Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.2 Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil analisa data dukungan keluarga pasien anak yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga baik 14 orang 45,2, dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H Adam Malik Medan 2013 Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase Baik 14 45,2 Cukup 12 38,7 Kurang 5 16,1 5.1.3. Respon Cemas Anak Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa respon cemas anak dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki cemas ringan yaitu sebesar 13 orang 41,9, dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H Adam Malik Medan 2013 Tingkat Respon Cemas Frekuensi Persentase Respon cemas ringan 13 41,9 Respon cemas sedang 12 38,7 Respon cemas berat 6 19,4

5.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia

dalam Menjalani Kemoterapi Hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H.Adam Malik Medan pada penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi Spearman Correlations Spearman’s Rho . Hasil penelitian didapat koefisien korelasi r antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi yaitu r -0,609 dengan tingkat signifikasi p 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana kekuatan hubungannya kuat yang berpola negatif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H Adam Malik Medan 2013 Variabel 1 Variabel 2 r p Keterangan Dukungan Keluarga Respon Cemas -0,609 0,000 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi kuat

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisis Karakteristik Responden

Pengalaman dan pengetahuan anak tentang jenis penyakit berkembang pada usia sekolah Papalia, 2001 dalam Agias, R Fens, 2009. Hasil pengamatan karakteristik responden bahwa mayoritas usia anak 12 tahun 25,8. Anak yang lebih muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua Stuart Laraia, 2005. Hasil ini sesuai dengan pendapat Feist 2009 dalam Muafifah. K 2013 yang menyatakan semakin bertambahnya usia akan mempengaruhi kematangan psikologis seseorang sehingga faktor usia mempengaruhi kecemasan seseorang. Umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap Haryanto, 2002. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 51,6, dimana tingkat kecemasan laki-laki jauh lebih rendah dari perempuan. Trismiati 2004 menyatakan bahwa wanita secara umum lebih pencemas daripada pria. Menurut pendapat Wong 2008 menyatakan anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya daripada anak laki-laki karena anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki-laki yang lebih aktif, eksploratif Myres, 1983. Mayoritas anak berpendidikan SD 71. Respon cemas berat cenderung ditemukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan terhadap efek samping kemoterapi sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam menjalani kemoterapi. Mayoritas hubungan dengan pasien sebagai ibu 87,1. Setiawati 2008 mengemukakan bahwa peran sebagai ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Mayoritas pekerjaan orangtua Lain-lain IRT, Petani 80,6. Pekerjaan seseorang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dimiliki responden sangat berpengaruh pada pengobatan anak yang menderita kanker. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan lebih akan segera melakukan pengobatan terbaik dan menjalankan pengobatan di rumah sakit terbaik dengan jaminan kualitas kesehatan yang lebih baik. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan cukup, sedang dan cenderung rendah walaupun demikian orangtua ingin agar anak selalu sehat tetap akan melakukan pengobatan, namun dengan menjalankan pengobatan yang standar Desiana, 2011. Mayoritas tingkat pendidikan orangtua SMA 41,9. Menurut Notoatmodjo 2010 tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap suatu pengetahuan. Orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan koping yang konstruktif dalam mengatasi kecemasan, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki sangat berperan dalam memberikan tindakan yang efektif terhadap permasalahan yang dihadapi. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dimana individu dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi, mudah mengerti dan mudah menyelesaikan masalah Stuart dan Laraia, 2005. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan Notoatmodjo, 2000 dalam Lutfa, 2008. Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap keteraturan pengobatan pada anak yang menderita kanker. Tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada anak. Tingkat pengetahuan responden yang rendah menyebabkan rendahnya pengetahuan responden tentang kanker yang dialami anak. Sukardja 2002 dalam Prihatini 2012 menyatakan bahwa salah satu faktor keterlambatan anak dalam pengobatan kanker adalah orangtua kurang menyadari bahaya kanker. Ketidaktahuan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker Hawari, 2004. Mayoritas penghasilan responden kurang dari Rp 1.750.000. Beberapa orangtua pasien yang kurang mampu telah mendapat bantuan dana dari pemerintah, hal ini dimungkinkan karena program biaya pengobatan negeri berasal dari askes, jamkesmas, jamkesda sehingga orangtua mempunyai kecemasan yang lebih rendah.

5.2.1. Dukungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga terhadap anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi adalah baik 45,2 14 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianta 2008 dengan sampel 38 didapat 26 68,4 responden mempunyai dukungan keluarga sangat baik terhadap pasien dalam menjalani