Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri

Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP H. Adam Malik Medan

Skripsi

Christine Handayani Siburian

081101020

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU 2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang

senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, dan kritikan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini

3. Ibu Rika Endah, S.Kp, M.Pd selaku Dosen Penguji I dan Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, CWCC selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan, saran, dan kritikan yang membangun dalam skripsi ini

4. Bapak Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan yang memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian, Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Medan, Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf, Kepala SMF Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf, Kepala Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik,


(4)

dan Kepala Ruangan Rindu B2A beserta staf serta pihak-pihak lain yang turut berpatisipasi dalam penelitian ini

5. Terima Kasih kepada Ayahanda Y. Siburian, Ibunda Y. Pakpahan, S.Pd, abang saya Herry Yanto S Siburian, SP, dan saudara-saudara saya atas doa, dukungan, dan kasih sayang serta pengorbanannya selama ini

6. Teman-teman seperjuangan sekaligus sahabat terbaikku Lusiana Manik, Yemima Dayfiventy, Dewi Sartika Panjaitan, Martia Lindawaty Tondang, Juliana Pardede, Devi Ardila, Wiana Matofani dan Irma Sarah Pohan yang banyak memberikan dukungan, dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam penuyusunan skripsi ini

7. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukkan, berbagi pengetahuan, dan mendukung saya.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih KaruniaNya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, 14 Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... v

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Peneliti ... 5

4. Tujuan Penelitian... 5

4.1 Tujuan Umum ... 5

4.2 Tujuan Khusus... 5

5. Manfaat Penelitian ... 6

5.1 Pendidikan Keperawatan ... 6

5.2 Praktek Keperawatan... 6

5.3 Penelitian Keperawatan ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Harga Diri ... 7

1.1 Defenisi Harga Diri ... 8

1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 8

1.3 Gangguan Harga Diri ... 9

1.4 Harga Diri Pasien yang Menjalani Kemoterapi ... 11

2. Dukungan Keluarga... 12

2.1 Defenisi Keluarga ... 12

2.2 Dukungan Keluarga... 13

2.3 Bentuk Dukungan Keluarga ... 13

2.4 Sumber Dukungan Keluarga ... 14

2.5 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi ... 15

3. Kanker Payudara ... 17

3.1 Defenisi Kanker Payudara ... 17

4. Kemoterapi………. 18

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 21

1. Kerangka konseptual ... 21

2. Defenisi Operasional ... 22

3. Hipotesis ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN... 23


(6)

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4. Pertimbangan Etik ... 25

5. Instrumen Penelitian ... 25

5.1 Kuesioner Data Demografi... 26

5.2 Kuesioner Harga Diri ... 26

5.3 Kuesioner Dukungan Keluarga ... 27

6. Validitas dan Realibilitas ... 28

6.1 Validitas ... 28

6.2 Realibilitas ... 28

7. Pengumpulan Data ... 29

8. Analisa Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

1. Hasil Penelitian ... 32

1.1 Karakteristik Responden ... 32

1.2 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan ... 32

1.3 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan 34 1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan 34 2. Pembahasan ... 35

2.1 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan ... 35

2.2 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan 40 2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 45

2.1 Pendidikan Keperawatan ... 45

2.2 Praktek Keperawatan... 46

2.3 Penelitian Keperawatan ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Jadwal Penelitian


(7)

3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian 5. Hasil Pengelolaan Data

6. Lembar Persetujuan Uji Validitas 7. Lembar Bukti Bimbingan

8. Surat izin Survey Awal dari Fakultas Keperawatan

9. Surat izin Survey Awal dari RSUP H. Adam Malik Medan 10.Suran izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan

11.Surat Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan 12.Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

3.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 23 Tabel 5.1 Karakteristik pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan ... 34 Tabel 5.2 Analisa Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara

yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam

Malik ... 35 Tabel 5.3 Analisa Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang

Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

Medan ... 35 Tabel 5.4 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pasien

Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di


(10)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Christine Handayani Siburian NIM : 081101020

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2012

Abstrak

Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari keluarganya dan harga diri merupakan hasil penilaian berupa penerimaan atau penolakan individu terhadap dirinya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling dan sampel yang didapat adalah 30 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai dukungan keluarga dan harga diri. Pengumpulan data berlangsung selama bulan Februari sampai Maret 2012. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dan kekuatan hubungannya sedang yang berpola positif (p = 0,027, r = 0,403). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Harga Diri, Pasien Kanker Payudara yang menjalani kemoterapi


(11)

Title : Family Support and Self-Esteem Correlation of Patient with Chemotherapy Breast Cancer in RSUP H. Adam Malik Medan. Name : Christine Handayani Siburian

NIM : 081101020

Department : Bachelor of Nursing Year : 2012

Abstract

Family support is a valuable support for individuals from his family. Self-esteem is result of acceptance or rejection of the individual against himself. The purpose of this research is to identify family support and self-esteem correlation of patient with chemotherapy breast cancer in RSUP H. Adam Malik Medan during February to March 2012. The research design applied descriptive correlation. Sampling technique in research was Purposive Sampling with 30 respondens. The research instruments used in the form of a questionnaire that included demographics data, family support and self-esteem. Correlation test in this research used the Spearman correlation test. Result of correlation test displayed that family support had a significant relationship with self-esteem of patient with chemotherapy breast cancer in RSUP H. Adam Malik Medan and the correlation was positive (p = 0.027, r = 0.403). The results displayed that higher family support maked the self-esteem increase of patient with chemotherapy breast cancer in RSUP H. Adam Malik Medan. As a recommendation for future research is to examine the factors that affect self-esteem of patient with chemotherapy breast cancer.

Keywords: Family Support, Self-Esteem, Patient with Chemotherapy Breast Cancer


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2007). Kanker merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor resiko, seperti merokok, diet yang tidak sehat, faktor lingkungan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan stress (Haryono, 2009 dalam Rachmawati, 2009). Pasien yang menderita kanker mengalami banyak perubahan. Bukan hanya berubahan fisik saja tetapi dapat menimbulkan perubahan-perubahan dari segi lainnya seperti psikologis, sosial, dan spiritual. Dampak yang ditimbulkan dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya berupa perubahan pada konsep dirinya (Keliat, 1992).

Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Berdasarkan data WHO dan Bank Dunia (2005) bahwa 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia pada setiap tahunnya. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer/ UICC, 2009 dalam Depkes, 2010). Prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk dan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, dan DM (Depkes, 2010).


(13)

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemui di kalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan sebanyak 519.000 wanita dilaporkan mengalami kematian akibatnya pada tahun 2004 (WHO, Global Burden of Disease, 2004). Data Profil Kesehatan RI (2007) menunjukkan bahwa proporsi kanker payudara yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut yaitu 20,63% pada tahun 2004, menjadi 22,8% tahun 2005 dan menjadi 26,74% pada tahun 2006. Berdasarkan data Medical Record RSUP. H. Adam Malik di Medan jumlah pasien kanker payudara yang rawat jalan sebanyak 1713 orang pada tahun 2009 , 1724 orang pada tahun 2010. Melihat dari jumlahnya bahwa adanya peningkatan jumlah pasien kanker payudara pada tahun 2009 dan tahun 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan.

Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan zat kimia ataupun obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh/menghabisi sel-sel kanker (Jong, 2005). Pasien kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang untuk secara rutin mengikuti kemoterapi di rumah sakit dalam beberapa bulan. Kemoterapi dilakukan pada pasien kanker payudara setiap 3 minggu (21 hari). Selain itu, kemoterapi masih perlu dilakukan 5 sampai 10 tahun kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali (Haryono, 2009 dalam Rachmawati, 2009). Dalam menjalani kemoterapi, pasien kanker payudara mengekspresikan ketidakberdayaan, merasa tidak sempurna, merasa malu dengan bentuk payudara, ketidakbahagian, merasa tidak menarik lagi, perasaan kurang diterima oleh orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka, berlama-lama di tempat


(14)

tidur, ketidakmampuan fungsional, gagal memenuhi kebutuhan keluarga, kurang tidur, sulit konsentrasi, kecemasan dan depresi (Nurachmah, 1999 dalam Anggraini, 2006). Mayoritas wanita yang mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya. Berdasarkan penelitian di atas, yang dialami pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi akan mempengaruhi harga diri pasien (Puckett, 2007 dalam Hartati 2008).

Harga diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga (Coopersmith, 1967 dalam Lubis, 2009). Individu yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, dan dapat menyesuaikan diri. Sebaliknya orang yang menilainya negatif cenderung tidak sehat, cemas, tertekan dan pesimis tentang masa depannya dan mudah untuk gagal. Individu yang harga dirinya rendah memiliki suatu sikap penolakan akan dirinya dan menyalahkan diri sendiri (Potter & Perry, 2005). Individu yang harga dirinya tinggi memiliki sikap penerimaan dan memiliki rasa percaya diri (Mubarak & Chayatin, 2005).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 6 orang penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poli Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan dan bersama keluarganya pada tanggal 27 dan 28 Oktober 2011, 4 orang menunjukkan respon merasa malu dengan bentuk payudara, takut apabila pengobatan tidak berhasil, keadaan yang lemah, merasa tidak berdaya, merasa tidak menarik lagi, murung, merasa dikucilkan di masyarakat, sangat


(15)

membutuhkan dukungan dari keluarga terutama dari anak dan suaminya, dan 2 orang menunjukkan respon tidak merasa malu dengan bentuk payudaranya, menerima keadaan yang dideritanya, semangat dalam menjalani kemoterapi, mudah diajak untuk berkomunikasi, dan keluarganya sangat mendukung proses pengobatan yang telah dianjurkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga diri merupakan masalah psikologis pada pasien pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Pasien kanker payudara membutuhkan dukungan keluarga karena berdasarkan Bosworth (2009) dalam Saragih (2009), dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi (Friedman, 1998). Hasil penelitian Anggraini (2006), mayoritas 60 % responden melapor bahwa pasien kanker payudara membutuhkan dukungan keluarga yang selalu mendampingi mereka dalam perawatan ataupun pemeriksaan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Bobak et al.(1995) dalam Anggraini (2006) bahwa perawatan wanita yang menderita kanker payudara dikatakan efektif bila wanita merasa puas dengan keputusan yang ditetapkan sehubungan dengan pilihan terapi dan dia mendapat bantuan dari orang-orang terdekat selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan. Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga


(16)

dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Pertanyaan Peneliti

3.1 Bagaimana dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan?

3.2 Bagaimana harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan?

3.3 Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan?

4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan 4.2 Tujuan khusus

4.2.1 Mengetahui dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

4.2.2 Mengetahui harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan


(17)

4.2.3 Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa, keperawatan medikal bedah, keperawatan keluarga dan keperawatan maternitas tentang hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

5.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan melibatkan keluarga sebagai pendukung untuk meningkatkan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

5.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data awal bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang terkait dalam hal hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Harga Diri

1.1 Defenisi Harga Diri

Harga diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga menurut keahliannya dan nilai pribadinya (Coopersmith, 1967 dalam Lubis, 2009).

Menurut Maslow, harga diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia dimana kebutuhan harga diri meliputi respek dari keluarga dan masyarakat, serta perasaan menghargai diri dan orang lain. Maslow juga mengidentifikasikan harga diri menjadi dua bagian. Pertama, kebutuhan akan harga diri meliputi kekuatan, penerimaan, kekaguman, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Kedua, kebutuhan akan rasa hormat atau dihargai oleh orang lain seperti status, kekuasaan, pengakuan, perhatian, kepentingan, dan penghargaan (Potter & Perry, 2005). Pada intinya, harga diri berasal dari dua sumber yaitu diri sendiri dan orang lain. Seseorang yang menghargai dirinya sendiri dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya memiliki harga diri yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit penghormatan dari orang lain biasanya memiliki harga diri yang rendah.


(19)

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Dalam Lubis (2009) perkembangan harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin dimana adanya keterkaitan yang erat antara jenis kelamin dengan harga diri misalnya seorang wanita selalu menganggap dirinya lebih rendah daripada pria. (2) faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dimana status sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi tahap harga diri. (3) faktor usia dimana harga diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan usianya. (4) lingkungan keluarga dimana harga diri ialah orangtua yang sering merendahkan atau memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan yang boleh diterima dan wajar akan menyebabkan anak merasa tidak dihargai. (5) kondisi fisik dimana individu yang memiliki ukuran bentuk dan kekuatan tubuh yang kurang dibandingkan dengan orang lain akan cenderung mempunyai harga diri yang rendah. (6) faktor psikologi individu dimana psikologis individu yang turut menentukan pembentukan harga diri seseorang. Keadaan psikologi yang dimaksud adalah konsep kesuksesan dan kegagalan. Kesuksesan dapat memberikan arti yang berbeda bagi setiap individu, namun tetap memberikan pengaruh pada peningkatan harga diri. (7) lingkungan sosial dimana terbentuknya harga diri diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya, penerimaan, penghargaan serta perlakuan orang lain terhadap individu yang bersangkutan. Pengalaman bergaul dan berinteraksi akan memberikan gambaran baik dari segi fisik maupun mental melalui sikap dan respon orang lain terhadap dirinya (Klass & Hodge, 1978 dalam Lubis, 2009). Buss (1978) dalam Lubis (2009) menegaskan bahwa pengalaman keberhasilan, persahabatan, dan kematangan akan


(20)

meningkatkan harga diri. Sebaliknya kehilangan kasih sayang, dijauhi oleh teman-teman dan penginaan akan menurunkan harga diri.

1.3 Gangguan Harga Diri

Gangguan harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya pecaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Gangguan harga diri ada dua macam yaitu harga diri rendah situasional dan harga diri rendah kronik (Carpenito, 2001 dalam Purba dkk, 2010). Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:

1.3.1 Situasional

Harga diri rendah yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Gangguan pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan. Selain itu, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit serta perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada pasien gangguan fisik.

1.3.2 Kronik

Harga diri rendah yang terjadi karena perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama ketika sebelum sakit/ dirawat. Pasien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negate


(21)

terhadap dirinya. Kondisi ini yang mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.

Faktor predisposisi gangguan harga diri menurut Suliswati,dkk (2005) dalam Purba, dkk (2010) yaitu: Penolakan dari orang lain, kurang penghargaan, pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten, persaingan antar saudara, kesalahan dan kegagalan yang berulang dan tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.

Menurut Purba, dkk (2010) tanda dan gejala harga diri rendah yang dapat dikaji: (1) perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker. (2) rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya: “ ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,” menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. (3) merendahkan martabat, contohnya: “ saya tidak bisa”, “saya tidak mampu”, “saya merasa tidak berguna”, “saya sangat jelek”, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa”, serta “saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar”. (4) gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dimana pasien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. (5) percaya diri kurang dimana pasien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. (6) mencederai diri dimana harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin pasien ingin mengakhiri kehidupan.


(22)

1.4 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

Penderita yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi cemas dan merasa akan cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan,serta hanya beban bagi orang lain. Mereka akan cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Sukardja, 2003 dalam Hartati, 2008). Hal ini sesuai dengan pandapat Taylor (1995) dalam Hartati (2008) reaksi yang umumnya ditampilkan oleh mereka yang didiagnosa menderita kanker payudara adalah menyangkal, cemas, takut dan depresi karena merasa segala sesuatu tiba-tiba menjadi berubah dan masa depan menjadi tidak jelas.

Pada pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas pasien sehari-hari dan mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Menghadapi perubahan mental akibat penyakit kanker payudara, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Radleay, 1994 dalam Lubis, 2009). Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, dan merusak diri (Keliat, 1998). Bagi banyak wanita yang mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Puckett, 2007 dalam Hartati 2008).

Penerimaan terhadap penyakit dapat mengarah pada persiapan aktif atau persiapan pasif menghadapi kematian, maupun perlawanan terhadap penyakitnya (Glasser dalam Lubis, 2009). Ketika pasien mampu menerima keadaan dirinya,


(23)

baru ia akan mempunyai harga diri yang tinggi (Rosenberg, 1965 dalam Lubis 2009). Pasien yang memiliki harga diri yang tinggi dapat melawan pengaruh negatif dari kanker (Hobfoll & Walfisch, 1984 dalam Lubis 2009). Hal tersebut didukung oleh data dari American Cancer Society yang menunjukkan 79% perempuan yang didiagnosa menderita kanker payudara, pada tahun 1994 dan masih hidup di tahun 1999 adalah pasien yang mempunyai harga diri yang tinggi (American Cancer Society, 1994 dalam Lubis 2009).

Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien kanker payudara untuk mengubah konsep diri agar mempunyai harga diri yang tinggi untuk mampu beradaptasi (Heidrich & Ward, 1992 dalam Lubis, 2009). Pasien kanker payudara yang mempunyai harga diri yang tinggi (Rosenberg, 1965; Waltz, 1986 dalam Lubis, 2009) akan mempunyai mental yang sehat dan lebih puas terhadap hidupnya sehingga akan lebih mempercepat kesembuhannya atau lebih memperpanjang harapan bagi pasien kanker yang sudah pada tahap lanjut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pasien kanker payudara yang dapat menerima keadaan dirinya akan memilki harga diri tinggi sedangkan pasien kanker payudara yang tidak dapat menerima keadaan dirinya akan memilki harga diri yang rendah.


(24)

2. Dukungan Keluarga 2.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan memiliki hubungan yang erat (Helvie, 1981 dalam Mubarak, 2009).

2.2 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari keluarganya dimana keluarga memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2008). Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah kehidupan yang lebih umum seperti tugas-tugas perkembangan dan krisis-krisis situasional (misalnya hilangnya anggota keluarga) (Hogue, 1977 dalam Friedman, 1998). Begitu juga dengan anggota keluarga yang berada pada tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan sangat membutuhkan dukungan dari keluarga. Apabila dukungan tersebut tidak ada maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan sangat berkurang (Friedman, 1998). Dalam hal ini keluarga berpengaruh dalam menyelesaikan masalah kehidupan, nilai kesehatan individu dan menentukan program pengobatan yang mereka terima.

2.3 Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Gotay & Wilson (1998) dalam Katapodi (2002) dukungan keluarga dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu :


(25)

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, nasihat, saran dan pemecahan masalah. Dukungan informasi seperti ini dapat menolong pasien untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

2.3.2 Dukungan motivasi

Dukungan motivasi yang diberikan keluarga yaitu keluarga memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan orang yang mengalami kondisi yang sama untuk mendapatkan nasihat, keluarga memberikan dukungan yang dibutuhkan pasien, keluarga memberikan semangat melalui pujian atas sikap pasien yang positif, dan keluarga memberikan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh pasien.

2.3.3 Dukungan instrumental

Bentuk dukungan instrumental yang dimaksud yaitu dukungan berupa waktu dimana keluarga siap mendampingi ketika perawatan, keluarga bersedia membiayai perawatan,keluarga memberikan bantuan atas pengobatan yang pasien terima, dan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dimana keluarga memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi.

2.3.4 Dukungan emosional

Bentuk dari dukungan emosional ini yaitu keluarga memberikan kepercayaan dalam mengambil suatu keputusan, keluarga bersedia sebagai tempat mencurahkan perasaan, keluarga memberikan semangat, dan keluarga selalu memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi.


(26)

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan (Friedman,1998).

2.5 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

Keluarga tahu bahwa salah satu anggotanya menderita kanker, maka lazimnya pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini. Sebahagian keluarga menunjukkan rasa simpatik dan kasihan, namun sebahagian lain sikap menolak akan kenyataan ini. Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada penderita, akan banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Dalam banyak hal ternyata respon penderita terhadap terhadap pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya (Hawari, 2004).

Menurut Stommel & Given (1991) dalam Brunner & Suddarth (2002) bahwa hampir 35 % keluarga dengan kanker payudara mengalami perubahan signifikan dalam fungsi keluarga. Lebih dari 25% anak-anak juga mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan kanker payudara ibu mereka. Selain itu keluarga juga harus menanggung beban biaya dalam merawat anggota keluarga yang menderita kanker payudara tahap lanjut. Menurut Shaheen, dkk (2011) bahwa keluarga yang kurang mampu, khawatir akan ketidakmampuan


(27)

mereka dalam menanggung biaya yang tinggi dari pengobatan kanker payudara tersebut.

Ketika menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, perhatian-perhatian spiritual dan eksistensi biasanya mengemuka. Pasien kanker payudara sering mengekpresikan kebutuhan untuk berbicara mengenai ketidakpastian masa depan mereka, dan harapan mereka bahwa mereka akan mampu untuk mengatasi apapun krisis atau tantangan yang ada dihadapan mereka (Brunner & Suddarth, 2002).

Dukungan keluarga sebagai bagian dari dukungan sosial dalam memberikan dukungan ataupun pertolongan dan bantuan pada anggota keluarganya. Orang bisa memiliki hubungan yang mendalam dan sering berinteraksi ketika dukungan yang diperlukan benar-benar bisa dirasakan dalam keterlibatan dan perhatian yang mendalam (Brunner & Suddarth, 2001). Menurut Dalami (2010) peran serta keluarga sangat penting untuk penyembuhan pasien, karena keluarga merupakan sistem pendukung yang terdekat bagi pasien. Oleh karena itu keluarga selalu dilibatkan dalam perencanaan, perawatan dan pengobatan, persiapan pemulangan pasien, dan rencana perawatan tindak lanjut di rumah. Hal ini akan memotivasi keluarga agar berpartisipasi aktif dalam upaya membantu memecahkan masalah pasien.

Keliat (1998) mengatakan bahwa dukungan sosial sangat diperlukan terutama yang menghadapi masalah yang sulit termasuk penyakit yang serius. Penderita kanker payudara mengalami stress hidup yang sangat besar sehingga mereka membutuhkan dukungan sosial (Koopman et al, 1998 dalam Anggraini,


(28)

2006). Hal ini didukung oleh Abraham & Shanley (1997) dalam Anggraini (2006) yang mengatakan bahwa wanita yang terdiagnosa kanker payudara memiliki tingkat kebutuhan dukungan sosial yang tinggi. Begitu juga seorang wanita yang menjalani kemoterapi bahwa mereka sangat membutuhkan dukungan keluarga dimana dukungan keluarga tersebut ditempatkan pada urutan pertama dalam pemulihan kesehatan pasca kemoterapi (Family Support After Cancer treatment, 2008 dalam Halim & Wirawan, 2010). Menurut Francis & Setiadarma (2004); kuijen (2000) dalam Halim & Wirawan (2010) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemulihan fisik dan mental seorang wanita dan dapat membuat reaksi yang menstimulus sel tubuh untuk pulih.

Menurut hasil penelitian Anggraini (2006), mayoritas 60 % responden melapor bahwa pasien kanker payudara membutuhkan dukungan keluarga yang selalu mendampingi mereka dalam perawatan ataupun pemeriksaan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Bobak et al. (1995) dalam Anggraini (2006) bahwa perawatan wanita yang menderita kanker payudara dikatakan efektif bila wanita merasa puas dengan keputusan yang ditetapkan sehubungan dengan pilihan terapi dan bila dia mendapat bantuan yang dibutuhkan dari orang-orang terdekat selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan.

Ranger (1998) dalam Anggraini (2006) menemukan bahwa wanita kanker payudara mendapat dukungan dari sumber dukungan sosial seperti suami/ Partner, orang tua, saudara ipar, anak-anak, teman-teman, para tetangga, teman kerja, para dokter, perawat, dan staf kesehatan lainnya. Dukungan sosial yang diperoleh dari


(29)

keluarga tersebut merupakan kenyamanan fisik dan psikologis pada pasien kanker payudara (Sarason & Pierce, 1991; Baron & Byrne, 2000 dalam Anggraini, 2006).

3. Kanker Payudara

3.1 Defenisi Kanker Payudara

Tubuh kita terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Kebanyakan tidak menimbulkan bahaya. Bila pada suatu tempat di badan kita ini terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara (Diananda, 2009).

Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994 dalam Homepedin, 2008).


(30)

4. Kemoterapi

Kanker merupakan pertumbuhan ganas yang disebabkan oleh kelainan gen-gen yang mengatur pembelahan sel. Kemoterapi berusaha mengadakan intervensi di dalam berbagai fase pembelahan sel. Kelainan ini dimulai dengan penyimpangan pada tingkat gen, melewati penyimpangan di pembelahannya dan meluas sampai mempengaruhi pertumbuhan pembelahan darah di tumor. Pada setiap fase pembelahan sel, kelainan dapat ditangani dengan berbagai kemoterapi (Jong, 2005).

Penanganan kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang pasien untuk secara rutin kembali ke rumah sakit dalam beberapa bulan. Selain itu, pengobatan masih perlu dilakukan 5 sampai 10 tahun kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali. Dalam hal ini pasien kanker payudara harus patuh terhadap pengobatan kanker yaitu dengan mengikuti jadwal terapi yang sudah ditetapkan dan disesuai dengan protokol pengobatan yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan ini hendaknya diikuti sampai tuntas tanpa terputus karena sel-sel kanker adalah sel yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang lagi menjadi lebih banyak (Deherba, 2011).

Pengobatan kanker payudara memberikan dampak negatif pada fisik maupun mental dan mempunyai pengaruh besar terhadap harga dirinya (Heidrich & Wards, 1992; Watson, 1983; Cella & Tross, 1986 dalam Lubis, 2009). Hal ini dapat dilihat bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi merasa


(31)

kesepian dan terisolasi, merasa tidak berguna lagi, penuh dengan perasaan takut apakah ia dapat sembuh atau tidak, merasa bahwa orang-orang terdekat makin terasa jauh dan tidak mudah berbagi perasaan dengan orang lain. Telah diketahui bahwa seorang wanita mempunyai peranan sebagai pengasuh dan sebagai perawat orang lain. Oleh karena itu, ketika menderita penyakit ini, ia harus melepaskan naluri tersebut dan kemudian ia berubah menjadi orang yang perlu dilayani atau diperhatikan. Perubahan diri menjadi orang yang perlu dirawat dan diasuh orang lain, merupakan hal yang sangat berat karena ia menganggap dirinya lemah dan ia menganggap kurang mampu mengurus diri sendiri (Haryono, 2009 dalam Rachmawati, 2009).

Keadaan ini dapat menyebabkan penilaian negatif terhadap diri sendiri dan menjadi tidak percaya diri karena jadi bergantung kepada orang lain, merasa menjadi beban bagi keluarga dan merasa tidak berguna. Akibat keadaan tersebut membuat pasien kanker payudara mempunyai harga diri rendah (Tobias, 1995 dalam Lubis 2009).


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Dukungan keluarga pada penelitian ini menjadi variabel bebas (independent) sedangkan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi menjadi variabel terikat (dependent). Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

Keterangan: Variabel yang diteliti

Dukungan keluarga:

1. Dukungan informasional 2. Dukungan motivasi 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional

Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani


(33)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

Variabel

Dependent: Harga diri

Suatu hasil penilaian (penerimaan atau penolakan) terhadap diri

pasien kanker payudara

yang menjalani kemoterapi di RSUP H.

Adam Malik Medan.

Kuesioner harga diri

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 10 pertanyaan. Pilihan jawaban:

-Selalu (S) -Jarang (J)

-Tidak Pernah (TP)

Hasil dari penelitian yaitu:

-Harga Diri Tinggi

-Harga Diri Sedang

-Harga Diri Rendah Ordinal Variabel Idependent: Dukungan Keluarga

Suatu dukungan yang diberikan keluarga internal (suami, anak, orangtua, dan saudara kandung) kepada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan yang meliputi 4 komponen yaitu:

1. Dukungan informasional 2. Dukungan motivasi 3. Dukungan

instrumental

4. Dukungan emosional

Kuesioner dukungan keluarga sebanyak 16 pertanyaan. Pilihan jawaban:

-Sangat Sering (SS) -Sering (S)

-Jarang (J)

-Tidak Pernah (TP)

Hasil dari penelitian yaitu: -Dukungan keluarga Kurang -Dukungan keluarga cukup -Dukungan keluarga baik Ordinal 3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.


(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain peneliti mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2007).

Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yang mengkaji hubungan antar variabel untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti, sesuai kriteria yang telah ditetapkan (Setiadi, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah melakukan survei awal ke RSUP H. Adam Malik Medan bulan Oktober 2011, diperoleh rata-rata jumlah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dalam setiap bulan adalah 78 orang.

Menurut Sugiyono (2010), ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan sampel sebanyak 30 orang. Hal tersebut dikarenakan oleh peneliti memiliki waktu


(35)

yang terbatas dan jumlah pasien yang kurang memadai pada saat pengambilan sampel.

Teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi adalah teknik sampling (Arikunto, 2002 dalam Setiadi, 2007). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001 dalam Setiadi, 2007). Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling dengan teknik Purposive Sampling

yaitu teknik yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Setiadi, 2007).

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu wanita yang menderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi, sudah menjalani kemoterapi kedua, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan yakni dari Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara, sehingga diperkirakan lokasi ini memiliki jumlah sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian, selain itu rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Maret 2012.


(36)

4. Pertimbangan Etik

Objek penelitian ini adalah manusia maka pertimbangan etik sangat penting. Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Menurut Nursalam (2009), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1)

Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2)

Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen peneliti terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner harga diri dan kuesioner dukungan keluarga.


(37)

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi meliputi kode responden, umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, status ekonomi, pekerjaan, lama pasien menderita penyakit, dan kemoterapi keberapa.

5.2 Kuesioner Harga Diri

Kuesioner harga diri bertujuan untuk mengetahui mengidentifikasi harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Kuesioner ini dimodifikasi dari kuesioner sebelumnya yaitu “Self-Esteem Questionnaire” (Rosenberg, 1965). Kuesioner harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi terdiri 12 pertanyaan. Kuesioner penilaian menggunakan skala Likert yang seluruhnya merupakan pernyataan negatif. Pernyataan tersebut terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu tidak pernah (TP) bernilai 0, Jarang (J) bernilai 1, dan selalu (S) bernilai 2 dengan total skor 0-24. Semakin tinggi jumlah skor maka harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi semakin rendah.

Berdasarkan rumus statistik menurut Wahyuni (2009), p = rentang dibagi banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) yaitu sebesar 24 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk harga diri, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 8. Dengan p = 8 dan nilai terendah 0 (nol) sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dikategorikan atas kelas sebagai berikut:

0 – 8 = Harga Diri Tinggi 9 – 16 = Harga Diri Sedang


(38)

17– 24 = Harga Diri Rendah

5.3 Kuesioner Dukungan Keluarga

Kuesioner dukungan keluarga bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Kuesioner ini dibuat sesuai dengan tinjauan pustaka. Kuesioner dukungan keluarga ini terdiri dari 16 pertanyaan, dimana masing-masing komponen dukungan keluarga terdiri dari 4 pertanyaan yaitu dukungan informasional (No 1-4), dukungan pengharapan (No 5-8), dukungan instrumental (No 9-12), dan dukungan emosional (No 13-16). Kuesioner penilaian menggunakan skala Likert yang seluruhnya merupakan pernyataan positif. Pernyataan tersebut memiliki 4 pilihan jawaban yaitu sangat sering (SS) bernilai 4, sering (S) bernilai 3, Jarang (J) bernilai 2, dan tidak pernah (TP) berniai 1 dengan total skor 16 – 64. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi semakin tinggi.

Berdasarkan rumus statistik menurut Wahyuni (2009), p = rentang dibagi banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) yaitu sebesar 48 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 16. Dengan p = 16 dan nilai terendah 16 sebagai batas bawah kelas pertama, maka dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dikategorikan kelas sebagai berikut:

16 – 32 = Dukungan Keluarga Kurang 33 – 48 = Dukungan Keluarga Cukup


(39)

49– 64 = Dukungan Keluarga Baik

6. Validitas dan Reliabilitas 6.1 Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur (Setiadi, 2007). Prinsip Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009). Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, instrumen pengumpulan data harus memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang harus diukur (Demsey, 2002). Validitas yang dipakai pada instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka yang selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, kuesioner telah divalidasi oleh staf pengajar Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan berstrata Magister Keperawatan Jiwa.

6.2 Reliabilitas

Tes reliabilitas merupakan indeks yang menjalani sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2005). Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang responden yang dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria sampel, kemudian peneliti menilai responnya. Instrumen yang diuji yaitu kuesioner harga diri (12 pertanyaan) dan dukungan keluarga (16 pertanyaan).


(40)

Kedua kuesioner tersebut diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas internal dimana menganalisis datanya dari satu kali hasil pengetesan. Penilaian pada kedua kuesioner dengan menggunakan komputerisasi dengan analisis

Cronbach Alpa karena kedua kuesioner tersebut menggunakan skor dalam rentangan tertentu (Arikunto, 2010). Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1999). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh hasilnya, reliabel untuk kuesioner dukungan keluarga sebesar 0,955 dan reliabel untuk kuesioner harga diri sebesar 0,757 dengan demikian instrument layak digunakan.

7. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengirim izin pelaksana peneliti dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan responden, peneliti melakukan pendekatan. Setelah itu, peneliti menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian kuesioner diisi langsung oleh responden. Setelah semua kuesioner diisi, kemudian data dikumpulkan untuk diolah.


(41)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat.

Analisa univariat merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisa data dari variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hunger, 1999). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa data demografi kecuali untuk data umur dan data kemoterapi keberapa, variabel independen yaitu dukungan keluarga dan variebel dependen yaitu harga diri. Analisa univariat ini akan ditampilkan berupa distribusi frekuensi.

Analisa bivariat merupakan analisa statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel yaitu variabel

independen (dukungan keluarga) dan variabel dependen (harga diri). Melihat hubungan tersebut digunakan uji korelasi Spearman yaitu uji korelasi non parametrik untuk menghubungkan dua data dengan skala ordinal. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan. Jika nilai r berada pada level 0.80 – 1.00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat


(42)

kuat, level 0.60 - 0.79 (baik plus dan minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang kuat, level 0.40 - 0.59 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang, level 0,20-0.39 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang lemah dan level 0,00-0,19 (baik plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sangat lemah (Dahlan,2008).

Menginterpretasikan nilai signifikansi (p) untuk uji satu arah, jika nilai p

kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti hubungan yang signifikan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima dan dapat diinterpretasikan sebagai adanya hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dan jika nilai p lebih dari nilai α (0.05) berarti hubungan yang tidak signifikan, maka hipotesa

alternatif (Ha) ditolak dan otomatis menerima hipotesa nol (Ho). Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai tidak terdapatnya hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi (Dempsey, 2002).


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Februari 2012 sampai Maret 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden, dukungan keluarga dan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Selanjutnya dipaparkan hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

1.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini terdapat 30 responden dimana pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan rata-rata berusia 49 tahun dan rata-rata sudah menjalani kemoterapi ke 4.

Berdasarkan tabel 5.1, mayoritas responden sudah menikah (80%) dengan tingkat pendidikan terakhir terbanyak lulusan SMA (46,7%). Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (50%) dengan penghasilan keluarga setiap bulannya antara Rp1.000.000 sampai Rp1.500.000 (46,7%) serta kebanyakan responden mengalami sakit antara 6 bulan sampai 1 tahun (40%) dan di atas 1 tahun (40%).

Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)


(44)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Status

a. Belum Menikah b. Menikah

c. Janda Pendidikan

a. Tidak Sekolah b. SD

c. SMP d. SMA

e. Perguruan Tinggi Pekerjaan

a. Pegawai Negeri/ TNI/ Polri b. Ibu Rumah Tangga

c. Pegawai Swasta d. Lain-lain Penghasilan Keluarga

a. < Rp 1.000.000

b. Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 c. > Rp 1.500.000

Lama Sakit < 6 Bulan

6 Bulan - 1 Tahun > 1 tahun

1 24 5 1 9 2 14 4 5 15 8 2 8 14 8 6 12 12 3,3 80 16,7 3,3 30 6,7 46,7 13,3 16,7 50 26,7 6,7 26,7 46,7 26,7 20 40 40

1.2 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan hasil analisa data dukungan keluarga pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga cukup sebesar 56,7% (17 orang), dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Analisa Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%) Dukungan Keluarga Baik

Dukungan Keluarga Cukup Dukungan Keluarga Kurang

11 17 2 36,7 56,7 6,7


(45)

1.3 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki harga diri tinggi yaitu sebesar 60% (18 orang), dapat di lihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Analisa Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)

Harga Diri Frekuensi Persentase (%) Harga Diri Tinggi

Harga Diri Sedang

18 12

60 40

1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Analisa hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan diukur dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi yaitu (r) 0,403 dengan tingkat signifikasi (p) 0,027. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana kekuatan hubungannya sedang yang berpola positif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi juga harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.


(46)

Tabel 5.4 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)

Variabel r P

Dukungan Keluarga Harga Diri

0,403 0,027

2. Pembahasan

2.1 Dukungan Keluarga Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil analisa data dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap 30 responden, didapat bahwa 56,7% (17 orang) cukup mendapat dukungan keluarga, 36,7% (11 orang) mendapat dukungan baik dari keluarganya dan 6,7% (2 orang) kurang mendapat dukungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga cukup untuk pasien kanker payudara. Hasil penelitian ini didukung oleh Rachmawati (2009) dan Admin (2011) yang berpendapat bahwa peran keluarga sangat penting dalam perawatan pasien dimana keluarga berusaha meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan terutama untuk pasien kanker payudara. Hal ini juga dinyatakan oleh House, Landis, & Umberson (1988) dalam Sherbourne & Stewart (1991) bahwa dukungan sosial keluarga dapat memberikan hasil yang positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan pada pasien kanker payudara. Hal yang sama dinyatakan oleh Admin (2011) bahwa dukungan positif yang diberikan keluarga dapat membuat pasien kanker payudara lebih kuat dalam melawan kanker tersebut.

Dukungan yang baik dipengaruhi oleh dukungan dari orang yang sangat berarti. Menurut data demografi menyatakan bahwa 80% pasien dalam status


(47)

menikah dan dukungan tersebut didapat dari suami dan anak mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Naufal (2011) bahwa penderita kanker payudara sangat membutuhkan dukungan dari orang yang paling dekat sebagai tempat mereka mendapatkan semangat, kasih sayang dan pengertian.

Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi keluarga mengingat akan biaya untuk proses pengobatan (Friedman, 1998). Menurut data demografi menyatakan bahwa 46,7% pasien mempunyai penghasilan antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000. Beberapa pasien yang kurang mampu telah mendapat bantuan dana dari pemerintah, tetapi bantuan tersebut tidak dapat membantu secara penuh karena pasien masih membutuhkan dana lagi untuk perawatan di rumah. Oleh karena itu, penghasilan yang didapat oleh keluarga sangat membantu pasien ketika menjalani pengobatan.

Dukungan keluarga dapat menurunkan tingkat kecemasan, rasa takut, dan depresi karena dukungan tersebut dapat meningkatkan kesehatan mental. Dukungan keluarga merupakan salah satu strategi koping keluarga yang sangat penting untuk mengatasi masalahnya (Friedman, 1998). Dalam penelitian ini menyatakan bahwa dukungan keluarga baik karena keluarga memberikan dukungan informasi, dukungan motivasi, dukungan instrumental, dan dukungan emosional kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Gotay & Wilson (1998) dalam Katapodi (2002) bahwa dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan motivasi, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan-dukungan tersebut akan sangat bermanfaat apabila diberikan pada


(48)

orang yang membutuhkan dan disaat yang tepat. Salah satunya adalah pasien kanker payudara yang sedang mengidap penyakit kronis.

Dukungan informasi sangat dibutuhkan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Menurut Gotay & Wilson (1998) dalam Katapodi (2002) bahwa keluarga berusaha mencari informasi tentang pengobatan, memberikan nasihat, dan membantu mereka dalam pemecahan masalah. Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan yang menunjukkan 43,3% keluarga sering berusaha untuk mencari informasi tentang pengobatan dan pemeriksaan yang diterima pasien, 63% keluarga sering mengingatkan pasien untuk menjalani kemoterapi secara teratur, 43,3% keluarga sering membantu pasien mengambil keputusan akan pengobatan, dan 33,3% keluarga sering menjelaskan hal yang tidak dimengerti akan pengobatan kepada pasien. Wortman & Dunkel-Schetter (1987) dalam Helgeson & Cohen (1996) juga berpendapat bahwa dukungan informasi dapat membantu untuk memperbaiki rasa kebingungan yang muncul ketika menjalani pengobatan.

Kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan juga membutuhkan dukungan motivasi. Dukungan motivasi yang diberikan keluarga menurut hasil penelitian ini yaitu 36,7% keluarga sering memberikan kesempatan kepada pasien bertemu dengan orang yang mengalami kanker payudara untuk mendapatkan nasihat dan saran, 50% keluarga sering memberikan dukungan yang dibutuhkan pasien, 63,3% keluarga memberikan pujian kepada pasien apabila menjalani kemoterapi dengan teratur dan berusaha


(49)

untuk sembuh, dan 63,3% keluarga berusaha memenuhi kebutuhan yang diperlukan pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Winnubast dan Sarfino dalam Atkinson (2002) bahwa dukungan motivasi keluarga merupakan bantuan yang diberikan untuk perasaan berharga, memberikan nilai positif terhadap orang tersebut di tengah keadaannya yang kurang mampu baik secara mental maupun fisik.

Menurut pendapat Chandra (2009) bahwa dengan adanya pendampingan keluarga, pasien akan merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya yang memberi dampak baik terhadap proses penyembuhan penyakit. Hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan 50% keluarga sering mendampingi pasien ketika menjalani pengobatan dan perawatan, 63,3% keluarga sering berusaha memberikan bantuan dalam pengobatan, 33,3% keluarga bersedia membiayai selama menjalani pengobatan, dan 56,7% keluarga bersedia memenuhi kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi. Hal ini didukung oleh Wortman & Dunkel-Schetter (1987) dalam Helgeson & Cohen (1996) bahwa dukungan instrumental melibatkan penyediaan barang-barang materi, misalnya, bantuan pengobatan, transportasi, uang, atau bantuan dalam pekerjaan rumah tangga.

Kebanyakan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sering emosi yang akan berdampak buruk terhadap psikologis (Naufal, 2011). Oleh karena itu, dukungan emosional dari keluarga sangat penting bagi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi (Anggraini, 2006). Dalam penelitian ini, dukungan emosional yang dibutuhkan pasien kanker payudara yaitu 53,3%


(50)

keluarga memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi, 60% keluarga memberikan kepada pasien rasa dicintai dan dihargai, 36,7% keluarga bersedia menjadi tempat mencurahkan semua perasaan yang saya rasakan ketika menjalani kemoterapi, dan 50% keluarga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik. Hasil penelitian ini di dukung oleh Anne & David (2007) dalam Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat pasien dan memberikan ketenangan. Menurut Thomson (1996) dalam Anggraini (2006), pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi membutuhkan orang yang selalu bersedia mendengar perasaannya. Kroenke, dkk (2006) juga menyatakan bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga dapat membuat kelangsungan hidup mereka menjadi lebih baik karena dapat menurunkan stress.

2.2 Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil analisa data menunjukkan bahwa harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa 60% (18 orang) pasien kanker payudara memiliki harga diri tinggi dan 40% (12 orang) pasien kanker payudara memiliki harga diri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas memiliki harga diri tinggi karena pasien kanker payudara memiliki penilaian yang positif (penerimaan) terhadap


(51)

dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden bahwa mayoritas pasien tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika berbuat kesalahan (60%), pasien mengerti apa yang dikatakan orang lain (60%), pasien merasakan kehidupannya penting (73,3%), pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain (83,3%), pasien merasakan bahwa dirinya cukup baik (43,3%), selama menjalani kemoterapi pasien menghargai dirinya sendiri (83,3%), pasien suka sesuatu yang dia katakan ataupun yang dia lakukan (66,7%), pasien merasa percaya diri akan kondisinya saat ini (56,7%), pasien tidak merasa marah akan kehidupan yang di jalani (43,3%), dan pasien merasa dirinya masih berarti (63,3%).

Hasil penelitian tidak sesuai dengan beberapa pandangan para ahli menjelaskan bahwa pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas pasien sehari-hari dan hal ini juga mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Menghadapi perubahan mental akibat penyakit kanker payudara, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Radleay, 1994 dalam Lubis, 2009). Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan (isolasi, menarik diri), dan merusak diri (Keliat, 1998). Bagi banyak wanita yang mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Puckett, 2007 dalam Hartati 2008).


(52)

Harga diri sangat dipengaruhi dengan lamanya suatu penyakit atau semakin kronisnya suatu penyakit. Makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuan dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga, maka makin besar pengaruhnya pada harga diri. Penyakit kronis membutuhkan perubahan pola perilaku yang telah lama diterima dan dijalani, maka individu mempunyai kesempatan untuk mengantisipasi berduka (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sebagian besar pasien menderita kanker payudara selama 6 bulan keatas dimana mereka memiliki harga diri tinggi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa pendapat bahwa ketika pasien mampu menerima keadaan dirinya, baru ia akan mempunyai harga diri yang tinggi (Rosenberg, 1965 dalam Lubis 2009). Pasien yang memiliki harga diri yang tinggi dapat melawan pengaruh negatif dari kanker (Hobfoll & Walfisch, 1984 dalam Lubis 2009).

2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan (p=0,027) dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana kekuatan hubungannya sedang (r=0,403) yang berpola positif. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Dalami (2010) peran serta keluarga sangat penting untuk penyembuhan pasien, karena keluarga merupakan sistem


(53)

pendukung yang terdekat bagi pasien. Oleh karena itu keluarga selalu dilibatkan dalam perencanaan, perawatan dan pengobatan, persiapan pemulangan pasien, dan rencana perawatan tindak lanjut di rumah. Hal ini akan memotivasi keluarga agar berpartisipasi aktif dalam upaya membantu memecahkan masalah pasien.

Family Support After Cancer treatment (2008) dalam Halim & Wirawan (2010) menyatakan bahwa seorang wanita yang menjalani kemoterapi sangat membutuhkan dukungan keluarga dimana dukungan keluarga tersebut ditempatkan pada urutan pertama dalam pemulihan kesehatan pasca kemoterapi. Francis & Setiadarma (2004); Kuijen (2000) dalam Halim & Wirawan (2010) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemulihan fisik dan mental seorang wanita dan dapat membuat reaksi yang menstimulus sel tubuh untuk pulih.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Anoimus (2011) dalam Suparyanto (2012) menyatakan bahwa dukungan keluarga tinggi dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi dimana peran keluarga mempunyai pengaruh yang sangat tinggi dalam harga diri. Sebuah keluarga yang memiliki dukungan keluarga yang rendah tidak mempunyai kemampuan dalam membangun harga diri anggota keluarganya dengan baik. Keluarga akan memberikan umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri bagi penderita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan harga diri memiliki hubungan dengan tingkat sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena ada beberapa pengaruh lain yang mendukung harga diri pasien. Terbentuknya harga diri dapat diperoleh dari interaksi pasien dengan lingkungannya, penerimaan, dan


(54)

perlakuan orang lain terhadap pasien. Pengalaman bergaul dan berinteraksi akan memberikan gambaran yang baik dari segi sifat dan mental melalui sikap dan respon orang lain terhadap dirinya (Klass & Hodge, 1978) dalam Lubis (2009). Buss (1978) dalam Lubis (2009) juga menegaskan bahwa persahabatan dapat meningkatkan harga diri individu. Sesuai dengan observasi di rumah sakit ketika meneliti, pasien dikunjungi oleh saudara mereka, pasien memiliki teman dengan kondisi yang sama, dan pasien sering berinteraksi dengan teman satu ruangannya.

Faktor usia dapat juga mempengaruhi harga diri seseorang karena menurut Kokene dalam Lubis (2009) bahwa harga diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan usianya. Melihat dari data responden, rata-rata usia pasien 49 tahun dimana usia tersebut merupakan usia dewasa madya. Menurut Stuart & Laraia (2001) dalam Purba, dkk (2008) bahwa harga diri akan stabil pada masa dewasa karena individu dewasa lebih mudah untuk menerima dirinya, mampu belajar untuk mengatasi segala kelemahannya dan mampu mengoptimalkan kekuatan yang ada pada dirinya.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dalam penelitian ini pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa 56,7% mendapatkan dukungan keluarga yang cukup dan 60% pasien memiliki harga diri tinggi.

Hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi yaitu 0,403 dengan tingkat signifikasi (p) 0,027. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana kekuatan hubungannya sedang yang berpola positif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi juga harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Saran

2.1 Pendidikan Keperawatan

Dukungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan bahan pengajaran mata kuliah keperawatan keluarga dan keperawatan jiwa sehingga mahasiswa mengetahui pentingnya pemberian dukungan keluarga terhadap harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.


(56)

2.2 Praktek Keperawatan

Perawat hendaknya mengidentifikasi aspek positif pasien (kemampuan pasien) dan memberikan reincformance positif dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Misalnya, perawat memberikan pujian ketika pasien menjalani kemoterapi dengan teratur. Perawat juga diharapkan untuk memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang pentingnya pemberian dukungan keluarga seperti memberikan saran dan semangat dalam meningkatkan harga diri pasien serta memberitahukan kepada keluarga bahwa dukungan tersebut dapat mempercepat proses kesembuhan pasien.

2.3 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini tidak membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2011). Cara Memotivasi Pasien Kanker. Diunduh 23 Mei 2012 dari

Anggraini, Y. T. (2006). Skripsi, Kebutuhan Dukungan Sosial Wanita Kanker Payudara di RSU Dr. Pirngadi Medan. Tidak Dipublikasikan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta

Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3. Jakarta: EGC Baradero, M, dkk. (2007). Seri Askep pada Klien Kanker. Jakarta:EGC

Chandra. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kesembuhan Penderita Post Teraumatic Stress Disorder (PTSD) di Pusat Pelayanan Terpadu. Diunduh 20 Februari 2012 dari http://www.repository.usu.ac.id Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika

Dalami, E. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Deherba. (2011). Seberapa Efektifkah Kemoterapi pada Kanker?. Diunduh 30 November 2011 dari

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta : EGC

Diananda, R. (2009). Mengenal Seluk beluk kanker. Yogyakarta: Kelompok Penerbit AR-Ruzz Media

Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori & Praktik, Edisi 3. Jakarta: EGC

Halim & Wirawan. (2010). Quality of Life Janda Pasca Kemoterapi dan

Radioterapi. Diunduh 27 November 2011 dari


(58)

Hartati, A. S. (2008). Skripsi, Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Kanker Payudara di Poli Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan. Diunduh 8 Oktober 2011 dari http://repository.usu.ac.id

Hawari, H. D. (2004). Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Helgeson, V. S & Cohen, S. (1996). Social Support and Adjustment to Cancer: Reconciling Descriptive, Correlation, and Intervention Research. Diunduh 15 Maret 2012 dari http://www.psy.cmu.edu

Homepedin. (2008). Kanker Payudara. Diunduh 15 November 2011 dari

Jong. W. (2005). Kanker, Apakah Itu?, Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Penerbit Arca

Katapodi, dkk. (2002). The Influence of Social Support on Breast Cancer Screening in a Multicultural Community Sample. Diunduh 24 Januari 2012 dari

Keliat, B. A. (1998). Gangguan Koping, Citra Tubuh, dan Seksual pada Klien Kanker. Jakarta: EGC

Kroenke, dkk. (2006). Sosial Networks Improve Breast Cancer Survival. Diunduh 20 Februari 2012 dari

Lubis, N. L. dkk. (2009). Terapi Perilaku Kognitif pada Pasien Kanker. Medan: USU Press.

Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Mubarak, W. I. dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Naufal, A.M.R. (2011). Hal-hal yang Perlu Dilakukan Pada Penderita Kanker

Payudara. Diunduh 20Mei 2012 dari

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research Principles And Methods 5th ed. Philadelphia: Lippincott


(59)

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Rachmawati, Evy. (2009). Penting, Dukungan Keluarga bagi Penderita Kanker

Payudara. Diunduh 13 November 20011 dari

Rosenberg. (1965). Self-esteem Questionnaire. Diunduh 10 Januari 2012 dari

Saragih, Safrida. W. (2011). Skripsi, Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien TB Paru yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. Diunduh 8 Oktober 2011 dari http://repository.usu.ac.id

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Shaheen, dkk. (2011). Effects of Breast Cancer on Physiological and Psychological Health of Patients. Diunduh 7 November 2011 dari

Sherbourne, C. D & Stewart, A. L. (1991). The Mos Social Support Survey. Diunduh 20 Januari 2012 dari

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Administrasi, Edisi 14. Bandung: CV Alfabeta

Suparyanto. (2012). Konsep Dukungan Keluarga. Diunduh 6 Mei 2012 dari

Wahyuni, A. S. (2007). Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication


(60)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di Bagian Kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan

Oleh :

Christine Handayani Siburian

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi.

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanda tangan : Tanggal : Kode Responden :


(61)

(62)

Lampiran 3 TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas print proposal Rp 120.000,- - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 30.000,-

- Biaya internet Rp 50.000,-

- Biaya survey awal Rp 44.000,-

- Transportasi Rp 60.000,-

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 70.000,-

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Penggandaan Proposal Rp. 100.000,-

- Izin penelitian Rp 300.000,-

- Penggandaan kuesioner Rp 30.000,-

- Tranportasi Rp 100.000,-

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 250.000,- - Biaya sidang skripsi Rp 150.000,-

4. Biaya tidak Terduga Rp 160.400,-


(63)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di Bagian Kemoterapi RSUP Haji Adam Malik

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini. Setiap jawaban anda adalah benar apabila anda menjawab dengan jujur.

Kode Responden :

Umur : …….. Tahun

Status : 1. ( ) Belum Menikah 2.( ) Menikah

3. ( ) Janda

Pendidikan : 1. ( ) Tidak Sekolah 2. ( ) SD

3. ( ) SMP 4. ( ) SMA

5. ( ) Perguruan Tinggi

Pekerjaan : 1. ( ) Pegawai Negeri/ TNI/ Polri 2.( ) Ibu Rumah Tangga

3.( ) Swasta 4.( ) Lain-lain


(64)

Pengasilan Keluarga : 1. ( ) Kurang dari Rp 1.000.000,- 2. ( ) Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000,- 3. ( ) Diatas Rp 1.500.000,-

Lama Sakit : 1. ( ) Kurang dari 6 Bulan 2. ( ) 6 Bulan – 1 Tahun 3. ( ) Diatas 1 Tahun Kemoterapi ke :

2. Kuesioner Harga Diri

Petunjuk pengisian: berikan tanda check list (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami. Keterangan : S = Selalu

J = Jarang TP = Tidak Pernah

No Pertanyaan Tidak Pernah

(TP)

Jarang (J)

Selalu (S)

1 Selama menjalani kemoterapi ini, saya memiliki banyak keraguan tentang kemampuan saya dalam melakukan sesuatu. 2 Saya sering berfikir buruk terhadap diri saya

sendiri.

3 Saya menyalahkan diri sendiri ketika saya berbuat kesalahan.

4 Saya tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain.

5 Melihat kondisi saya saat ini, kehidupan saya tidak penting lagi.


(65)

orang lain karena kondisi saya saat ini. 7 Sebagai pribadi, saya merasa tidak cukup

baik.

8 Saya tidak lagi menghargai diri saya sendiri selama menjalani kemoterapi.

9 Selama saya sakit, saya tidak suka sesuatu yang saya katakan ataupun yang saya lakukan.

10 Saya merasa kurang percaya diri ketika melihat kondisi saya saat ini

11 Saya merasa marah akan kehidupan yang saya jalani semenjak saya sakit.

12 Saya menganggap diri saya ini tidak berarti.

3. Kuesioner Dukungan Keluarga

Petunjuk pengisian: berikan tanda check list (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami. Keterangan : SS = Sangat Sering

S = Sering J = Jarang TP = Tidak Pernah

No Pernyataan

Tidak Pernah (TP) Jarang (J) Sering (S) Sangat Sering (SS) Dukungan Informasional

1 Keluarga berusaha untuk mencari informasi tentang pengobatan dan pemeriksaan yang saya terima.


(66)

2 Keluarga mengingatkan saya untuk menjalani kemoterapi dan kontrol secara rutin.

3 Keluarga memberikan pandangan ketika mengambil suatu keputusan akan pengobatan.

4 Keluarga menjelaskan hal hal yang tidak saya mengerti tentang penyakit saya ini.

Dukungan Motivasi

5 Keluarga memberi saya kesempatan bertemu dengan orang yang mengalami kanker payudara untuk mendapatkan nasihat dan saran. 6 Saya mendapatkan dukungan yang

saya butuhkan dari keluarga.

7 Keluarga memberikan saya pujian ketika saya menjalani kemoterapi secara teratur dan berusaha untuk sembuh.

8 Saya mendapatkan semua kebutuhan yang saya perlukan dari keluarga.

Dukungan Instrumental

9 Keluarga mendampingi saya ketika menjalani pengobatan dan perawatan.

10 Keluarga berusaha memberikan bantuan pengobatan dan perawatan yang saya terima


(67)

11 Selama menjalani kemoterapi, keluarga selalu bersedia membiayai perawatan dan pengobatan saya. 12 Keluarga bersedia dalam memenuhi

kebutuhan pengobatan yang belum terpenuhi.

Dukungan Emosional

13 Keluarga selalu memberikan solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi.

14 Saya merasa dicintai dan dihargai ketika bersama dengan keluarga saya.

15 Keluarga bersedia menjadi tempat saya mencurahkan semua perasaan yang saya rasakan ketika menjalani kemoterapi.

16 Keluarga selalu memberikan saya kesempatan dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk saya.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Christine Handayani Siburian

Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/ 22 Agustus 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Protestan

Alamat : BTN Desa Binjai Blok L No.102 Kec. Tebing

Syahbandar Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara 20651

Riwayat Pendidikan :

1. 1996 – 2002 : SD Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi 2. 2002 – 2005 : SLTP Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi 3. 2005 – 2008 : SMA Swasta RK Budi Mulia Pematangsiantar 4. 2008 – Sekarang : Fakultas Keperawatan USU