mengetahui banyaknya senyawa polar yang larut dalam air dan etanol. Kadar sari yang larut dalam air dan etanol pada EEDP paling tinggi, yaitu 75,11 dan
81,97. Hal ini menunjukkan pada EEDP memiliki banyak senyawa polar seperti glikosida. Pada EEADP, kadar sari yang larut dalam air adalah 11,12 sedangkan
kadar sari yang larut dalam etanol cukup tinggi, yaitu 53,15. Etil asetat adalah pelarut yang bersifat semipolar, sehingga senyawa kimia yang bersifat semipolar
dan agak polar akan tersari. Dibandingkan dengan n-heksana yang bersifat sangat non polar yang hanya menarik senyawa kimia yang bersifat non polar. Hal ini
dapat dilihat dari hasil kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol menunjukkan hasil yang rendah, yaitu 1,40 dan 3,38.
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dari SDP, ENDP, EEADP dan EEDP berturut-turut adalah 0,96; 0,21; 0,24; 0,51 dan
0,24; 0,07; 0,06 dan 0,01. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam ditetapkan untuk melihat kandungan mineral ekstrak. Zat-zat ini dapat
berasal dari senyawa oksida-oksida anorganik. Kadar abu total yang tinggi menunjukkan adanya zat anorganik logam-logam Ca, Mg, Fe, Cd dan Pb yang
mungkin sebagian berasal dari pengotoran. Kadar logam berat yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, oleh sebab itu perlu dilakukan penetapan kadar abu
total dan kadar abu tidak larut asam untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya toksik bagi kesehatan.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia SDP, ENDP, EEADP DAN EEDP
Skrining fitokimia terhadap SDP, ENDP, EEADP dan EEDP dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang
Universitas Sumatera Utara
terdapat di dalamnya. Hasil skrining fitokimia SDP, ENDP, EEADP dan EEDP dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia SDP
No Skrining
Pereaksi Hasil warnaendapan
1. Alkaloid
Dragendorff Bouchardat
Mayer - tdk terbentuk
endapan coklat - tdk terbentuk
endapan kuning - tdk terbentuk
endapan putih
2. Flavonoid
Zn + asam klorida pekat Mg + asam klorida pekat
+ merah 3.
Glikosida Molish
Fehling + cincin ungu
+ endapan merah bata 4.
Saponin air panasdikocok
+ busa 5.
Antrakuinon glikosida
NaOH - coklat
6. Tanin
FeCl
3
+ hijau kehitaman 1
7. TriterpenoidSteroid
Liebermann-Burchard + merah ungu
Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia ekstrak daun poguntano
No Skrining
Ekstrak n-heksana
Ekstrak etil asetat
Ekstrak Etanol
1 Alkaloid
- -
- 2
Flavonoid -
+ -
3 Glikosida
- +
+ 4
Saponin -
+ +
5 Antrakuinon glikosida
- -
- 6
Tanin -
+ -
7 TriterpenoidSteroid
+ -
- Keterangan: + = mengandung golongan senyawa,
- = tidak mengandung golongan senyawa Hasil pengujian skrining fitokimia simplisia menunjukkan adanya senyawa
flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoidsteroid pada daun poguntano. Pada pengujian alkaloid, menunjukkan hasil yang negatif pada semua pereaksi.
Pada uji Mayer tidak terbentuk endapan putih. Begitu juga dengan penambahan pereaksi Bouchardat dan Dragendorf tidak terbentuk endapan, hanya
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan larutan jernih pada penambahan pereaksi Mayer, warna kuning pada penambahan pereaksi Bouchardat dan warna coklat pada pereaksi
Dragendorf. Penambahan serbuk Mg dan serbuk Zn dengan asam klorida pekat
memberikan warna merah atau kuning, menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molisch dan asam
sulfat pekat akan terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molisch adalah pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat gula dan pereaksi Fehling
digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula khususnya gula yang bersifat pereduksi.
Skrining saponin menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N. Sifat busa saponin disebabkan
adanya struktur amfifilik saponin yang mengakibatkan sifat fisika saponin sebagai surfaktan. Penambahan HCl 2 N akan mengakibatkan kestabilan busa semakin
lama sesuai dengan sifat sabun. Pengujian adanya steroidtriterpenoid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard akan memberikan warna
merah ungu yang menunjukkan adanya senyawa steroidtriterpenoid. Uji terhadap adanya glikosida antrakuinon memberikan hasil yang negatif. Pemeriksaan tanin
menunjukkan hasil positif pada ekstrak etil asetat, akan terbentuk warna hijau kehitaman dengan penambahan FeCl
3
. Penambahan FeCl
3
1 memberikan warna hijau yang menunjukkan adanya senyawa tanin. Menurut Robinson 1995,
senyawa tanin membentuk kompeks dengan larutan feriklorida FeCl
3
menghasilkan warna hitam biru sampai warna hijau yang menunjukkan adanya senyawa fenol. Terjadinya warna karena terbentuknya komplek antara logam Fe
Universitas Sumatera Utara
dari FeCl
3
Flavonoid adalah senyawa senyawa fenil yang tersubstitusi derivat benzopyran yang terdiri dari kerangka dasar C15 C6-C3-C6. Beberapa tanaman
yang mengandung turunan flavonoid, telah digunakan sebagai pencegahan penyakit dan agen terapeutik pada pengobatan tradisional di Asia selama ribuan
tahun, diantaranya sebagai antikanker Huang, et al., 1999. Keberadaan flavonoid pada EEADP menunjukkan kemungkinan pada ekstrak tersebut memiliki efek
antikanker. Ditemukan adanya senyawa apigenin pada daun poguntano, apigenin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki efek yang baik sebagai antikanker
Long, et al., 2008. Triterpenoidsteroid adalah senyawa yang memiliki aktifitas antitumor yang tinggi yang telah diuji melalui kemampuan untuk memblok
nuclear factor-kappa B, menginduksi apoptosis, mengaktifkan transkripsi dan angiogenesis Petronelli, et al., 2009.
dengan gugus hidroksi dari tanin membentuk struktur kelat. Peningkatan jumlah gugus hidroksil bebas akan meningkatkan warna biru.
4.4 Ekstraksi