Respon Terhadap Ahli-Ahli Media

kelompok terbawah di kategori 32 perseratus Negara yang tidak mempunyai media yang bebas. Menurut kajian yang berpangkalan di Washington DC itu, Malaysia berkongsi tempat dengan Algeria dan Zambia. 10 Antara sepuluh negara paling bebas media massa ialah Finland, Iceland, Norway, Sweden, Denmark, Belgium, Luxembourg, Andorra, Switzerland dan Liechtenstein. Manakala lima negara yang berada di tangga paling bawah ialah Eritrea pada kedudukan 192, Libya 192, Burma 194, Turkmenistan 194 dan Korea Utara 196. Di rantau Asia Pasifik, kedudukan Malaysia masih ketinggalan di belakang jiran-jirannya seperti Filipina kedudukan 97, Indonesia 107, Thailand 124 dan Kemboja 134. Freedom House meletakkan media di Filipina, Indonesia dan Th ailand di bawah kategori “sebagian bebas”. Freedom House adalah kumpulan pejuang kebebasan demokrasi internasional dan daftar kedudukan yang dikeluarkannya adalah bagi meraikan Hari Kebebasan Media Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Mei. Seterusnya, apa yang terjadi terhadap pristiwa Memali yang berpengaruh oleh media massa adalah ditinjau salah seorang ahli media di Malaysia yaitu Hj Mohd Sabu, antara komenternya yang ditulis di dalam bukunya 11 adalah bermula “Sebelum tragedi itu, namanya kurang dikenali ahli PAS karena Assyahid lebih 10 http:beritasemasa.comranking-dunia-media-massa-di-malaysia di akses pada tanggal 2342011 jam 12:23 am WIB. 11 Mohd Sabu, Air Mata Memali, Selangor, Warisan Syuhada: 2010 , cet I, hlm. 48 aktif di Negeri Kedah saja. Apabila mendengar warta berita dan kejayaan pihak keselamatan dalam operasi membenteras kumpulan ajaran sesat, ahli-ahli media terbungkam dengan pertanyaan siapa pula pelaku pidana ini karena terlihat kaum wanita berjilbab labuh hitam dan berkopiah putih di kaca TV. Sebelum itu ahli-ahli media turut ada pengalaman diserbu pihak keselamatan ketika duduk mendengar ceramah politik di Kuala Lumpur. Memang takut juga bila diserbu begitu dengan sinar lampu kamera dan tubuh-tubuh gempal menerpa ketika asyik mendengar penjelasan pimpinan. Keesokan harinya, media-media massa negara terus memaparkan kejadian berdarah tersebut dan itulah kali pertama penyusun mengenali nama Ibrahim Libya dan Memali. Majlis Fatwa peringkat Kebangsaan dan Negara bagian Kedah diarahkan mengatur perkara tersebut, apa lagi bila ahli-ahli PAS mendakwa mereka adalah para syuhada berdasarkan tujuan perjuangan dan tanda-tanda kesyahidan pada tubuh mereka. Kemudian, apabila berlaku pergeseran antara dua pihak dalam Umno sehingga terbentuknya dua tim dan berakhir pula kepada pengharaman partai kebangsaan tersebut. 12 Anggota media massa tanpa sadar memaparkan perang mulut dikalangan mereka sehingga saling tuduh menuduh sebab berlakunya tragedi berdarah itu. Akhirnya, anggota-anggota PAS khususnya termaklumlah akan siapa bajingan utama dalam kejadian tersebut dan siapa pula pihak yang menjulang panji 12 Ibid, hlm. 50 kebenaran. Mereka membuka keburukan sendiri dan tidak mustahil percikan darah syuhada itu telah mengenai pakaian orang-orang memfitnah para syuhada tersebut. Seterusnya, inti kesimpulan dari penulis dalam hal terkait masalah ini adalah hubung kait media massa dengan peristiwa Memali merupakan suatu diskriminasi atau satu kezaliman yang dilakukan oleh aparatur Negara, seperti para kementerian, militer dan kepolisian. RTM dengan fungsi sejagatnya adalah untuk menyampaikan maklumat, terus bertukar tujuan dari menyalurkan maklumat lewat Berita Perdana sehingga ia menjadi Propaganda Perdana sama seperti yang dimainkan oleh jabatan penyiaran Jerman di zaman Nazi Hitler dulu. Peran propaganda dan indoktrinasi –cuci otak- yang diamalkan oleh jabatan penyiaran Nazi Hitler di Jerman itu telah ditiru persis oleh RTM untuk menyampaikan dakyah anti PAS nya dalam tayangan klip video Memali di tengah-tengah kerancakan kempen Amerika memerangi keganasan yang memusuhinya. Motifnya supaya PAS dipercayai sebagai pengganas atau menyokong pengganas atau berpotensi melindungi pengganas atau boleh dimanfaatkan dan sebagainya. Justru itu jika ada terlintas di buah fikiran sebagian pihak untuk bergabung dengan PAS akan berfikir dua kali dan membatalkan niat itu. Dengan ini PAS akan terus diliat dengan imej yang jelek, karena media massa adalah alat untuk menyampaikan satu informasi kepada masyarakat seperti hal yang terkait kasus ini.

C. Undang-Undang Terkait Hukum Kepidanaan di Indonesia

Undang-undang yang terkait hukum kepidanaan yang termuat materi di dalam KUHP khususnya di Indonesia, karena undang-undang kepidanaan di Malaysia sudah dijelaskan pada bab III, agar lebih jelas jika dikaji dengan dua perbandingan antara hukum kepidanaan Malaysia dan Indonesia. Dan di sini tidak menyebut seluruh materi yang terdapat di dalam KUHP hanya beberapa perkara saja yang terkait dengan perbahasan ini. Yaitu; 13 pada Bab I - Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana Dalam Perundang- Undangan Pasal 1 1 Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada. 2 Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya. Pasal 2 Ketentuan pidana dalam perundang-undangan dangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia. 13 Andi Hamzah, KUHPKUHAP, Jakarta: Rineka Cipta, 2007 cet. I, hlm. 137 Pasal 3 Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia. 14 Pasal 10 Pidana terdirl atas: a. pidana pokok: 1. pidana mati; 2. pidana penjara; 3. pidana kurungan; 4. pidana denda; 5. pidana tutupan. b. pidana tambahan 1. pencabutan hak-hak tertentu; 2. perampasan barang-barang tertentu; 3. pengumuman putusan haki Pasal 11 Pidana mati dijalankan oleh algojo di tempat gantungan dengan menjeratkan tali yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat terpidana berdiri. Pasal 12 1 Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu. 14 Ibid, hlm. 138