15
memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan
lingkungan Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Suryono, 2011:6.
3. Teori Legitimasi
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat
dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan
masyarakat yang semakin maju Nor Hadi, 2010 dalam Sari, 2012:127. Menurut Dowling dan Pfeffer 1975 dalam Purwanto, 2011:15, teori
legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa:
“Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan- batasanyang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan
reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan”. Teori legitimasi berdasarkan pada gagasan “perusahaan beroperasi di
dalam masyarakat melalui suatu kontrak sosial, kemudian perusahaan tersebut akan membuat kesepakatan untuk melaksanakan berbagai macam
tindakan yang diinginkan oleh masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan
penghargaan lai nnya” Guthrie dan Parker, 1989 dalam Suryono, 2011,
hal.7. Kesesuaian nilai sosial yang ingin diciptakan oleh perusahaan dapat diciptakan melalui peningkatan komunikasi yang efektif bagi masyarakat.
16
Komunikasi ini dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi- informasi tambahan yang lebih bersifat pendukung dan kebanyakan
bersifat sukarela. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yakni dengan pembuatan sustainability report. Laporan ini dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memperoleh legitimasi Suryono, 2011:7. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi
perusahaan untuk mempertahankan hidup going concern.
4. Corporate Social Responsibility CSR
Corporate Social Responsibility CSR merupakan kewajiban organisasi bisnis untuk turut serta dalam kegiatan yang bertujuan
melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara
keseluruhan Prasetyono, 2011:239. Menurut The World Business Council for Sustainable Development WBCSD dalam Wahyuningtyas
dan Nugrahanti 2012:4 CSR adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama
dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.
Pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
citra perusahaan di masyarakat pada umumnya dan investor pada khususnya Made dan Putu Ayu, 2011:39. Selain itu, Syahrir dan
17
Suhendra 2010 dalam Kamil dan Herusetya 2012:2 mengatakan bahwa tujuan dari penerapan CSR ini adalah agar menciptakan standar kehidupan
yang lebih tinggi, dengan mempertahankan kesinambungan laba usaha untuk pihak pemangku kepentingan sebagaimana yang diungkapkan dalam
laporan keuangan entitas. Di Indonesia, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR diatur
dalam beberapa peraturan atau perundangan seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT dalam Pasal 74
1 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal UUPM yaitu pada Pasal 15 b yang menyatakan bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan dan pada Pasal 16 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja Purwanto, 2011:16.
5. Konsep Triple Bottom Line