pengeluaran berlebihan b.diversifikasi yaitu, pekerjaan sampingan diluar jam kerja sebagai pemulung dan adanya anggota keluarga yang ikut bekerja agar dapat membantu pendapatan keluarga Universitas Sumatera Utara c.pemanfaatan jaringan sosial yaitu, merupakan suatu bentuk hubungan kekerabatan antara pemulung, tetangga, pengepul, dan pihak TPA Pakusari sehingga terdapat hubungan timbal balik seperti halnya tolong menolong, pinjam meminjam uang dan saling ketergantungan antar satu dengan yang lain dalamkehidupannya. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nessa dengan judul penelitian Strategi Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Pada Rumah Tangga Pemulung di Lingkungan TPA Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang. Menurut penuturan bapak Yonedi selaku pengawas di Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Balai Gadang dan juga termasuk penampung di Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Balai Gadang pendapatan keluarga pemulung berkisar antara Rp30.000–Rp 70.000 per hari itu pun tergantung dari banyak atau sedikitnya pemasukan barang-barang bekas yang ada di Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Kelurahan Balai Gadang. Ini hanya cukup buat makan sehari-hari, jika dirata-ratakan perbulannya maka penghasilan keluarga pemulung berkisar antara Rp 900.000 – Rp 1.500.000 perbulan, paling tidak satu kepala keluarga pemulung memiliki anak antara 3-6 orang anak, sedangkan mereka juga mampu menyekolahkan anak mereka sampai ke Perguruan Tinggi dan memenuhi biaya–biaya kebutuhan hidup sehari-hari seperti beras, bahan masak, jajan anak, tabungan dan biaya kesehatan apabila ada keluarga yang sakit dan keperluan mendadak yang dibutuhkan, apalagi dalam mengkonsumsi makanan mereka lebih bersifat konsumtif dan menghabiskan uang di kedai atau warung di sekitar Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Kelurahan Balai Gadang setelah menjual hasil pulungan atau pada malam hari sambil beristirahat di kedai. Strategi yang dilakukan agar keluarga pemulung bisa bertahan hidup dalam menghadapi masalah ekonomi antara lain : a.Memanfaatkan pekarangan rumah b.Melakukan pekerjaan tambahan c.Melibatkan anggota rumah tangga d.Meminjam e.Menekan pengeluaran rumah tangga Universitas Sumatera Utara f.Menabung Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Nisaul Fadillah dan Wenny Dastina dengan judul penelitian Keluarga Pemulung di Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Umumnya alasan utama memilih profesi sebagai pemulung dilatarbelakangi rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keterampilan. Disamping itu, profesi pemulung bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, tanpa terikat aturan dan modal uang. Penghasilan yang mereka peroleh setiap hari umumnya tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan minimum dasar karena tingkat pendapatan yang kecil menyebabkan mereka berada pada standar tingkat hidup yang rendah dibandingkan dengan standar tingkat kehidupan yang umum. Ketidakmampuan dari sisi ekonomi dan rendahnya tingkat pendapatan mereka berakibat seringnya keluarga pemulung ini meminjam uang kepada tetangga atau bos lapak. Ketika penghasilan keluarga pemulung saat ini tidak bisa membiayai kebutuhan anak-anak seperti pendidikan, generasi penerus dari keluarga pemulung ini akan putus sekolah. Minimnya pendidikan akan membawa mereka tidak bisa berkompetisi untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik, sehingga mereka pun tetap dalam lingkaran kemiskinan seperti orangtua

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional