4.6 Indeks Selektivitas
Untuk mengetahui nilai indeks selektivitas IS, perlu diketahui IC
50
sel Vero dan IC
50
Indeks selektivitas mengindikasikan selektivitas sitotoksik tingkat keamanan dari ekstrak terhadap sel kanker dibandingkan sel normal, yang
dihitung dengan membandingkan IC sel T47D serta sel MCF-7 dengan menggunakan metode MTT.
Indeks selektivitas dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: Indeks Selektivitas =
IC
50
Sel Vero IC
50
Sel Kanker
50
ekstrak terhadap sel normal dan IC
50
ekstrak terhadap sel kanker. Nilai IC
50
EEADP terhadap sel Vero adalah 451,084 µgmL sedangkan nilai IC
50
EEADP terhadap sel T47D adalah 99,404 µgmL dan nilai IC
50
EEADP terhadap sel MCF-7 adalah 120,312 µgmL sehingga diperoleh nilai IS 4,53 untuk sel T47D dan 3,74 untuk sel MCF-7. Ekstrak dikatakan
memiliki selektivitas yang tinggi apabila nilai IS lebih besar dari 3 sehingga EEADP selektif terhadap sel kanker T47D dan sel MCF-7 Prayong, et al., 2008.
4.7 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin terhadap sel MCF-7
Salah satu ciri sel kanker adalah tidak sensitif terhadap sinyal antiproliferasi oleh karena itu pengobatan penyakit kanker dengan obat modern umumnya
menggunakan dosis besar. Peningkatan dosis obat sitostatik menimbulkan masalah karena semakin banyak sel normal yang terserang dan mati. Selain itu
peningkatan dosis dapat menyebabkan sel kanker cepat menjadi resisten terhadap obat. Salah satu pendekatan yang sedang populer adalah penggunaan kombinasi
kemoterapi, dimana senyawa kemoprevensi yang bersifat non toksis atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen kemoterapi untuk meningkatkan efikasi
Universitas Sumatera Utara
dengan menurunkan toksisitasnya terhadap jaringan yang normal Jenie dan Meiyanto, 2007.
Hasil pengujian EEADP terhadap sel MCF-7 diperoleh nilai IC
50
120,312 μgmL sedangkan perlakuan dengan doksorubisin menghasilkan penghambatan
pertumbuhan sel sebesar 50 dengan IC
50
7,8 μgmL. Uji kombinasi dilakukan dengan perlakuan kombinasi EEADP-doksorubisin terhadap MCF-7. Seri kadar
EEADP-doksorubisin secara berturut-turut adalah 60; 45; 30; 15 µgml EEADP dengan ½;
3 8
;
1 4
;
1 8
IC
50
dan 4; 3; 2; 1 µgmL doksorubisin dengan ½;
3 8
;
1 4
;
1 8
IC
50
. Kombinasi doksorubisin dengan EEADP memberikan indeks kombinasi seperti yang tercantum pada Tabel 4.4. Hasil menunjukkan perlakuan
kombinasi EEADP-doksorubisin memberikan efek sinergis kuat terhadap sel MCF-7 dengan dosis optimum ekstrak-doksorubisin 15 µgmL – 2 µgmL
1 8
IC
50
– ¼ IC
50
Tabel 4.4 Nilai IK doksorubisin dengan EEADP terhadap sel MCF-7
. Pada pengamatan morfologi sel MCF-7 dapat diamati morfologi sel yang mati akibat perlakuan tunggal ekstrak dan doksorubisin serta kombinasi
keduanya. Hasil indeks kombinasi dapat dilihat pada tabel 4.4.
EEADP µgmL
Doksorubisin ugmL 4
3 2
1 60
0,79 0,51
0,88 0,52
45 1,49
0,30 1,04
0,56 30
1,80 0,47
1,70 2,41
15 0,74
1,06 0,10
0,65 Ket. Indeks Kombinasi perlakuan kombinasi EEADP dengan doksorubisin
terhadap sel MCF-7. Dihitung menggunakan persamaan Notabartolo sesuai metodologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi EEADP - doksorubisin mampu memberikan efek sinergis kuat IK = 0,1 – 0,3 pada sel MCF-7 dengan
konsentrasi kombinasi optimum EEADP-doksorubisin sebesar 15 µgmL – 2
Universitas Sumatera Utara
µgmL
1 8
IC
50
-
1 4
IC
50
. Efek sinergisme yang didapatkan dari hasil uji
kombinasi dimungkinkan adanya kemampuan kombinasi tersebut untuk mencegah resistensi obat akibat pompa efflux Pgp yang terjadi pada sel kanker
payudara MCF-7. Pencegahan resistensi obat dapat dilakukan dengan penekanan terhadap
aktivasi Pgp dan ekspresinya. Pgp berperan sebagai pompa pengeluaran efflux untuk detoksifikasi senyawa-senyawa yang masuk ke dalam sel Matheny, et al.,
2001. Ekspresi Pgp yang berubah akan menurunkan konsentrasi doksorubisin di dalam sel melalui mekanisme efflux obat dari dalam sel. Akibatnya potensi
sitotoksik doksorubisin pada sel kanker berkurang Wong, et al., 2006. Ekspresi berlebihan dari P-gp, suatu transporter membran plasma yang
mengantarkan agen kemoterapi keluar dari sel, diduga berperan dalam timbulnya resistensi sel kanker terhadap agen kemoterapi Kitagawa, 2005. Flavonoid suatu
senyawa polifenol dilaporkan mampu menghambat P-gp. Mekanismenya antara lain dengan jalan menghambat ikatan antara substrat dengan P-gp dan
menghambat aktivitas ATPase Kitagawa, 2005.
4.8 Uji Kombinasi EEADP-Doksorubisin terhadap sel T47D