vitro karena mudah penanganannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas atau cepat pertumbuhannya. Selain itu memiliki homogenitas yang tinggi
dan mudah diganti sel baru yang telah dibekukan jika terjadi kontaminasi Abcam,
2007. Sel T47D adalah model sel kanker payudara yang belum resisten terhadap
agen kemoterapi doksorubisin namun diketahui memiliki gen p53 yang telah
termutasi Junedi, et al., 2010.
Doksorubisin merupakan agen kemoterapi golongan antrasiklin yang memiliki aktivitas antikanker spektrum luas dan telah digunakan pada berbagai
jenis kanker seperti kanker payudara. Penggunaan doksorubisin sebagai agen kemoterapi dibatasi oleh efek toksik terhadap jaringan normal terutama jantung
dan menekan sistem imun serta pengurangan dosis doksorubisin mampu mengurangi efek samping dari doksorubisin Wattanapitayakul, et al., 2005.
Timbulnya resistensi pada beberapa obat terapi kanker termasuk doksorubisin menjadi kendala utama dalam kemoterapi yakni menurunnya
sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi. Oleh karena itu, berbagai penelitian untuk mengurangi resistensi obat terus dilakukan, sehingga dapat
memperbaiki penerapan klinik agen kemoterapi kanker payudara Anonim, 2007b. Berbagai strategi terapi pengobatan kanker payudara telah dilakukan
diantaranya dengan menggunakan terapi bedah, radioterapi dan kemoterapi maupun kombinasi ketiganya. Beberapa strategi untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan mengurangi gejala telah dilakukan tetapi diperlukan terapi baru yang dapat menghilangkan kanker dengan pentargetan yang lebih efisien
Mulyadi, 1997. Salah satu pendekatan yang sedang populer adalah penggunaan kombinasi kemoterapi, dimana senyawa kemoprevensi ko-kemoterapi yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat non toksis atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen kemoterapi untuk meningkatkan efikasi dengan menurunkan toksisitasnya
terhadap jaringan yang normal Jenie dan Meiyanto, 2007. Penelitian untuk mendapatkan obat antikanker antara lain dilakukan dengan
mencari senyawa-senyawa alam yang berasal dari tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam semakin tinggi
dengan menggunakan obat tradisional. Tumbuhan poguntano Picria fel-terrae Lour. di Asia Timur dan Tenggara secara tradisional telah digunakan sebagai
stimulan, diuretik, obat malaria, obat diabetes mellitus, demam, infeksi herpes, kanker dan inflamasi selama lebih dari 200 tahun Zhong, et al., 1979. Daun
poguntano di Sumatera Utara umumnya digunakan sebagai obat untuk diabetes mellitus Harfina, et al., 2012; Sitorus, et al., 2014. Penelitian menunjukkan
adanya senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak butanol poguntano, yaitu senyawa apigenin 7-O-
β-glucuronide, luteolin 7-O-β- glucuronide dan apigenin 7-O-
β-2″-O-α-rhamnosyl glucuronide Huang, et al., 1999.
Flavonoid berperan dalam inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis, inhibisi angiogenesis dan pembalikan
resistensi multi-obat atau kombinasi mekanisme tersebut Ren dan Qiao, 2003. Apigenin dan luteolin merupakan bagian dari kelompok flavonoid yang memiliki
efek anti inflamasi, antiradikal bebas, antikanker dan secara epidemiologi berperan mengurangi risiko kanker payudara Long, et al., 2008. Penelitian
terhadap Picria fel-terrae menunjukkan adanya senyawa cucurbitacin, diantaranya adalah picfeltarraenin IA, picfeltarraenin IB, picfeltarraenin IV dan senyawa baru
Universitas Sumatera Utara
picfeltarraenin VI picfeltarraegenin I 3-O- β-D-xylopyranoside. Senyawa
picfeltarraenin VI memiliki aktivitas sitotoksik paling besar yaitu IC
50
Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC 29 ± 2
mikroM dan 21 ± 1 mikroM Huang, et al., 1998.
50
inhibitor concentration 50. Nilai IC
50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50 dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa
terhadap sel Meiyanto, dkk., 2008. Hasil pengujian sitotoksik larutan uji ekstrak daun poguntano terhadap sel kanker payudara MCF-7 memberikan nilai IC
50
Nilai IC 119,906 µgmL untuk ekstrak n-heksana, 119,990 µgmL untuk ekstrak etil asetat,
dan 307,719 µgmL untuk ekstrak etanol Lestari, 2013.
50
ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun poguntano pada perlakuan terhadap sel kanker payudara T47D berturut-turut
sebesar 509,744 µgmL, 97,92 µgmL, dan 306,435 µgmL. Kombinasi ekstrak n- heksana daun poguntano dengan doksorubisin memberikan efek sinergis tetapi
kurang selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 serta tidak menunjukkan mekanisme apoptosis Lestari, 2013. Nilai IC
50
ekstrak etil asetat daun poguntano EEADP terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D berturut-
turut sebesar 119,990 µgmL dan 97,92 µgmL menunjukkan bahwa EEADP IC
50
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang daun poguntano yaitu untuk mengetahui ekstrak etil asetat daun poguntano memiliki
efek sebagai ko-kemoterapi terhadap kanker payudara, kombinasi dengan cukup poten sebagai ekstrak yang berfungsi sitotoksik bila dikombinasikan
dengan doksorubisin terhadap sel kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
doksorubisin, indeks selektivitas, penghambatan siklus sel, pemacuan apoptosis
dan penekanan ekspresi siklin D1 dan Bcl-2. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano memiliki efek sinergis bila
dikombinasikan dengan doksorubisin dan dapat diketahui konsentrasi optimalnya?
b. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D?
c. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menghambat siklus
sel? d. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil
asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat memacu apoptosis? e. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil
asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menekan ekspresi protein siklin D1 dan Bcl-2?
1.3 Hipotesis