Aspek-Aspek Kemiskinan Kemiskinan .1Pengertian Kemiskinan

masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib Siagian, 2012:20

2.2.4 Aspek-Aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a. Kemiskinan bersifat multi dimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sukunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial, dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup. b. Aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan, kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear. c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur. Fenomena yang sering kita temui adalah, pendekatan yang diperoleh sekelompok yang bermukin di tempat yang sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengondisikan kita untuk mengindentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak Universitas Sumatera Utara mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur cara berfikir seperti ini harus dicegah karena akan menjauhkan kita dari pemahaman yang benar dan holistic tentang kemiskinan itu sehingga kita pun mustahil dapat menemukan solusi Siagian,2012: 13 Karena kemiskinan adalah fakta yang terukur, maka kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkat Siagian, 2012: 14 , seperti: 1. Miskin 2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti: 1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2 Berbagai klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan fakta yang terukur. a.Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan rural poverty, kemiskinan perkotaan urban poverty, dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa atau kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayahnya. Sementara itu menurut Drewnoski dalam Siagian, 2012 mengemukakan adanya Sembilan komponen yang harus disertakan dalam kajian kebutuhan pokok dalam rangka penentuan indikator kemiskinan. Sembilan indikator tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Gizi 2. Sandang 3. Tempat berlindung 4. Kesehatan 5. Pendidikan 6. Waktu terluang 7. Ketenangan hidup 8. Lingkungan sosial 9. Lingkungan fisik Dengan indikator kemiskinan tersebut juga merupakan indikator kesejahteraan sosial ekonomi suatu masyarakat. Pendekatan terbaru, yaitu pendekatan yang dilakukan BPS terhadap seleksi 30 variabel kemiskinan yang menghasilkan delapan bariabel sensitive dalam mengidentifikasi kemiskinan, yaitu: 1. Luas lantai perkapita 8m persegi. 2. Jenis lantai dari tanah tanah terluas. 3. Air minum dari airhujan atau sumur tak terlindung. 4. Tidak memiliki jamban atau WC sendiri. 5. Tidak memiliki aset. 6. Tidak mengomsumsi lauk pauk daging, ikan, telur dalam seminggu yang lalu atau tidak bervariasi. 7. Setiap anggota rumah tangga tidak pernah beli pakaian bukan pakaian seragam minimal satu stel setahun yang lalu. 8. Tidak hadir dalam rapat RTDesa, arisan, undangan maupun acara sosial dalam tiga bulan terakhir BPS, dalam Siagian, 2012. Dalam rangka pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai BLT sebagai salah satu program nasional penanggulangan program kemiskinan, BPS menetapkan 14 kriteria Universitas Sumatera Utara keluarga miskin. Adapun 14 kriteria yang juga disebut cirri-ciri rumah tangga miskin tersebut adalah: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m² per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. 3. Jenis danding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendah tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri kepemilikan fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindungisungaiair hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 8. Hanya mengkomsumsi dagingsusutelur satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. 11. Hanya sanggup membayar biaya perobatan di puskesmaspoliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000,- per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SDhanya SD. 14. Tidak memiliki tabunganbarang yang muda dijual dengan nilai Rp.500.000,- seperti sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya BPS, dalam Siagian 2012.

2.3 Kesejahteraan Sosial