diperlukan untuk perkembangan dari G
2
ke fase M. Ikatan kompleks cdc2-B1 melibatkan penghambatan fosfat pada sepasang asam amino aktif oleh Wee1.
Defosforilasi ini oleh cdc25C fosfatase meningkatkan aktivitas Cdk. Kerusakan DNA mengaktifkan Chk1, yang menginaktivasi cdc25C melalui fosforilasi
cdc25C, mengakibatkan fosforilasi dan aktivitas dari cdc2-B1 menjadi inaktif, akhirnya terjadi penghentian fase G
2
- Kegagalan sel saat memasuki checkpoint pada fase
M cell cycle arrest Dipaola, 2002. G
2
-M tidak mengizinkan sel yang rusak untuk memasuki fase mitosis tetapi akan mengalami apoptosis.
Upaya meningkatkan mekanisme ini dapat mempertinggi efek sitotoksisitas kemoterapi. Dengan kata lain, upaya untuk meningkatkan G
2
-M arrest juga berkaitan dengan peningkatan apoptosis Dipaola, 2002.
4.10 Uji Penghambatan Siklus Sel terhadap Sel T47D
Pengujian siklus sel pada sel T47D dengan metode flowsitometri dilakukan dengan berbagai perlakuan. Diantaranya adalah kontrol ditunjukkan pada Gambar
4.5, EEADP pada konsentrasi 1 kali IC
50
ditunjukkan pada Gambar 4.6, EEADP-doksorubisin ditunjukkan pada Gambar 4.7 dan doksorubisin pada
konsentrasi ½ IC
50
Tabel 4.7 Distribusi sel T47D setelah perlakuan dengan berbagai konsentrasi
EEADP, doksorubisin dan kombinasi keduanya ditunjukkan pada Gambar 4.8. Profil siklus sel T47D Tabel
4.7 dibawah ini.
Jenis perlakuan Kadar
Fase sel G
-G S
1
G
2
–M Kontrol
- 51,69
20,97 25,96
EEADP 1 IC
62,33
50
14,80 9,83
Kombinasi EEADP dan doksorubisin
1 8
IC
50 1
8
IC 71,24
50
14,70 6,33
Doksorubisin ½ IC
58,77
50
19,13 3,06
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Gambaran siklus sel T47D kontrol
Gambar 4.6 Gambaran siklus sel T47D yang diberi 1 x IC
50
EEADP
Gambar 4.7 Gambaran siklus sel T47D yang diberi
1 8
IC
50
EEADP dan
1 8
IC
50
doksorubisin
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Gambaran siklus sel T47D yang diberi ½ IC
50
doksorubisin
Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan antara perlakuan dengan kontrol. Analisis siklus sel dilakukan pada fase siklus sel
dimana terjadi akumulasi sel terbesar pada masing-masing perlakuan. Akumulasi sel terbesar pada perlakuan EEADP konsentrasi 99,404
μgmL IC
50
adalah pada fase G -G1 sebesar 62,33. Pada perlakuan EEADP dan
kombinasinya dengan doksorubisin EEADP
1 8
IC
50
dan doksorubisin
1 8
IC
50
akumulasi terbesar juga terjadi pada fase G -G1 yaitu sebesar 71,24 sedangkan
pada perlakuan dengan doksorubisin doksorubisin ½ IC
50
akumulasi terbesar juga terjadi pada fase G
-G1 yaitu sebesar 58,77. Apabila dibandingkan dengan kontrol akumulasi pada fase G
-G1 yaitu sebesar 51,69 dan pada fase S yaitu sebesar 20,97, efek perlakuan ekstrak dengan 1 x IC
50
dan kombinasinya dengan doksorubisin pada fase G
-G
1
dan S jauh berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa EEADP pada konsentrasi IC
50
dan kombinasinya EEADP
1 8
IC
50
dan doksorubisin
1 8
IC
50
Pada perlakuan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dengan dosis EEADP
menunjukkan pengaruh pada siklus sel T47D.
1 8
IC
50
dan doksorubisin
1 8
IC
50
terjadi
Universitas Sumatera Utara
penghambatan pada siklus G -G
1
, penghentian siklus sel pada fase G -G
1
kemungkinan terjadi pemacuan apoptosis. Penghentian siklus sel pada fase G
1
Hambatan regulasi daur sel pada fase G akan memberikan kesempatan pada sel yang mengalami kerusakan untuk dikenali
dan melanjutkan proses apoptosis Budityastomo, 2010. Untuk mengetahui lebih jelasnya adanya pemacuan apoptosis maka dilakukan pengujian apoptosis dengan
metode flowsitometri. -G
1
oleh EEADP terjadi melalui penurunan level ekspresi siklin D1 berdasarkan pengujian imunositokimia
sehingga tidak terjadi aktivasi CDK4 dan CDK6 yang berakibat pada penghambatan fosforilasi pRb protein retinoblastoma, Rb yang tidak
terfosforilasi akan berikatan dengan faktor transkripsi E2F mengikat DNA dan menghambat transkripsi gen yang produknya diperlukan untuk fase S siklus sel
sehingga sel tertahan di fase G
1
atau terjadi G
1
Penghambatan daur sel ini kemungkinan dapat juga disebabkan oleh kemampuan senyawa yang terkandung dari EEADP meningkatkan ekspresi
Protein p21 dan p27 akan membentuk ikatan kompleks dengan siklin D dan Cyclin Dependent Kinase 46 Cdk, sehingga akan menghambat posporilasi pRb
protein retinoblastoma. Hal ini mengakibatkan E2F inaktif, hal ini berakibat pada terhentinya daur sel Foster, et al., 2001; King, 2000. Penghentian siklus sel
pada fase G arrest Kumar, et al., 2005.`
-G
1
memberi kesempatan kepada sel untuk memperbaiki DNA yang rusak apabila tidak bisa diperbaiki lanjut ke proses apoptosis. Kontrol checkpoint
sangat penting untuk menjaga stabilitas genomik. Kesalahan pada checkpoint akan meloloskan sel untuk berkembang biak meskipun terdapat kerusakan DNA atau
replikasi yang tidak lengkap atau kromosom tidak terpisah sempurna sehingga
Universitas Sumatera Utara
akan menghasilkan kerusakan genetik. Hal ini kritis bagi timbulnya kanker. Oleh karena itu, proses regulasi siklus sel mampu berperan dalam pencegahan kanker
Ruddon, 2007.
4.11 Uji Apoptosis