Uji Apoptosis HASIL DAN PEMBAHASAN

akan menghasilkan kerusakan genetik. Hal ini kritis bagi timbulnya kanker. Oleh karena itu, proses regulasi siklus sel mampu berperan dalam pencegahan kanker Ruddon, 2007.

4.11 Uji Apoptosis

Pengamatan apoptosis dilakukan dengan metode flowsitometri. Metode ini merupakan metode untuk menghitung sel hidup, sel nekrosis dan apoptosis secara cepat. Pada uji ini digunakan suatu protein yaitu Annexin V yang dapat berikatan secara spesifik pada fosfatidilserin yang terdapat pada membran plasma sel selama proses apoptosis. DNA pada sel yang rusak baik nekrosis maupun apoptosis akan diwarnai oleh propidium iodida PI yang menghasilkan fluoresensi oranye hingga merah. Saat melewati sinar laser, sel akan tereksitasi dan menghamburkan cahayanya menghasilkan cahaya fluoresensi Brussaard, et al., 2000; Demo, et al., 1999. Pengujian apoptosis pada sel T47D dilakukan dengan berbagai perlakuan. Diantaranya adalah kontrol ditunjukkan pada Gambar 4.9, EEADP pada konsentrasi IC 50 yaitu 100 µgmL ditunjukkan pada Gambar 4.10, ½ IC 50 yaitu 50 µgmL ditunjukkan pada Gambar 4.11, EEADP-doksorubisin 1 8 IC 50 EEADP dan 1 8 IC 50 doksorubisin yaitu 12,5 µgmL dan 0,25 µgmL ditunjukkan pada Gambar 4.12 dan doksorubisin pada konsentrasi ½ IC 50 yaitu 1 µgmL ditunjukkan pada Gambar 4.13. Hasil uji apoptosis pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Hasil pengujian apoptosis EEADP pada sel T47D Jenis Perlakuan Kadar µgmL R 1 R 2 R 3 R 4 Kontrol - 92,88 4,93 1,71 0,50 EEADP 1 x IC 100 50 16,72 81,52 1,23 0,58 EEADP ½ IC 50 50 51,13 46,81 1,70 0,48 Kb EEADP- Dok 12,5- 0,25 41,39 29,89 24,30 4,58 Doksorubisin 1 2,47 27,48 33,13 36,94 Keterangan: R1 = sel hidup, R2 = sel yang mengalami apoptosis awal, R3 = sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal, R4 = sel yang mengalami nekrosis akhir late nekrosis. Gambar 4.9 Gambaran persentase kondisi sel T47D kontrol Gambar 4.10 Gambaran persentase kondisi sel T47D diberi 1 x IC 50 Sam ple ID: KS T47D Patient ID: 1218.13 Acquisition Date: 18-Dec-13 G ate: No Gate Total Events: 20000 Region G ated Total R1 92.88 92.88 R2 4.93 4.93 R3 1.71 1.71 R4 0.50 0.50 R2 R3 R4 R1 EEADP Sam ple ID: PG 1 T47D Patient ID: 1218.13 Acquisition Date: 18-Dec-13 Gate: No Gate Total Events: 20000 Region Gated Total R1 16.72 16.72 R2 81.52 81.52 R3 1.23 1.23 R4 0.58 0.58 R2 R3 R4 R1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 Gambaran persentase kondisi sel T47D yang diberi ½ IC 50 Gambar 4.12 Gambaran persentase kondisi sel T47D yang diberi EEADP- EEADP Doksorubisin Sample ID: PG 12 T47D Patient ID: 1218.13 Acquisition Date: 18-Dec-13 Gate: No Gate Total Events: 20000 Region Gated Total R1 51.13 51.13 R2 46.81 46.81 R3 1.70 1.70 R4 0.48 0.48 R2 R3 R4 R1 Sample ID: KB PG-D T47D Patient ID: 1218.13 Acquisition Date: 18-Dec-13 Gate: No Gate Total Events: 20000 Region Gated Total R1 41.39 41.39 R2 29.89 29.89 R3 24.30 24.30 R4 4.58 4.58 R2 R3 R4 R1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13 Gambaran persentase kondisi sel T47D yang diberi Doksorubisin Keterangan: Gambar atas menunjukkan gambaran sel secara keseluruhan Gambar bawah adalah gambaran sel setelah dikelompokkan dan dipersentase. Pada sel T47D yang diberi EEADP IC 50 terlihat persentase sel yang mengalami apoptosis awal 81,52, EEADP ½ IC 50 Persentase sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal pada pemberian EEADP IC 46,81 sedangkan yang diberi EEADP-doksorubisin terlihat persentase sel yang mengalami apoptosis awal 29,89, doksorubisin 27,48 dan dibandingkan kontrol 4,93. Terlihat EEADP lebih banyak meningkatkan jumlah sel yang mengalami apoptosis awal dibandingkan dengan doksorubisin maupun kombinasi EEADP. 50 sangat sedikit 1,23, EEADP ½ IC 50 Sam ple ID: D 12 T47D Patient ID: 1218.13 Acquisition Date: 18-Dec-13 Gate: No Gate Total Events: 20000 Region Gated Total R1 2.47 2.47 R2 27.48 27.48 R3 33.13 33.13 R4 36.94 36.94 R2 R3 R4 R1 1,70, yang diberi EEADP-doksorubisin terlihat persentase sel yang mengalami apoptosis akhir dan nekrosis awal 24,30, doksorubisin 33,13 sedangkan pada kontrol sel 1,71. Sel yang mengalami late necrosis juga sangat sedikit. Pada sel T47D Universitas Sumatera Utara yang diberi EEADP IC 50 0,58, EEADP ½ IC 50 0,48, yang diberi EEADP- doksorubisin terlihat persentase sel yang mengalami late necrosis 4,58, doksorubisin 36,94 sedangkan pada kontrol 0,50. Jumlah sel yang hidup pada kontrol 92,88, pada perlakuan dengan EEADP IC 50 16,72, EEADP ½ IC 50 EEADP dan kombinasinya menunjukkan aktivitas positif dalam apoptosis dengan metode flowsitometri menggunakan annexin V. Prinsip dari pelabelan annexin V adalah pewarnaan pada phosphatidylserines PS yang terdapat pada membran luar sel. Sel apoptosis awal mengekspresikan PS pada luar membran plasma. PS dapat terwarnai oleh label annexin V. Sel yang mengalami apoptosis akhir dan sel nekrosis akan kehilangan integritas membran selnya dan permeabel terhadap pewarna annexin V Zimmermann dan Meyer, 2011. Mekanisme kerja dari EEADP kemungkinan berada pada fase apoptosis awal. 51,13, perlakuan dengan EEADP - doksorubisin 41,39 sedangkan dengan doksorubisin 2,47. Potensi EEADP dalam memacu apoptosis sel kemungkinan disebabkan oleh senyawa flavonoid melalui beberapa mekanisme antara lain penghambatan aktivitas DNA topoisomerase III, modulasi signalling pathways, penurunan ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-XL, peningkatan ekspresi gen Bax dan Bak serta aktivasi endonuklease. Senyawa flavonoid menghambat proliferasi sel sel kanker pada manusia melalui inhibisi proses oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker. Mekanisme ini diperantarai penurunan enzim xanthin oksidase, Cyclooxygenase COX dan Lipooxygenase LOX yang diperlukan dalam proses peroksidasi sehingga menunda siklus sel. Topoisomerase merupakan enzim yang berfungsi memotong DNA yang berlilitan ketat akibat pembukaan Universitas Sumatera Utara double strand DNA oleh enzim helikase, memutar balik dan kemudian menyambungkan lagi. Jika terjadi penghambatan terhadap aktivitas topoisomerase akan menghasilkan kerusakan DNA yang permanen dan mengaktivasi p53 dan memicu apoptosis Chen, et al., 2006.

4.12 Pengamatan Ekspresi Protein Bcl-2 Dan Siklin D1

Dokumen yang terkait

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Daun Poguntano (Picria Fel-Terrae Lour.) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Vitro

1 7 12

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Daun Poguntano (Picria Fel-Terrae Lour.) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Vitro

1 2 8

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Daun Poguntano (Picria Fel-Terrae Lour.) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Vitro

1 2 27

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Daun Poguntano (Picria Fel-Terrae Lour.) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Vitro

0 0 5

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Daun Poguntano (Picria Fel-Terrae Lour.) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Vitro

0 0 57

UJI ANTIKANKER KOMBINASI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN POGUNTANO (Picria fel-terrae Lour.) DENGAN DOKSORUBISIN TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA SECARA IN VITRO

0 1 22

Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

0 0 36

Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

0 0 9